My Home 15

605 75 6
                                    

*
*
*

Renjun menolak diajak masuk begitu tau siapa yang akan Ayahnya temui. Dengan pembatas jendela kaca Renjun bisa melihat bagaimana Jaemin terlihat begitu bahagia dengan kadatangan Ayah.

Renjun tau itu Jaemin, karena mengenali suaranya. Saat Renjun hendak masuk bisa terdengar jelas Jaemin menangis memanggil seseorang, tak hanya itu Renjun juga bisa mengenali suara, Winwin.

"kkkkk...Jaemin lucu sekali, Ayah jail," Renjun terkikik mengamati interaksi mereka, yang sedang bercanda gurau.

"Jaemin memanggil Ayah , dengan dengan sebutan Ayah juga?" ucap Renjun belum bisa berhenti tertawa kecil, belum menyadari sesuatu sedetik kemudian.

"Berarti Jaemin, anak Ayah juga, kan Tante baik Mama Jaemin berarti itu istri Ayah," senyumnya pudar.

Renjun melihat lagi kedalam, dimana Winwin juga ikut bergabung, sesekali menimpali candaan satu sama lain. Terlihat seperti sebuah keluarga harmonis, bersama Jaemin yang ditengah tengah mereka.

" Kalau Ayah bersama mereka apa injun akan dibuang" batin Renjun bergetar.

Renjun membulatkan matanya panik, saat Winwin tiba tiba akan menengok kearahnya jendela dimana dia berada, dengan cepat Renjun berjongkok.

"Aku seperti melihat seseorang," gumam Winwin dlm hati. Perlahan mendekat kekaca melihat sekitar.

Sedangkan dibawah Renjun semakin merapatkan dirinya ketembok, tak ingin terlihat.

"Injun tidak mau merusaknya, jadi seperti ini saja sampai Ayah selesai," lirih Renjun. Renjun duduk dilantai dingin rumah sakit, dengan satu tangan memeluk lutut.

Rumah sakit sepi karena hampir larut malam, Renjun yang mengantuk sesekali kepala terhuyung kedepan, kemudian sadar kembali. Mungkin satu jam sudah berlalu.

" Ayah sudah selesai belum ya, " ucap Renjun sambil perlahan berpegangan pada tembok berdiri untuk melihat Ayahnya.

Pantas saja, Ayahnya tak keluar keluar karena sudah tidur, mereka bertiga tertidur diranjang Jaemin dengan saling berpegangan tangan.

"Ayah sudah tidur..., terus Injun harus ngapain.. Disini tidak ada Orang," lirih Renjun, sudah mulai ketakutan.

Ayah melupakannya, dan Renjun benar benar berpikir dirinya tak berarti bagi siapapun, hanya orang asing, tak lebih hanya menumpang saja.

Lagi lagi hanya bisa menangis, Renjun berjalan kekursi rumah sakit. Berbaring, meringkuk disana menghadap Tembok supaya tak menindih tangannya yang cedera.

Hampir terlelap Renjun bisa merasakan tubuhnya melayang, serta bisika halus ditelinganya.

"Maafkan Ayah..,hampir melupakanmu," Yuta membawa Renjun masuk setelah mendapat ijin dari Winwin.

Yuta sendiri Membangunkan Winwin dulu, sebelum keluar ruangan.

"Renjun..? "

Yuta nampak kaget, Winwin mengenal sudah Renjun sebelumnya. Karena kebetulan ranjang Jaemin luas, Yuta menempatkan Renjun sisisi Jaemin.

"Kita bertemu lagi... Nak" Winwin mendekat pada Renjun, mengusap kepalanya lembut,tersenyum lembut.

"Kamu kenal Renjun," tanya Yuta penasaran. Winwin mendongak menatap Yuta.

"Ya, dia gadis baik, aku tak sengaja bertemu dengannya. Waktu itu dia sedang ingin mencari pekerjaan." Winwin menjelaskan awal pertemuan mereka.

"aku bawa dia kerumahku, tapi tak lama dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun padaku, aku kelimpungan mencarinya," Yuta setia mendengarkan.

HOME   [RENJUN GENDERSWITCH ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang