Tama seringkali bertutur ngawur, sering melontarkan pertanyaan yang tidak diharapkan siapapun untuk ditanyakan. Seperti ketika dompet Jiwa hilang dicopet sesaat sebelum Kilas akan mengisi acara untuk yang pertama kalinya di Kuta pada malam tahun baru. Tama dengan tampang taik menyeletuk,
“Gue yakin awalnya dia mau nyolek waistband Calvin Klein lo yang nongol dengan bangga itu. Tapi, yaudah, lah, Wa? yang penting bukan kekerasan seksual?”
Tama juga berisik, tipe berisik yang tidak punya setelan volume dan tempat baterai. Kadang Bastian ingin sekali melakban mulut Tama ketika jadwal festival sedang banyak-banyaknya dan semua orang sudah terlalu lelah untuk meladeni ocehan Tama di jam tiga dini hari, di dalam Innova kaca gelap milik Coki yang kerap menjadi transportasi utama Kilas beraktivitas sebagai grup band yang baru dikenal.
Tama usil. kedua tangannya adalah saksi bisu dosa-dosa yang Tama timbun karena kerap membuat Saski, manager mereka (sepupunya Jiwa), teriak-teriak bak orang kesurupan sampai menangis histeris seperti baru saja diberi wejangan oleh guru agama perihal bendera kuning di depan rumah.
Tama usil dan kelebihan energi. Terbukti dari tingkahnya yang serupa kelebihan gula akibat terlalu banyak menyeruput teh manis rasa buah sasetan. Suara tawa Tama renyah, kelakuannya gila dan nampak tidak takut apapun. Wicak bersumpah dia tidak pernah melihat Tama duduk anteng dan berlaku lurus. Satu-satunya waktu ketika Tama bisa duduk diam tanpa bersuara adalah ketika ujian nasional, itu pun Wicak juga bersumpah dia bisa melihat kaki-kaki, tangan-tangan, dan mulut Tama bergerak gelisah seperti siap untuk melontarkan celetukan tidak masuk akal setelah membaca soal yang ada pada kertas di depannya. Yang kemudian Wicak belajar bahwa itu adalah kebiasaan Tama ketika ia harus menahan diri.
Seperti hari ini, sayangnya.
Seperti kena gebok bola ketika menyebrangi lapangan futsal di siang hari, Tama tiba-tiba mematung kaku di tengah sibuknya anggota Kilas memasukan barang-barang ke dalam mobil Coki di basement 2 salah satu apartement di tengah Ibu Kota. Tama menolak untuk bergerak karena isi kepalanya sibuk memproses apa yang terjadi.
Bukan hanya Wicak, Bastian, Jiwa, dan Coki juga bersumpah mereka tidak pernah melihat Tama bergeming tanpa suara sedikit pun. Tama adalah speaker dengan kualitas nomor wahid buatan Inggris, membisu bak tidak dicolok listrik jelas bukanlah cirinya. Namun, Senyawa Rabu ibarat korsleting pada kabel instalasi jiwa Tama. Maka, ketika si cantik muncul tanpa peringatan di depan Soetama Uda seperti malam ini, adalah maklum ketika bibir Tama terkunci rapat. Mematung bisu.
—
Sebuah pemandangan yang tak lazim melihat Tama bertingkah laku gelisah, mencoba bersandar pada tembok basement sambil menahan diri agar tidak melakukan tingkah meletup-letup dan tidak masuk akal seperti baru habis nyabu di kolong jembatan. Tapi Tama tidak pernah menyentuh obat-obatan apapun untuk membuat badannya merasa lebih berstamina dan ketergantungan. Tama tidak pernah tertarik untuk nyabu agar tahan banting ditiban jadwal manggung yang kini mulai saling desak-desakan memenuhi agenda hidupnya. Satu-satunya zat adiktif yang Tama pernah rasakan dan memenuhi setiap aliran darahnya adalah Senyawa Rabu, yang bahkan kini efeknya bukan lagi membuat Tama ingin menantang dunia, melainkan lari darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
enchanted.
Fanfictionyou smell familiar, like a new bedsheet after years i finally come home; like that one particular shampoo i disliked back in highschool but still managed to emptied the bottle every months. you sound familiar and i knew exactly what it sounds like;...