semua dimulai saat Niki pingsan di lapangan sewaktu Ospek Prodi. mulanya, ketika rombongan kelompok Menara Saidah (kalo kata Kak Geonu kelompok penuh setan) berbelok dari ujung gedung FSRD hendak menuju Galeri Seni, Niki sudah merasakan cenutan di dahinya. ia pikir mungkin akibat dari kurang tidur semalam dan sok - sokan ikut beli kopi instan di koperasi fakultas tadi pagi. mungkin kalau dibiarkan, akan hilang sendiri. Niki pikir begitu. tapi ketika Kak Geonu mengarahkan kelompoknya kembali ke lapangan, ketika kaki Niki baru lima langkah keluar dari gedung fakultas, nggak ada yang ia lihat selain hitam dan suara yang mulai berangsur menjauh dari indera pendengarannya. belum sampai menepuk teman di sebelahnya, Niki keburu ambruk.
Niki pikir waktu itu, ah, sial sekali nasibnya. jatuh pingsan di lapangan fakultas, membuat heboh satu kelompok dan kakak - kakak panitia di sekitarnya. yang paling Niki ingat, seseorang berteriak nyaring memanggil - manggil namanya sambil mengguncang heboh badan Niki. untungnya setelah itu, kesadaran Niki hilang sepenuhnya.
mungkin setengah jam, mungkin sejam—Niki berasumsi sendiri—ketika ia membuka mata dan mendapati langit - langit unit kesehatan memenuhi pandangannya. kepalanya masih terasa pusing dan berat, seolah ada batu yang dilakban di sekeliling kepalanya. Niki jadi bertanya - tanya sendiri, yang tadi pagi ia minum itu kopi atau racun?
Niki lalu ingat—nggak mungkin nggak ingat—seseorang dengan gerakan cepat dan sedikit agresif memegang lengan kirinya, membuatnya menoleh kaget.
"akhirnya sadar!" Niki mengernyitkan dahinya samar ketika mendapati seorang pemuda bersurai hitam halus dengan kemeja putih—11 12 dengan kemeja Niki—sedang manatapnya dengan dua mata yang membulat lebar. seolah lega Niki sudah sadar, seolah tadi sempat berpikir Niki bisa saja nggak bangun - bangun.
"aduh, gue pikir lo nggak akan bangun hari ini!" pemuda itu berseru lagi dan dahi Niki makin mengernyit.
Niki bahkan nggak terpikir untuk menanyakan nama atau asal usul pemuda yang berdiri di samping kasurnya itu, ia masih terus mengernyit ketika akhirnya bertanya, "emang jam berapa?"
"sekarang?" pemuda asing itu bertanya sebelum menatap jam tangan hitam yang kontras dengan kulit putihnya untuk beberapa saat. sedikit banyak memberi Niki waktu untuk meneliti penampilan resik pemuda itu. kulit putih—jelas lebih putih dari Niki, terlihat lembut bahkan tanpa noda bekas luka, kemejanya rapi diselipkan di celana bahan hitamnya. dari jarak sedekat ini, Niki bisa mencium aroma vanila yang menguar dari badan pemuda itu.
"sekarang jam empat sore lewat lima menit," si pemuda asing membulatkan matanya lagi ketika melihat Niki sedang berusaha duduk. "lo udah nggak apa - apa? kepalanya udah nggak pusing? udah bisa duduk?"
Niki ingat ia kebingungan untuk beberapa saat tapi akhirnya mampu menganggukan kepala—walau agak kaku.
"gue tadi—"
"ah! yang angkat Kak Heeseung!" potong pemuda itu, seolah baru teringat fakta barusan. Niki menatapnya sejenak, kemudian mengangguk paham. lama - lama, Niki bingung sendiri. kalau yang angkat ke sini Kak Heeseung, kenapa yang menunggunya sadar malah pemuda ini? maksudnya, bukannya Niki mau ditunggu Kak Heeseung juga, sih, tapi tetap saja dia bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
enchanted.
Fanficyou smell familiar, like a new bedsheet after years i finally come home; like that one particular shampoo i disliked back in highschool but still managed to emptied the bottle every months. you sound familiar and i knew exactly what it sounds like;...