Tumbal Keluarga (2/2)

116 13 8
                                    

WARNING ⚠️🔞 Cerita fiksi ini memuat adegan tak senonoh seperti sex sesama jenis, rape, incest, violence, stockholm syndrome, bahasa kasar, dan adegan-adegan tak ramah dan menjijikkan lainnya. Mohon lebih bijak dalam memilih bacaan. Thanks!

***

Gelap dan sesak. Jongdae merasa seperti ada di ruangan yang seperti itu, bau semerbak bunga yang anyir, sementara telapak kakinya seperti menginjak sesuatu yang terasa lembab. Dia tidak tahu saat ini jam berapa, hari apa, atau sedang ada di mana dia sekarang. Yang Jongdae tahu hanyalah bahwa dia masih hidup.

Syukurlah, padahal beberapa saat yang lalu dia mengira akan mati.

Kelebatan-kelebatan memori sesaat sebelum dia ditelan kegelapan sumur kembali menghantui ingatannya, bagaimana rupa anggota keluarganya, ayahnya, ibunya—siapa laki-laki di belakang itu?

Dari dalam kegelapan, perlahan-lahan cahaya itu menampakan diri, lalu siluet sosok tinggi besar itu nampak sedang berjalan tergesa-gesa menghampiri tempat di mana saat ini Jongdae bergeming. Sosok setinggi tiga meter lebih dengan badan besar dan rupa jauh dari wujud manusia itu menatap Jongdae lama, taring panjang dan kulit hitam kehijauan sekuat baja mengkilap yang indah dengan ekor berduri sepanjang tubuhnya.

Tanpa busana yang menempel di wajahnya, kejantanan makhluk itu terekspos tepat di depan muka Jongdae, besar dan panjangnya seperti batang kayu. Makhluk itu meraung, berusaha meraih tubuh manusia yang ada di hadapannya, namun Jongdae berteriak ketakutan dan membawa kedua kakinya melarikan diri sejauh yang dia sanggup dari makhluk tersebut. Adegan kejar-kejaran dalam gelapnya kabut tanpa matahari atau pun lampu pun terjadi.

Hingga Jongdae terjerembab dan sebelah kakinya diangkat oleh makhluk itu dalam keadaan tubuh terbalik, tepat di depan wajah makhluk itu yang jika diperhatikan lebih saksama tampak seperti sesosok rupa kadal raksasa yang elok.

“Tidaaak! Aku tidak mau mati!!”

Jongdae berteriak, berusaha melepaskan diri, dan makhluk tanpa nama itu membuka mulutnya yang penuh gigi tajam bak gergaji dan berteriak nyaring tepat di depan wajah Jongdae yang terbalik hingga rasanya sekujur kulit-kulit tubuhnya seperti hendak terkelupas.

Teriakan makhluk itu terdengar seperti AAAAAAGGRRRGGHHHHHHH!!!! Rasa-rasanya sampai gendang telinga Jongdae akan segera pecah.

Saat itu, dia berpikir bahwa inilah saat kalau dia akan segera mati, ditangan makhluk buruk rupa dengan tidak elitnya. Sulit mendefinisikannya, tapi waktu itu rasanya seperti ... lembut bulu kucing? Jongdae keheranan, dia sungguh bingung. Alih-alih mengunyahnya dengan gigi-gigi tajam penuh liur itu, makhluk tersebut justru memeluknya dengan hangat seperti sedang memeluk sesuatu yang sangat rapuh nan berharga.

Lalu setelah beberapa saat, makhluk itu berjalan dengan hati-hati dan meletakkan Jongdae ke sebuah ranjang putih lembut yang penuh dengan bunga-bunga beraneka warna. Jongdae menghirup aromanya, begitu wangi, lalu ada pula meja panjang dengan berbagai hidangan menggugah selera yang tersaji di atasnya, Jongdae mengambil satu kue kecil berhias ceri dan memakannya.

“Wow, ini sangat lezat.” Jongdae mengambil beberapa kue lagi dan memakannya sampai mulutnya belepotan, dia lalu mengambil minuman berwarna biru. “Rasanya seperti soda,” dia berkomentar.

Tanpa sadar bahwa makhluk tadi sudah tak ada dan seorang pria berjubah hitam sedang memandanginya dari kejauhan sambil bersedekap tangan. Pria misterius itu berjalan seperti sedang mengendarai angin, tak terlihat dan begitu cepat. Tahu-tahu dia sudah ada di belakang Jongdae dan merengkuh pinggangnya sampai-sampai membuat Jongdae berjengkit kaget.

“Eh, siapa?” tanya Jongdae sambil menoleh ke belakangnya.

Laki-laki itu tak menjawab dan malah memeluk Jongdae dari belakang dengan begitu mesra.

MATURE CONTENT CHANCHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang