Part 26 (Ujian Tahfidz)

24 1 0
                                    

Menjadi penghafal al-quran adalah impian terbesar ku. Maaf jika aku hampir saja melupakan mu karena masalah yang datang.
Aku janji akan selalu memperjuangkan mu, walau banyak badai menghadang akan aku lewati demi terwujud nya satu impian besar itu.
Alesya Belvina
🧡
🧡
🧡
Haii welcome back again
Nb : Dilarang Mencopy paste
Nb : cerita ini murni hasil karangan penulis
Jika terdapat banyak kesamaan itu hanya ketidaksengajaan

Happy Reading🧡🧡🧡

Salah satu hari yang paling Alesya takutkan akan segera terjadi. Dari semalam Alesya terus bekerja keras agar dirinya bisa kembali fokus belajar dengan baik. Karena di hari minggu ini, Alesya akan melangsungkan ujian tahfidz. Jika Alesya berhasil maka Alesya akan naik ke tingkatan berikut nya.

Jika gagal terpaksa Alesya harus mengulang semua pembelajaran sebelumnya dan ia tidak bisa lulus tepat waktu.
Panik Alesya sangat panik, sudah hampir semalaman Alesya begadang untuk belajar dan menghafal beberapa materi dan hafalan Qur’an beserta Hadits.

Alesya takut tidak bisa, pasalnya beberapa bulan terakhir ini progres belajar Alesya turun drastis karena banyak nya masalah yang datang membuat Alesya sering kali kehilangan fokusnya.

Saat ini, Alesya telah berada di ruangan kelas. Sepanjang perjalanan Alesya tak henti-henti melafadzkan zikir dan sholawat agar di beri kelancaran dan kemudahan.

"Bismillah ya Allah bantu Alesya agar lulus ujian tahfidz ini. Jangan buat Alesya gagal ya Allah Aamiin." Batin Alesya terus berdoa.

Beberapa menit lagi ujian akan segera di mulai, Alesya berusaha untuk fokus dan membuang sejenak permasalahan yang ada. Alesya benar-benar ingin serius di ujian tahfidz kali ini.

"Huf tarik nafas buang, rileks Alesya rileks. Buang semua permasalahan yang ada, fokus ke ujian tahfidz dulu." Ucapnya menenangkan diri.
Tak lama ujian pun berlangsung Alesya memulai nya dengan baik.

Ada 4 mata pelajaran yang sedang di ujikan. Tes lisan tahfidz Qur’an, ujian hafalan Hadist, ujian tulis bahasa Arab dan ujian tulis kitab.

Walaupun ada sedikit kesulitan ketika Alesya mengerjakan ujian. Terlebih di mata pelajaran  bahasa Arab dan kitab tetapi Alesya berhasil menyelesaikan nya dengan baik.  Ujian berlangsung selama 4 jam lamanya, dan kini sudah selesai.

Alesya langsung bergegas untuk pulang, buru-buru Alesya membereskan barang-barangnya. Namun ketika Alesya sampai di parkiran dari arah kejauhan ada seseorang yang memanggilnya namanya dan ternyata seseorang itu ialah ustadzah Nadleen.

"Alesya tunggu." Panggil ustadzah Nadleen sambil berlari menghampiri Alesya.
"Iya kenapa ustadzah?" Tanyanya.

"Ini lagi di luar panggil kakak aja. Owh ya kamu sibuk enggak setelah ini? Kalau enggak mampir bentar ke rumah kakak yuk. Ada sesuatu yang mau kakak bicarakan ke kamu," ajak ustadzah Nadleen.

"Enggak kok, kamu bahas apa? Kalau mau bahas tentang masalah ta'aruf maaf aku enggak bisa." Tolak nya.

Alesya berpikir Nadleen akan membahas persoalan ta'aruf nya dengan Zayyan, namun dugaan Alesya salah. Bukan itu yang akan kak Nadleen bicarakan.

"Bukan Eysa bukan. tetapi tentang kamu di Ma’had, "  kak Nadleen sambil tersenyum.

Alesya menganggukkan kepalanya, karena ini pembahasan tentang dirinya di Ma'had maka mau tak mau Alesya harus ikut ke rumah Nadleen untuk membicarakan hal itu.

Sesuai pembicaraan tadi, kini Alesya telah berada di kediaman  Nadleen. Karena jarak antara Ma’had tahfidz dengan rumah kak Nadleen cukup dekat jadi tidak banyak memakan waktu di perjalanan.

Namun sesampainya disana, justru Alesya malah bertemu dengan Zayyan. Awalnya Alesya berniat untuk pulang, namun  Nadleen lebih dulu mencegah nya. Ia tahu kalau saat ini Alesya belum siap jika harus bertemu dengan sepupunya itu.

"Dek kita bicara di dalam saja, kakak enggak tau kalau Zayyan ada disini dan ketemu sama mas Yusuf, " bisik Nadleen kepada Alesya.

Alesya sempat ragu, apakah ia harus masuk ke dalam lalu bertemu dengan Zayyan atau kah justru pulang saja. Namun karena ini pembahasan tentang dirinya di Ma'had mau tak mau  Alesya masuk ke dalam ke dalam. Pandangan mereka seketika bertemu sebentar sebelum akhirnya Alesya memutuskan untuk masuk ke dalam ruang keluarga Nadleen
.
"Duduk Sya, Langsung aja ya. Jadi kakak denger dan dapat laporan dari beberapa Asatidz, kalau progres kamu belajar di Ma’had itu semakin menurut beberapa bulan belakangan ini. Padahal di awal kamu termasuk yang lebih cepat progres nya. Tapi beberapa bulan ini berubah drastis, sebenarnya ada apa?" Tanya kak Nadleen.

"Cerita Sya kalau ada masalah, biar kakak bisa bantu kamu. Jangan di pendem sendiri. Jangan sampai karena masalah yang kamu hadapi sendiri, kamu malah mengorbankan impian besar mu ini. " sambung nya.

Dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan, Alesya mulai berani untuk menceritakan semua yang terjadi.

Helaan nafas besar sangat jelas terdengar, dengan tegar Alesya menceritakan masalah yang menimpanya. Dari mulai, sabotase pekerjaannya, teror ilmu Hitam yang datang, dan beberapa permasalahan lainnya.

Dan tanpa sadar Alesya meneteskan air mata ketika menceritakan nya.Nadleen yang mendengarnya pun merasa iba atas permasalahan yang menimpa Alesya. Nadleen juga ikut meneteskan air mata takalah mendengar cerita Alesya.

“Dek kenapa kamu enggak pernah cerita ke kakak tentang permasalahan kamu ini? Dek, kakak sudah menganggap kama layaknya adik kakak sendiri. Jadi apapun cerita kamu Kakak siap mendengarkan nya. Ini berat loh Sya, kuat juga kamu Sya.”

“kalau kamu enggak bisa cerita ke keluarga mu, kan masih ada kakak. Yang siap kapan saja mendengarkan segala keluh kesah mu.”

"Jangan di pendam sendirian. Ada Allah, Insyaallah Masalah ini cepat selesai. Ingat ada Allah semua akan baik-baik saja. " Nasihat kak Nadleen sambil memeluk tubuh Alesya.

Di dalam dekapan Nadleen Alesya berkata. “Maaf kak, aku enggak mau membuat semua orang khawatir. Jadi sebisa mungkin aku pendam. Aku kira Aku bakalan kuat menghadapi semua nya sendiri, ternyata Aku salah. Aku enggak sekuat itu Aku cape.” Lirih nya sambil menangis.

Nadleen dengan lembut mengusap kepala Alesya yang tertutup hijab, sambil mengelus kepala Alesya Nadleen berkata. “Dek jangan nangis. Terkadang kita sebagai manusia selalu berpura-pura kuat. Seolah-olah bisa menghadapi semua nya sendirian. Akan tetapi kita seolah lupa bahwa ada Allah yang akan selalu menjadi sandaran hidup ini. Maka dari itu selalu libatkan Allah dalam setiap hal yang menimpa kita. Sandaran ternyaman itu, ketika kita hanya berserah diri kepadanya. Sudah jangan nangis, ingat baik-baik Nasihat kakak ya. “ ucapnya lembut.

Jujur saja Alesya benar-benar merasakan kehangatan ketika dirinya berada di dalam pelukan seorang wanita hebat yang telah di anggap seperti kakak nya sendiri.

Nadleen selalu punya cara untuk menenangkan hati Alesya. Dan Nadleen juga lah yang selalu mengajarkan Alesya untuk selalu dekat kepada Allah. Alesya merasa beruntung bisa mengenal sosok wanita hebat seperti Nadleen.

🧡
Gimana ceritanya seru tidak?
-
Di posisi Alesya itu sulit
Harus tetap bertahan ditengah masalah yang datang.
-
Ada yang mengalami hal yang sama enggk nih seperti Alesya?
-
Kalau ada yang kuat ya Allah selalu bersamamu.
Coment yuk, saran dan kritik nya
-
Jgn lupa follow IG autor @laidaputri20
Yuk vote tekan bintang🌟🌟🌟
Untuk memberikan apresiasi kepada penulis 🌟
-

See you All Love you more🥰🧡

Lentera AlesyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang