two ; two different sides

7 1 0
                                    

Give more love and support to this story, thank you 🐣

●●●●●

Kelas sudah cukup ramai, namun suara napas memburu terdengar cukup keras dari hidung dan mulut Helen. Dirinya masih diliputi emosi pada laki-laki menyebalkan tadi. Ia berjanji, jika ia bertemu lagi nanti dengannya, akan ia beri pelajaran setimpal. Memberi 100 soal matematika dengan lama pengerjaan 30 menit misalnya.

Tidak, ia serius. Akan ia bikin kapok laki-laki menyebalkan tersebut.

"My baby, Helen! How—wait, what? What's wrong, babe? Kenapa muka lo ditekuk? Trus mata lo tajem amat! Why why why? Tell me now!" seorang gadis menghampiri Helen dan langsung duduk di sebelahnya. Karen namanya.

Helen diam saja. Sebenarnya bukan hal penting juga masalahnya dengan laki-laki itu.

"Gue punya musuh sekarang," ucap Helen memandang lurus ke papan tulis di depannya. Meski matanya sudah tidak setajam tadi, namun raut wajahnya masih menyiratkan emosi.

"Hah? Maksud lo gimana? Please, cerita yang bener, Len, gue bener-bener gak paham!" respon Karen dengan dahi mengkerut.

Helen menarik napas. "Intinya, ada orang aneh yang ngatain gue tanpa liat dirinya sendiri gimana. And, ya, kita berakhir berantem. Cuma adu mulut aja, sih, trus gue sedikit injek kakinya tadi." Jelas Helen santai.

"Oh my God! Siapa? Lo kenal apa enggak?" tanya Karen sangat penasaran.

Helen mengedikkan bahu. "Udah, lah, gak penting banget. Bahas yang lain aja, gue gak mood."

"By the way, lo nanti sore ikut, gak?" tanya Karen.

"Kemana?"

"Biasa, Yudha yang ngajak."

Ah, main, ya? Helen seketika teringat Mamanya. Tadi, ia sudah berjanji pada Mamanya jika pulang sekolah ia akan langsung pulang. Haruskah ia tolak ajakan temannya? Harus.

"Ehm, sorry, Ren, kayaknya gue gak dulu kalo nanti. Gue ada janji sama Mama gue," Helen tidak bohong, dirinya memang ada janji dengan Mamanya, yaitu pulang cepat.

"Yah, oke, deh, gue bilang nanti ke yang lain. Salam, ya, buat Tante Yena."

Helen hanya mengangguk. Ia ingin mengubah dirinya, ia ingin lebih dekat dengan keluarganya. Ya, ia harus lebih dekat dengan keluarganya sebelum terlambat.

>>>

Helen merapikan barang-barangnya. Ia tidak di kelas, melainkan di perpustakaan. Jangan kalian pikir Helen serajin itu membaca dan belajar di perpustakaan, nyatanya ia hanya numpang tidur di sana. Terlalu malas dengan Pak Beni-guru sejarahnya-yang terlalu banyak bicara membuatnya mengantuk. Daripada ia terkena damprat oleh pria pertengahan 40 tahun itu karena tertidur saat jam pelajarannya, lebih baik ia langsung tidur di sini saja. Lebih nyaman dan tenang.

Pukul 15.00 WIB.

Ia mengecek ponselnya. Beberapa pesan masuk. Ada pesan dari kakaknya dan langsung ia buka.

Kak Mou :
Dek, kakak jemput ya.
Setengah jam lagi kakak sampe.
14.45 pm.

Ah, pesan 15 menit lalu. Sekarang pukul tiga lebih lima menit, artinya ia harus menunggu kakaknya 10 menit lagi. Tidak masalah, ia akan menunggu di sini saja.

Sedang fokus menggulir layar ponselnya, atensinya teralihkan kepada sosok yang sedang berdiri membelakanginya. Terlihat sosok pria sedang melihat-lihat rak buku.

Complete You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang