Kana, seorang detektif muda yang punya ambisi kuat ingin memecahkan kasus 20 tahun yang lalu. Namun saat menjalankan misi, ia harus terjebak dengan pria berumur 27 tahun tapi berperilaku seperti anak-anak.
Kana, pengasuh bayi besar - Ravin
"Nana~~"...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 13 : Pergi tuk kembali 💌 Vote Komennya, Kaka💌 Happy Reading Typo bertebaran :) .
Up lagi aku😚💃
.
.
Semuanya telah berubah. Tak ada lagi rasa bimbang dalam benak Kana. Ia tak lagi merasa simpati dengan Ravin, hanya ada rasa kecewa dan marah yang ia rasakan saat ini.
Ravin tersenyum miring melihat Kana yang menatapnya dengan wajah bingung "Gue sengaja membiarkan lo tau siapa gue sebenarnya dan gue sengaja buat lo sebagai pengasuh Ravin yang malang"
Tangan Kana mengepal kuat mengarahkan tinjunya ke arah Ravin namun tertahan di udara. "Lo merasa menang dengan melakukan hal itu?" ujarnya dengan suara serak menahan amarah.
Tubuh Ravin kaku, pandangannya menatap datar kepalan tangan Kana tepat dihadapannya. Bisa ia pastikan beberapa centi saja kepalan itu mendarat di pipinya.
"Lo membunuh enam orang dengan seenaknya. Apa itu juga rencana lo buat pancing gue?" Kepalan tangan Kana melemas, ia mulai menegakkan tubuhnya dan menantang Ravin dengan tatapannya yang tajam.
"Gue punya alasan!"
"APA ALASAN LO?"
Suara Kana meninggi, lalu tertawa hambar "Gue tau alasan lo melakukan itu semua." Rahangnya mengeras menantang "Lo ingin Gavin muncul agar orang itu lebih mudah membunuhnya, kan? Lo ingin kedudukan Gavin sepenuhnya"
Lidah Ravin kelu. Rasanya ia menolak perkataan Kana dalam hati. Bukan itu alasan yang tepat. Kana salah paham. Namun Ravin hanya diam memperhatikan amarah Kana yang semakin membara. Ravin hanya membiarkan hal itu terjadi tanpa menjelaskan tujuan ia melakukan hal itu. Bibirnya seakan terkunci untuk berbicara.
Kana bukan tipe orang yang sabaran, melihat Ravin hanya diam cukup membenarkan dugaannya. "Walau kita sedarah. Gue gak sudi punya saudara seorang pembunuh!"
Ravin mengalihkan pandangannya, "Gue—"
"Kana?"
Perkataan Ravin terhenti karena kedatangan Kenzo, Deon dan Jiro disana. Kana menoleh cepat. Tak memedulikan wajahnya yang berantakan.
"Sejak kapan lo disini?" Tanya Kenzo.
Kana melirik Ravin yang malah berpura-pura sebagai Ravin yang malang. Ia tertawa dalam hati, lalu kembali menatap Kenzo "Maaf tuan Kenzo, saya hanya menghawatirkan Ravin. Jadi, saya kesini untuk melihatnya" Ujarnya, yang jelas itu hanya alasan Kana.
