Kana, seorang detektif muda yang punya ambisi kuat ingin memecahkan kasus 20 tahun yang lalu. Namun saat menjalankan misi, ia harus terjebak dengan pria berumur 27 tahun tapi berperilaku seperti anak-anak.
Kana, pengasuh bayi besar - Ravin
"Nana~~"...
Rencana awal si kembar ialah melacak keberadaan Galang dan menyeretnya dalam penjara. Namun, setelah Kana memikirkan satu hal. Ia merubah rencana itu, tentu saja tanpa sepengetahuan Ravin. Ia juga ingin membuktikan bahwa Kenzo ikut terlibat atau tidak. Maka, ia menjadikan kakak sepupunya itu sebagai umpan kedatangan Galang.
Salahnya, ia tidak mendengarkan perkataan Hanan saat pria itu mengomel tentang sikapnya yang gegabah tanpa memberitau Ravin berujung ia kembali terjebak. Kini, Kenzo berada dihadapannya sedang menatap bingung dengan kehadirannya di ruangan Kenzo.
"Kana? Kenapa lo ada diruangan gue?" Tanya Kenzo dengan wajah bingungnya.
Kana membeku, ia mengedarkan matanya mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Kenzo. Mulutnya tiba tiba terasa kelu.
Tak mendapat respon dari Kana, Kenzo mencoba bertanya kembali "Lo ngapain ke ruangan gue, Kana?"
"Gue- gue mau bicara sama lo" ujar Kana berusaha bersikap biasa saja dihadapan Kenzo.
Pria yang lebih tua mengangguk mengerti, lalu berjalan mendahului Kana tuk masuk dalan ruangannya. Sejenak, Kana menghela nafas lega karena Kenzo tak mempertanyakan lebih detail tentang kehadirannya. Kana kembali menutup pintu ruangan itu, dan mengikuti Kenzo yang sudah duduk di salah satu sofa. Ia mendudukkan dirinya berhadapan dengan Kenzo.
"Mau bicara apa?" tanya Kenzo tanpa basa-basi. Tangannya terulur membuka minuman kaleng dan memberikannya dihadapan Kana.
Kana mengerjap pelan. Benar juga, apa yang mau ia bicarakan? Tiba-tiba saja pikirannya bingung memberikan jawaban yang tepat, "Hah? A-Anuu- hm.." gagapnya sangat kentara.
Tatapan Kenzo berubah intens, menurutnya Kana sangat aneh. "Kata Adi lo mau ketemu sama gue, jadi lo nungguin gue disini."
Kana menyesap minuman kalengnya sebelum kembali menatap Kenzo serius, "Iya, gue cuma mau bicara tentang proyek yang lo usulkan saat meeting kemarin" jelasnya, ia teringat dengan pembicaraan meeting pertamanya. Ia menjadikan hal itu sebagai alasan.
"Ada apa dengan proyek itu?"
"Ravin marah karena proyek itu. Seharusnya lo gak perlu menggunakan bekas kebakaran rumah gue sebagai bahan proyek lo itu!" jelasnya lalu meneguk minuman kalengnya sampai habis.
