dua.

352 51 7
                                    

hilal sedang menjejalkan sesuap penuh nasi goreng sambil memakai dasi asal ketika mamanya menepuk pantatnya ringan. "duduk," kata beliau sambil membawa kotak bekal berwarna kuning.

"ma, aku nyari bunga sepatunya gimana?" belum sempat hilal merespon, dari anak tangga terakhir muncul hegar dengan seragam yang belum lengkap. sang mama mengernyit sambil meneriakkan nama adik hilal yang lain, "antyyyyy, ini kotaknya nih"

"bunga apa, dek?"

"bunga sepatu. aku kan disuruh bawa bunga sepatu hari ini. buat nunjukin bunga lengkap sama kurang"

"loh kok baru bilang?!"

"emang aku belum bilang, ma?"

"ya allah, hegaaaaar, udah mama bilang, kalo ada tugas apa, suruh bawa apa itu dicatet. itu mama pegangin hape juga buat kamu nyatet"

"iya lupa, mah, terus gimana? apa nggak usah masuk aja, ma, nggak bawa bunga?"

"loh kok nggak masuk?! mau bolos kau?" mata ibu paruh baya itu melotot seraya dari arah dapur seorang perempuan tanggung berseragam putih biru datang membawa wadah margarin.

"ma, aku mau lauknya telor ceplok tapi filmanya abis"

perhatian si mama seketika teralih. "pake minyak kan bisa, kak. itu wajan masih di kompor"

"nggak harum, ma, kalo nggak pake filma" danty sedikit merengek sambil manyun menimang wadah margarin yang kosong. belum sempat danty direspon, dari arah kamar mandi dapur muncul anak kecil berselimut handuk menenteng kain basah. "mah, seragamku basah jatuh dari jemuran" katanya lugu yang setelahnya, bisa hilal lihat dari ekor mata, wajah mamanya mengeras. sebentar lagi gunungnya meletus, hilal bisa mendeteksi.

"waduh, basah, dek, seragammu?" seorang lelaki paruh baya datang dari arah belakang sambil menghampiri aska−adik hilal yang berbalut handuk. "ini rabu jadwalnya olahraga kan? pake baju olahraga, ini papa keringin. nanti dianter"

fiuh, hilal menghela napas lega. papanya memang selalu bisa diandalkan maka hilal menyuap nasinya lagi sebelum menyenggol hegar. "sana pake dasi, nanti abang mintain bunganya ke pak somad pas berangkat" katanya dengan mulut penuh pada hegar.

"emang pak somad punya?"

"punya. abang yang nanem kemarin" seloroh hilal yang dikedipi hegar sangsi.

"ya udah deh. mintain ya, bang"

"iyeh, bawel" kata hilal sambil duduk seperti perintah mamanya tadi.

hilal lahir sebagai sulung dari tiga manusia lain maka keadaan riuh seperti barusan adalah hal biasa baginya pula beradaptasi dengan keadaan adalah keahlian yang terasah setiap harinya.




mama hilal itu dosen, akhir-akhir ini sedang banyak proyek penelitian maka kesibukan beliau juga bertambah. meski begitu, beliau tidak memakai jasa mbak atau supir untuk mengurus ke-empat anaknya. jadi, setiap pagi, mau se-stress apapun keadaannya, mama hilal pasti tetap akan memastikan kalau anak-anaknya sudah sarapan sebelum diantar satu persatu ke sekolah. cuma danty saja yang diantar papa karena sekolahnya melenceng sendiri.

sebenarnya, setahun belakangan hilal bersikukuh berangkat naik motor sendiri, toh dia lancar bawa motor bahkan nyetir juga bisa. namun, karena hilal belum punya sim dan mamanya adalah orang yang taat aturan, jadilah hilal masih diantar bersama kedua adiknya yang masih sd.

hilal sedang bengong menunggu adik dan mamanya siap ketika ojek online berhenti di depan pagar rumah gina. tidak lama pagar dibuka, menampakkan gina dengan seragam putih abu dengan badge sama dengan milik hilal. setelah lulus smp, lagi-lagi mereka satu sekolah. meskipun jarak kelasnya jauh, tapi hilal beberapa kali berpapasan dengan gina.

"bang, ayok" seloroh mama memecah fokus hilal. hilal terkesiap sebelum mengekor mama dan adiknya masuk mobil. sebelum itu hegar menarik tali ransel hilal.

"jangan lupa bunganya, bang"

"iyeh" desis hilal mengusak rambut cepak hegar.

keadaan di dalam mobil didominasi oleh suara radio dan obrolan remeh hegar dan aska. terkadang hilal menyambar asbun yang setelahnya akan diperingati oleh mamanya. selebihnya hilal sibuk dengan ponsel entah nge-game, membalas grup chat atau sekedar menggulir sosial media.

"tadi gina udah keliatan berangkat belum, bang?" tanya mama hilal seraya membawa mobil keluar garasi.

"udah. naik ojek" jawab hilal sambil lalu sebelum kemudian tampak tertarik. "dia sering naik ojek ya, ma, akhir-akhir ini?"

mama melirik hilal sebentar. "makanya kalo belum keliatan berangkat, diajak bareng aja, bang"

"ngapain? emang om wilis tugas luar kota lagi?"

kali ini mama menghela nafas panjang sambil melihat hilal cukup lama. "ini mama cerita sama kamu soalnya kamu udah besar, kenal sama gina terus satu sekolah juga. mama papa gina lagi nggak baik-baik aja, bang. mama pernah nggak sengaja dicurhatin terus kemarin malam, kamu denger suara mobil kemarin? kebetulan kemarin papa yang liat, itu papa gina yang bawa mobil. sampe tadi pagi belum ada lagi mobilnya"

hilal termangu mendengar penuturan mamanya. "emang perkaranya apa, ma? they seem fine tho"

"apa yang keliatan baik belum tentu baik, bang" jawab mama sambil memutar kemudi. beliau melirik hilal lagi. "makanya kamu jangan jahil-jahil sama gina. dia anaknya manis gitu kamu jahilin terus. mungkin dia keliatan nggak gimana-mana, tapi dalam hati gina siapa yang tau?"

"itu kan dulu, ma. sekarang udah nggak" rajuk hilal sambil memandang keluar jendela. ia masih tidak menyangka, keluarga beringin gina ternyata tidak serindang kelihatannya. hilal jadi sedikit banyak bertanya-tanya,sebenarnya seperti apa gina selama ini?


██████████




saturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang