lima.

249 48 11
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



ini adalah liburan semester 5 ketika gina memutuskan untuk pulang ke jakarta alih-alih surabaya. gina pikir sudah lama sejak dia bertolak ke barat maka punya teman seperjalanan tampaknya gagasan yang bagus maka ia menghubungi hilal. sejak encounter sop ayam semester lalu, hubungan gina dan hilal tidak seminimal sejak gina pindah. maksudnya kabar keduanya bisa casually mereka dapatkan lewat chat atau whatsapp story, nggak melulu instagram yang kadang-kadang polished.

"celamitan" seloroh gina mendapati tangan hilal merangsek ke dalam bungkus kripik yang ia pegang sementara ia memperhatikan arakan awan di balik jendela kereta. hilal nyengir.

"ya lo gak nawarin, gue inisiatif lah"

"gue nggak nawarin aja lo udah inisiatif, apa kabar gue nawarin?" sinis gina dan hilal lagi-lagi menarik bibirnya.

"berbagi itu kunci, gin"

"tapi kan bilang bisa" gina memutar duduk menghadap hilal. "lo tuh kebiasaan deh seenaknya"

"apa sih orang minta doang sensi. ntar gue beliin se-indomaret indomaretnya" balas hilal ofensif membuat gina sebal.

menurut gina, hilal itu seenaknya. dari dulu seenaknya dan gina tidak suka fakta, seiring sikap seenaknya itu, hilal tidak merasa bersalah. alih-alih bersalah, hilal selalu defensive dan mencari pembenaran. kan kayak ya'juj ma'juj ya hmzzz.

"tau ah" pungkas gina kembali memutar duduk. ia meletakkan bungkus kripik pada pangkuan hilal. sebodo mau dihabisin tapi, belum lama gina memberi punggung, tangan hilal tahu-tahu menjulur.

"maaf," kata hilal pendek dengan intonasi malas. gina melirik sedikit.

gina ingat dulu ada tradisi maaf-maafan diantara mereka tiap hilal bikin dia nangis. awalnya mama hilal yang selalu nyuruh hilal minta maaf tapi lama kelamaan, tiap hilal jahil dan gina kelihatan marah atau mau nangis, lelaki itu akan dengan sendirinya mengulurkan tangan―walaupun nggak ikhlas dan jahilnya tetep diulang.

gina menatap judgmental; tidak menyangka kalau tradisi itu masih berjalan bahkan sekarang.

"dimaafin nggak nih?" tanya hilal sambil menggoyang tangan. gina menghembus nafas jengah.

"hm"

"hm tuh hm apa?"

"iya"

"iya apa?"

"gue colok ya, hil, mata lo" kesal gina karena hilal literally menggodanya.

"gin, gin... hiiiihhhh! lo tuh kenapa sih dari dulu sensi banget sama gue. gue ketekin juga nih" seloroh hilal dengan gesture tengilnya.

gina bergidik. "apa sih"

hilal terkekeh. "tapi seriusan, lo tuh ada masalah apa sama gue? kayaknya gak pernah suka gitu sama gue, herman, padahal separo hidup lo ada guenya"

saturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang