sepuluh.

195 36 10
                                    

hilal melihat sekeliling sebab, meski sering bertandang, hilal tidak pernah benar-benar duduk di tempat ini.

seperti kamis biasanya, hilal menjemput freya di ifi―institut bahasa perancis yang freya enam bulan terakhir mengambil kursus di sana. komplek ifi terdiri dari main building dan cafe di serambinya. biasanya hilal akan menolak kalau freya mengajak mampir ke café-nya sebab menu dan ambience-nya yang hilal pikir ia tidak cocok. tapi hari ini, tidak apalah ia coba. hitung-hitung menghargai persistennya freya branding choux ifi yang katanya enak banget.

hilal menaikkan sedikit alis ketika menerima sodoran choux dari freya. "jadi lu bikin tato?" tanyanya merujuk tanda kecil di pergelangan tangan freya. si perempuan mengerling.

"jadilah. kelamaan nungguin lo" katanya yang mengundang kekehan hilal.

"ya maap, biasa orang sibuk. lagian ini sendiri juga berani. jadinya evil eye?" hilal menyuap choux yang krimnya langsung pecah di mulut. "anjir" desisnya sambil menjangkau kotak tissue dibantu freya.

"norak amat, belum pernah makan choux lo?" kata freya sambil membantu hilal membersihkan sisa krim di mulutnya. "gak. ini tuh tato temporer. lagian gue masih nungguin lo ya yang katanya cowok yang dipegang omongannya. buktiin" kata freya sambil melempar rematan tissue pada hilal.

hilal menghindar seraya mengambil tissue tersebut. biasanya ia akan membalas freya namun lelaki itu justru geming. "iya, ntar gue temenin" gumam hilal sambil melirik freya. "mau bikin dimana emang?"

"di tamsis, di temennya javas!" seloroh freya mendadak antusias.

hilal menaikkan sebelah alis. "javas temen kontrakan gue?"

"ho'oh. javas mana lagi emang?"

"kali aja lo kenal javas yang lain. lagian kenapa tiba-tiba temennya javas? lo kenal?"

"kenal lah. gue kan aslinya social butterfly. keliatan ga punya temen soalnya nyesuain lo yang sok ekslusif" seloroh freya bercanda tapi lagi-lagi membuat hilal terdiam.

"fre," panggil hilal seraya mematri manik perempuan itu. "lo sering jalan sama javas?"

"hm?" freya menaikkan sebelah alis. "kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanyanya namun sebelum hilal merespon, freya mengembangkan senyum jumawa. "takut kalah saing ya lo? takut kalo gak ada temen yang bisa lo resein lagi? iya? makanya, hil, kalo ada gue tuh jang―"

"sorry, fre" ucap hilal lirih seraya mengusap wajah. ia lalu mengerlingi perempuan berambut ash grey di depannya. hilal bahkan baru sadar warna rambut freya berubah dari yang terakhir ia ingat dark brown. atau brunette

entahlah, hilal tidak pernah benar-benar menyadari perubahan-perubahan kecil freya sebab perempuan itu begitu; dinamis, bebas, carefree... maka narasi freya menginterpretasi berbeda kedekatan mereka itu nonsense untuk hilal. bahkan duduk berdua begini, menatap ke dalam mata freya, hilal tidak menemukan arti lain dari tatapan atau gesture perempuan itu. they're that friend. tapi, membuat gina menangis kemarin membuat hilal menyadari sesuatu. mungkin benar ia reckless, mungkin benar ia serampangan bahkan menyadari perubahan warna rambut freya pun ia luput kan?

"sorry for what?" freya menaikkan alis.

"ya sorry kesannya gue brengsek ke lo"

freya mengerutkan hidung seraya menatap hilal judgemental. "ha? ngomong apaan sih?"

"hmph... selama ini kan gue sering seenaknya sama lo. dateng seenaknya, ilang juga tiba-tiba. kadang suka maksa lo nemenin gue ini itu...

...makanya kalo lo jalan sama javas, ya go ahead. gue seneng lo ada temen main instead ngandelin gue yang gak bisa diandelin ini"

saturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang