O6 : Makan Malam (2)

126 13 6
                                    

Berkomentarlah dengan bijak!

Dilarang menyebut nama asli tokoh di ranah Second Life!

***

"Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, Diorella Balter."

Ucapan Alzher membuat Dior tersadar.

Memang benar dirinya tahu bagaimana masa depan akan berjalan, tapi dirinya sudah mengubah banyak dari garis takdirnya. Bukankah berarti sama saja dirinya tidak akan tahu masa depan seperti apa?

Sebagai contoh, gebrakan yang Alzher berikan hari ini. Inilah bentuk masa depan barunya.

Jika dulu di tahun ini dirinya menderita karena Alzher dan kekasihnya, di hidupnya kali ini Dior masih bisa melihat indahnya sinar matahari dan tersenyum sebanyak yang dia mau.

Dior jadi semakin terpikirkan masa depan 'baru'nya akan berjalan bagaimana. Setelah pulang dari sini mungkin dirinya perlu melakukan beberapa revisi dari rencana yang sudah ia susun.

"Hei!"

Suara Alzher menyadarkan Dior dari lamunannya.

Ternyata hidangan pertama sudah disajikan. Tampilan makanan yang cantik dan aromanya yang lezat membuat Dior membatin lapar. Tanpa memperdulikan kehadiran Alzher di depannya, Dior mengambil alat makannya dan mulai mencicipi hidangan yang sudah menggodanya sedari tadi.

"Apakah melamun adalah hobimu? Setiap kali kita bertemu, ada saja adegan melamun yang kau lakukan."

Dior melirik tajam pada Alzher. Matanya berputar malas dan lanjut memakan makanannya, mengabaikan pertanyaan Alzher.

Pria itupun menarik napas panjang. Alzher mencoba melebarkan kesabarannya agar tidak ada adegan dirinya menggeret wanita di depannya ini dan memaksanya untuk menjawab pertanyaannya. Tidak Alzher sangka, menarik perhatian seorang Diorella Balter sesusah ini.

Namun bukan Alzher Hadeon namanya jika dirinya tidak memiliki ide gila lain, dirinya sudah menyiapkan sesuatu dan dipastikan Dior tidak akan menolaknya.

Keduanya pun pada akhirnya diam. Dior maupun Alzher fokus pada hidangan di hadapan mereka dan karena hal itulah Dior bernapas lega, setidaknya dia bisa menikmati makan malamnya dengan tenang. Dior sama sekali tidak menyadari adanya bahaya yang akan segera menghampirinya.

Hingga tibalah waktu dessert disajikan. Dior merasa menyesal saat kunjungannya kemari dua tahun lalu tidak mencicipi dessertnya dahulu sebelum kabur dari restoran ini. Rasanya sangat menyegarkan. Setelah memakan hidangan berat tadi, dessert dengan menu menyegarkan seperti ini sangat cocok di lidah Dior. Lain kali dirinya akan mengusulkan untuk mengadakan rapat di restoran ini saja.

Senyuman tipis menghiasi wajah tampannya tanpa disadari oleh Alzher karena menatap dalam diam saat melihat Dior yang fokus pada makanannya. Dior sebenarnya sangat menjaga mimik wajahnya dan terlihat elegan dengan postur tubuh sempurna tak lupa table mannernya. Namun Alzher dapat mengetahui jika wanita itu sangat menikmati makanannya. Lelaki itu sangat berharap bisa melihat ekspresi sebenarnya dari Dior, pasti sangat menggemaskan.

Sembari menunggu Dior menghabiskan dessertnya, Alzher berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati sebuah meja yang diatasnya terdapat sebuah gramophone. Tangan panjangnya dengan teliti memilah piringan hitam yang akan ia gunakan. Jarinya berhenti pada sebuah piringan hitam dengan cover merah berhias dua pasang kekasih menari.

Menarik.

Pilihannya jatuh pada piringan hitam itu. Dengan lihai, Alzher menyalakan gramophone tersebut. Secara perlahan piringan hitam tersebut mulai berputar.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang