Berkomentarlah dengan bijak!
Dilarang menyebut nama asli tokoh di ranah Second Life!
***
Lorong panjang berhias karpet lantai merah mengeluarkan suara yang bergesekan dengan sepatu pantofel. Ketukan irama sepatu terdengar begitu cepat seakan pemiliknya ingin segera masuk kedalam kamar hotel tempatnya beristirahat.
Alzher Hadeon, pelaku pembuat suara di sepanjang lorong. Tangan Alzher bergerak melepas ikatan dasi yang melilit lehernya. Tatapannya terlihat lesu namun tetap mempertahankan ketajamannya.
Pip! Pip! Pip! Pip!
Empat digit pin pintu ditekan dan berhasil membuka pintu apartemen yang terkunci. Dengan gerakan perlahan, Alzher mendorong pintu tersebut hingga terbuka lebar. Tangannya dengan cekatan melepaskan sepatu pantofelnya lalu meletakkannya di rak sepatu.
Alzher mengedarkan pandangannya. Suara televisi tertangkap oleh gendang telinganya samar-samar.
Matanya tertuju pada ruang televisi, menampakkan seorang wanita yang terduduk manis di sofa dengan pandangan yang terfokus pada tayangan drama romansa di layar televisi.
Tanpa niat mengganggu, Alzher berjalan dengan santai ke ruang televisi lalu mendudukan tubuhnya tepat di samping sang wanita. Alzher membawa kepalanya bersandar pada bahu wanita di sampingnya yang nampak tidak keberatan dengan tindakan Alzher. Tangan wanita itu bergerak mengelus puncak kepala Alzher
Sang wanita menolehkan wajahnya sebentar lalu bersuara memulai percakapan.
"so?"
Hening. Untuk beberapa saat tidak ada balasan dari si lawan bicara. Alzher nampak masih mencari posisi nyaman di pundak wanitanya.
"Tidak begitu mulus seperti rencana, tapi ada kemajuan." Jawab Alzher dengan suara pelan.
Wanita itu menarik ujung bibirnya hingga terbentuk senyuman tipis. Jari jemarinya beralih menyentuh pipi Alzher dan berhenti di dagu sang pria. Kecupan singkat ia berikan di bibir Alzher.
"Apa yang membuat rencana seorang Alzher Hadeon tidak semulus biasanya?"
Alzher mengulurkan tangannya untuk menyambar sekaleng minuman soda yang sudah terbuka segelnya dan meminumnya.
"Di awal, semuanya berjalan sesuai rencana. Makan malam di tempat yang sudah dirimu siapkan. Diorella Balter ternyata sangat berbeda dengan yang aku bayangkan. Dia adalah gambaran wanita yang sempurna namun juga sesosok yang misterius dan aneh di mataku."
Wanita di sebelah Alzher mengangkat satu alisnya heran. "Aneh?"
Alzher mengangguk.
"Saat sedang berdansa denganku tadi, tiba-tiba tatapannya berubah. Tatapan wanita Balter itu terasa sangat asing untukku, seperti tatapan mendambakan sesuatu yang sudah tertahan dalam kurun waktu yang lama. Tetapi setelah itu tatapannya berubah seperti semula, tatapan menusuk dan sangat tidak ramah. Bahkan dia meninggalkanku sendirian begitu saja."
"Wanita aneh."
Pembahasan itupun berhenti disana. Baik Alzher maupun wanitanya tidak berniat membuka mulut mereka. Keduanya lebih memilih merebahkan tubuh mereka di atas sofa yang sudah berubah menjadi bed dan mencari kenyamanan di tengah pelukan. Sesekali Alzher mengecup puncak kepala sang wanita dengan tangan yang setia mengelus pinggang dan menarik tubuh wanitanya untuk lebih dekat dalam rengkuhannya. Adegan dewasa yang ditampilkan dalam drama yang mereka tonton dibungkus dengan begitu romantis hingga mampu membuat pasangan yang menonton ikut terlena dalam adegan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionKehidupan apa yang kamu inginkan? Bahagia? Menyenangkan? Memiliki suami dan anak lalu menghabiskam masa tua bersama orang terkasih? Itulah kehidupan yang diinginkan seorang wanita bernama Diorella Balter. Namun realita kehidupannya jauh dari mimpi y...