Part 38

916 68 16
                                    

1. Pooh mulai curiga

 Pooh mulai curiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


..
..

Pavel mengunci ponselnya lalu melemparkannya ke kasur. Mendengar suara pintu kamar yang terbuka dia pun menoleh.

Ben berdiri di ambang pintu, wajahnya menyiratkan kesedihan. Bagaimana tak sedih jika sedari dia bertemu dengan Pavel, lelaki manis itu selalu tak mengacuhkannya. Bahkan saat masih ada Pooh pun Pavel bersikap tak acuh padanya.

"Boleh aku masuk?" izinnya pada Pavel.

"Masuk aja," balas Pavel dengan nada dingin. Lantas si manis duduk di tepi tempat tidur sembari memalingkan wajah tak mau menatap Ben.

Ben masuk dan menghampiri Pavel. "Dek," panggilnya pelan, namun Pavel bergeming.

Perlahan Ben merendahkan tubuhnya dan berjongkok di depan Pavel. Mengambil tangan Pavel namun di tepis sang empunya. Meski begitu Ben tetap memaksa menggenggam tangan mantan tunangannya itu. "Maafin aku ... Aku tahu kamu pasti sangat kecewa. Aku salah, sangat salah. Gak seharusnya aku raguin perasaanmu dan mengkhianatimu. Aku minta maaf Vel ... Aku pengen kita kembali," ucapnya penuh sesal.

"Aku udah maafin kakak," kata Pavel menatap wajah Ben. "Tapi untuk kembali. Aku gak bisa."

"Vel ..."

"Kak, tolong jangan bikin aku terlihat jahat. Aku tahu kakak nyesel. Aku tahu kakak udah berubah. Aku tahu kakak mungkin cuma khilaf. Tapi aku tetap gak bisa nerusin hubungan kita."

"Apa yang harus aku lakuin biar kita bisa kembali? Aku bakal lakuin apapun Vel ..."

"Aku gak mau nyakitin kakak walaupun kakak udah nyakitin aku. Aku udah gak cinta sama kakak."

Seperti ada belati yang menancap di hatinya, perkataan Pavel membuat Ben seketika terdiam. "H-huh?" Hanya itu yang terucap. Ben masih menolak memahami maksud perkataan Pavel meski dia paham.

"Aku udah gak cinta kakak. Bukan karena aku kecewa, tapi rasa itu udah hilang. Dan kalau kita maksa nerusin hubungan ini, ini gak akan berhasil. Kita hanya akan tersakiti."

"Kamu gak serius kan dek?" Ben masih denial dan berusaha tersenyum meski dipaksakan.

"Aku serius kak. Maaf ...."

Perlahan genggaman tangan Ben mengendur. Lelaki yang lebih tua lima tahun dari Pavel itu hanya menatap sang mantan tunangan dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kenapa?" tanyanya ingin tahu alasan Pavel sudah tak mencintainya. "Bukannya ini terlalu cepat. Atau kamu--" Ben menggantungkan kalimatnya.

"Saat aku tahu kalau kamu pernah selingkuh. Aku nangis, aku kecewa, aku marah, aku sedih, aku sakit hati. Tapi lebih sama diriku sendiri. Marah, kecewa dan sedih karena aku selalu berusaha pertahanin hubungan ini padahal hatiku sendiri udah nolak, dan ternyata orang yang aku pertahankan tega khianatin aku. Aku marah karena baru tahu sekarang, aku kecewa karena keputusanku malah nyakitin banyak orang. Harusnya saat rasa cintaku sama kamu udah hilang, aku bicara. Mungkin kamu gak harus nyakitin pacar kamu di sana karena aku sedia untuk mundur."

"Vel--"

"Kakak juga pernah seumuran aku. Kamu pasti ngerti."

"Tapi sekarang hatiku udah gak labil lagi Vel. Aku milih kamu, dan pengen nikah sama kamu."

"Lalu dia? Kakak gak mikirin perasaan dia? Dia sayang banget sama kakak."

"Lalu aku harus apa? Balikan sama dia? Gak bisa Vel, aku gak mungkin balik sama dia sedangkan cintaku cuma sama kamu."

"Sama Kak. Aku juga gak bisa balik sama kakak karena udah gak cinta sama kakak."

Skakmat. Ben tak bisa lagi membalas perkataan Pavel. Lelaki itu hanya terdiam.

"Cinta itu gak bisa dipaksakan. Untuk sekarang mungkin kita emang lebih baik berteman aja. Kita masih bisa deket kok. Dan jodoh gak ada yang tahu. Kalau emang kita berjodoh, pasti kita balik lagi suatu saat nanti. Tapi aku mohon, untuk sekarang kita berhenti aja ya kak ..."

___________________

Udah ya segini aja, lanjut besok malam lg 😘

[PoohPavel AU] TTM -{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang