JANGAN LUPA VOTE, FOLLOW, KRITIK DAN SARANNYA!
Typo, koreksi📌●○●○●○
Sepulang sekolah, Nara asyik berguling-guling di atas kasurnya dengan pikiran yang masih sama. Bagaimana cara mengembalikan jaket itu tanpa harus bertemu langsung dengan pemiliknya?
"Sial, gue harus gimana?" gumam Nara pada dirinya sendiri.
Kamar yang tadinya rapi, kini sudah seperti kapal pecah. Badan Nara dari tadi tidak bisa diam, terus berguling ke sana kemari. Selimut dan bantal yang semula berada di atas kasur, sekarang sudah berhamburan di lantai.
Nara diam sejenak. "Gue kan udah tahu alamatnya..."
"Eh, tadi kata Reizo, nama jalannya apa ya?" Dia bangun dari tidurnya lalu duduk, berusaha mengingat-ingat ucapan Reizo.
"Arghh, kenapa gue mesti lupa sih." Rambut Nara kini sudah seperti sarang burung, sedari tadi dia tak berhenti mengacak-acaknya karena frustrasi.
Tangan yang dari tadi sibuk mengacak rambut akhirnya diam. Tidak lama kemudian, sebuah ide muncul di kepalanya.
"Nah! Daripada gue gabut di rumah dan frustrasi mikirin cowok gila itu, mending gue ke rumah Dhara. Gue kan belum jenguk dia dari kemarin."
Tanpa banyak pikir lagi, Nara langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap pergi ke rumah Dhara.
Setibanya di depan rumah Dhara, dia langsung menghampiri satpam yang sedang berjaga.
"Pak Toni, apa kabar?"
Pak Toni yang saat itu tampak sedang sibuk melakukan sesuatu, langsung mengalihkan perhatian ke arah sumber suara.
"Eh, Non Nara. Alhamdulillah kabar saya baik. Non Nara pasti mau ketemu sama Non Dhara, ya?" Tebak Pak Toni tepat sasaran.
"Iya, Pak. Dari kemarin Dhara sakit, tapi saya baru sempat ke sini sekarang. Dia ada di rumah, kan?"
"Ada, kok. Tadi pagi Nyonya juga sempat pulang buat ngecek keadaan Non Dhara. Tapi siangnya, beliau balik lagi ke luar kota."
"Berarti sekarang Dhara sendirian lagi dong, Pak? Kasihan, lagi sakit pula."
"Ya nggak sendirian juga, masih ada Bik Narsih yang nemenin."
Nara mengangguk. "Kalau gitu, saya masuk ya, Pak."
"Oh iya, silakan, Non." Pak Toni langsung membukakan gerbang dan mempersilakan Nara masuk. Tak lupa, Nara pun mengucapkan terima kasih.
Kini Nara sudah berdiri tepat di depan pintu utama rumah Dhara. Ia memencet bel rumah, dan tidak lama kemudian pintu dibuka oleh Bik Narsih, asisten rumah tangga di rumah Dhara.
"Assalamu’alaikum, Bik," sapa Nara.
Ia lalu menyalami tangan Bik Narsih yang masih memegang sapu. Menyadari maksud Nara, Bik Narsih segera memindahkan sapu ke tangan sebelah.
"Wa’alaikumsalam, Non. Mari masuk!" jawab Bibik sambil mempersilakan Nara masuk.
"Iya, Bik. Gimana keadaan Dhara?"
"Non Dhara sudah mendingan. Tadi sebenarnya dia mau ke rumah Non Nara, tapi saya larang."
"Nah, bener, Bik. Kalau perlu dijewer juga," sahut Nara mendukung. "Sekarang dia lagi di kamarnya, kan?"
"Iya, Non. Langsung naik saja. Pasti Non Dhara senang banget lihat Non Nara datang."
"Ya sudah, saya izin ke kamarnya Dhara, ya, Bik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Detik dan Detaknya (REVISI)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ JANGAN MENJIPLAK! ITU PERBUATAN RENDAH DAN TIDAK BERADAB. .・✫・゜・。. .・。.・゜✭・ Nara menyukai Razka sejak masa SMP. Setiap hari, rasa suka itu semakin bertambah, hingga kini dia duduk di bangku SMA. Seiring berjalannya waktu, rasa itu sema...