BAB 2 • Burangrang, Bandung

40 10 0
                                    

Selamat membaca Bab 2 Bulan Prasbiru!

Tepatnya pada bulan Januari, kala aku menginjak usia 14 tahun, Ayah datang ke Jakarta membawa seorang perempuan yang begitu cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepatnya pada bulan Januari, kala aku menginjak usia 14 tahun, Ayah datang ke Jakarta membawa seorang perempuan yang begitu cantik. Aku yakin, kalau kusebut namanya pasti kamu akan sangat mengenalnya. Tokoh yang paling sering mendapat komentar buruk. Tokoh yang aku panggil dengan sebutan Cici.

Ci Manda menikah pada usia 24 tahun, namun, pernikahannya hanya berlangsung selama satu tahun. Mereka cerai atas dasar KDRT dan belum dikaruniai anak. Selepas bercerai, Ci Manda menyibukkan diri pada karirnya dan kata Buna, sempat menanyakan kabar Ayah padanya. Bagaimanapun, Cici tahu keseluruhan kehidupan Ayah. Maka semua kekurangan Ayah mau diterimanya.

Setahun setelah aku datang ke rumah Ayah sendirian, kata Buna menurut informasi dari Cici, Ayah kembali menghubungi Cici dan mengajaknya untuk bertemu. Entah apa yang dibicarakannya aku tidak tahu karena Buna tidak menceritakannya sampai sekarang. Hanya saja, setahun kemudian, Ayah melamar Cici pada bulan Mei dan menikah pada bulan November. Pernikahannya dilakukan di Bandung, tidak diramaikan, hanya keluarga dan kawan terdekatnya saja.

Sejujurnya, pernikahan Ayah memang yang aku selalu doakan. Aku tidak tega melihat Ayah seorang diri dengan usianya yang sudah tiga puluh lebih. Dan saat kenyataannya menikah dengan mantan pacarnya dulu, aku sangat menyetujui. Secara, dari cerita Buna bahwa Cici sangat tulus pada Ayah. Aku merestui mereka. Satu tahun pernikahan, mereka dikaruniai anak laki-laki yang diberi nama Arfa Castillo.

Bagiku, kebahagiaan Ayah adalah kebahagiaanku juga. Seberengsek apapun Ayah pada hidupku, seberengsek apapun Ayah dari pandangan semua yang mengenalnya, dia tetap Ayah kandungku yang mesti kuhormati posisinya. Bahkan, ketika aku tahu bahwa akhirnya aku akan memiliki empat orang tua, aku tetap menghargai mereka semua, meskipun, tetap terkadang hatiku terasa panas sesaat menyadari bahwa aku terlahir pada keadaan yang memungkinkan dari sejuta anak tidak ingin ditakdirkan seperti ini.

Bertahun berlanjut, Cici, atau yang sekarang kupanggil dengan sebutan Ibu itu, mulai nyaman dan semakin menunjunkkan sikap yang sangat bertolak belakang seperti yang pernah Buna ceritakan padaku. Ibu yang kukenal memiliki sikap yang sangat begitu santun dan patut untuk kuhormati pula. Kecemasan yang kupikir bahwa memiliki Ibu Tiri adalah takdir buruk ternyata tidak begitu juga. Alhamdulillahnya, meskipun aku memiliki Ayah dan ibu tiri sekaligus, tetapi Tuhan mempertemukanku pada dua manusia lain yang begitu menyayangiku.

Jadi begitulah kehidupan Ayah sekarang. Menikah dengan mantan pacar Pupa sekaligus mantan pacarnya juga. Sempat mengalami depresi berat selepas lulus SMA hingga mesti pamit dari Jakarta dan menetap di Bandung sebagai bentuk penyembuhan lukanya yang berat.

Aku harap untuk semua yang telah mengenal Ayah lebih jauh dariku dan mengetahui bagaimana latar belakang dirinya, bisa memaklumi dan memaafkannya dengan lapang hati. Aku paham, kesalahan Ayah teramat perih untuk dilukis di hati Buna yang cantik bentuknya. Pula aku mengerti seberapa pantas Ayah dimaki atas kesalahannya itu. Tetapi bagaimana pun, Ayah tetap jadi bagian dari cintaku. Maka dengan wajib harus kuhormati siapa dirinya.

BULAN PRASBIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang