Selamat kembali membaca bab Bulan Prasbiru teman-teman!
___
Pergerakanku terhenti kala mendengar suara sering telepon. Dengan asal kuletakkan kanvas lukisnya, lalu segera mengambil ponselku.
"Buna!"
"Halo, Kak! Apa kabar, Kak? Buna kangen."
"Kakak juga, Bun. Kangen banget. Gimana kabar Buna, Pupa sama Abang?"
"Alhamdulillah sehat, Kak. Gimana sekolah di Bandung? Ada yang jahat nggak?"
"Seru, Bun! Teman-teman baik semua. Ada Arum, Dira, Adit, Ranin, banyak deh pokoknya. Kakak sering main ke rumah Adit soalnya nggak jauh dari sekolah gitu, Bun. Kan sekolah Kakak juga nggak jauh dari kantor Ayah."
"Iya, Ayah bilang ke Buna begitu. Ayah bilang, kamu udah nggak dijemput kalau pulang sekolah?"
Aku terdiam sejenak. "Iya, Bun. Kakak pengen naik angkutan umum aja sama teman-teman yang searah. Lagi juga, Bun, Kakak nggak mau ganggu waktu Ayah. Kadang kan Kakak pulangnya nggak nentu. Jadi Ayah suka repot kalau mau jemput Kakak."
"Iya juga. Kasian Ayah jadi bulak-balik. Ya namanya juga anak satu-satunya perempuan. Takut kenapa-napa, jadi dibela-belain capek. Ayah sayang kamu, Kak."
Aku tersenyum. Duh, rasanya teduh sekali kalau bicara dengan Bunaku.
"Bun, Pupa batuk-batuknya udah mendingan apa gimana?"
Telepon hening sejenak. "Minggu kemarin sudah ke dokter lagi. Sudah dikasih obat yang lebih bagus katanya. Ya alhamdulillah mendingan. Tapi hari ini lagi parah."
"Bilang Pupa, Bun, nggak usah sibuk kerja terus. Hidup Kakak juga kan sekarang udah ditanggung Ayah. Pupa nggak usah sepenuhnya. Kakak baik-baik aja di sini. Ayah juga lancar terus, Bun."
"Ayah sehat, Kak?"
"Sehat, Bun. Kakak sering diajak jalan berdua sama Ayah. Nggak jarang juga kalau Kakak mau tidur suka nemenin. Dia sering bilang gini tahu, Bun, 'Anak Ayah cantik kayak Ibunya yang di Jakarta'."
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN PRASBIRU
RomansaAku terlahir dengan serba cinta; terlebih aku memiliki 4 orang tua dengan segala kelebihan dan kekurangannya yang harus aku terima. Tetapi tanpa mereka, aku tidak akan dikenal sebagai perempuan yang lahir dari rahim seorang wanita tangguh yang hatin...