“Turun di sini, Pak," kataku kepada supir taxi.
Aku berjalan memasuki gedung pencakar langit itu dengan senyuman di wajahku. Ini masih pagi jadi tidak perlu terburu-buru. Untungnya rumahku dekat dengan kantor. Hanya butuh lima belas menit untuk sampai disini.
Aku berjalan di pintu masuk gedung saat merasakan seseorang berjalan di sampingku.
"Hai, Kook!" Sapanya.
Aku tidak perlu menoleh untuk melihat siapa dia karena hanya ada satu orang yang akan meyapaku seperti itu. Kim Mingyu. Kami berada di departemen yang sama tapi beda tim.
Dia selalu berusaha mendekatiku padahal sebelumnya aku sudah menolaknya. Selama tiga bulan aku bekerja di sini, dia tidak henti-hentinya mencoba merayuku.
"Nanti makan siang bareng ya, Kook," katanya padaku.
"Ga bisa, aku ada rencana lain," aku berbohong.
Mingyu sudah mengajakku berkencan berkali-kali tapi aku selalu menolaknya. Dia memang tampan, tapi bukan tipeku. Meskipun dia pria yang baik, itu tetap tidak merubahku.
Aku masuk ke lift dan dia mengikutiku. Dia bicara padaku tapi aku tidak menyimak. Aku hanya mengangguk setiap kali dia bertanya padaku. Dia tidak menyadarinya dan terus bicara.
Setelah tiba di ruangan, kami melakukan absensi dengan absensi sidik jari atau mesin absensi fingertip. Aku menunggu namaku muncul dan setelah itu melepaskan jariku dari mesin absensi.
Kim Jungkook
08:30:27 pagi.
Aku tidak menunggu Mingyu saat dia melakukan absensi dan berjalan ke ruanganku. Karena kami berada di tim yang berbeda, ruangan kami juga berbeda.
Aku sedang mengeluarkan peralatan dari tasku saat Wendy dan Joy tiba. Hanya mereka berdua yang ada di timku dan satu orang supervisor yang cukup cerewet.
"Selamat pagi!" Sapa Wendy dengan antusias.
"Pagi," sapaku sambil tersenyum.
Sayangnya, pagi kami yang cerah berubah menjadi mendung saat Bu Lee yaitu supervisor di tim kami datang. Bahkan Wendy dan Joy hanya memutar bola mata saat melihatnya.
"Ladies!" Sapa Bu Lee yang berada di ambang pintu.
"Saya baru saja dari lantai atas," ujarnya saat perhatian kami semua tertuju padanya. "Direktur baru kita akan segera tiba. Rapikan semua barang, jangan bikin malu. Jika sudah mengerti, saya akan kembali ke atas."
"Baik, Bu Lee," kata kami bertiga bersamaan.
Setelah Bu Lee pergi, Joy segera angkat bicara.
"Tahu tidak? Kudengar bos baru kita ganteng banget!"
"Iya, aku juga dengar!" Wendy menimpali.
Aku hanya menggelengkan kepala. Terus, kenapa kalau bos kami tampan? Itu tidak akan membuat gaji kami bertambah. Dan juga, kami tidak akan sering bertemu dengannya. Aku tidak tahu bagaimana penampilan bos baru kami ini karena bos sebelumnya yaitu Pak Sooman, usianya paruh baya. Tapi meski begitu, beliau baik kepada karyawannya. Mungkin bos baru ini akan jauh berbeda. Maksudku, apa dia bisa mengutamakan kesejahteraan karyawan seperti yang dilakukan bos sebelumnya?
"Mungkin itu hanya rumor." Aku tak sadar mengatakannya dengan lantang dan mereka menatapku secara tiba-tiba.
"Itu bukan rumor! Seulgi sendiri yang mengatakannya!" Joy langsung bereaksi. Seulgi adalah sekretaris bos terdahulu kami dan kini menjadi sekretaris bos baru kami. "Usianya dua puluhan dan masih S-I-N-G-L-E! Waah! Omoo omoo, aku akan berusaha untuk memikatnya!" lanjutnya sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Husband (Taekook Gs)
Fiksi PenggemarJungkook menjalani hidupnya dengan caranya sendiri, bebas dari perjodohan dan hanya fokus pada pekerjaannya. Namun, tiba-tiba Kim Taehyung, suaminya, kembali ke dalam hidupnya sebagai bosnya! Seolah-olah bertemu di kantor setiap hari tidak cukup unt...