Rayna merasa tegang ketika dia bertemu dengan Rian di ruang kerja. Dia segera mencoba menjelaskan semuanya kepada bosnya, berharap bisa meredakan ketegangan yang tercipta.
"Maafkan saya, Pak Rian. Saya sama sekali tidak bermaksud menggoda Anda di kantor," ucap Rayna dengan nada rendah, mencoba menjelaskan situasinya.
Rian menatapnya dengan tatapan datar, tapi terlihat jelas kekesalannya. Rayna merasa cemas dan takut, tidak pernah melihat Rian begitu marah sebelumnya.
Namun, di balik kemarahannya, Rian merasakan gelombang perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya. Dia menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada Rayna, dan pikiran itu membuatnya semakin gelap.
"Dengarkan, Rayna," ujar Rian dengan suara bergetar, "Saya tidak ingin melihat kamu bersama lelaki lain. Kamu membuat saya cemburu, Rayna. Saya tak ingin kehilanganmu."
Rayna terkejut mendengar pengakuan Rian, tapi sekaligus merasakan ketegangan yang terbentur saat Rian mendekatinya dengan langkah-langkah yang kuat. Tubuhnya terdorong ke belakang, hingga terhenti di dinding tembok, membatasi gerakannya.
Seketika suasana ruangan terasa semakin tegang, dan Rayna merasa dirinya berada di antara dua pilihan yang sulit.
Rian tiba-tiba mencium bibirnya dengan kasar. Perasaan terkejut dan ketakutan melanda saat tangan Rian menekuk lehernya dengan kuat, memperdalam ciuman tersebut. Rayna berontak, mencoba melepaskan diri, tapi tenaga Rian begitu kuat, membuatnya merasa terjebak.
Dalam keadaan panik, Rayna mencoba menyingkirkan Rian dengan kekuatan terakhir yang dimilikinya, namun usahanya sia-sia. Keringat mulai membasahi tubuhnya saat dia merasakan ketidakberdayaannya di hadapan Rian yang begitu kuat dan menentang. Semakin lama, ciuman itu terasa semakin berat dan tak berbelas kasihan.
Rayna menangis histeris ketika Rian, bosnya, yang sebelumnya tampak ramah, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang menyeramkan. Rian meraih tubuh Rayna dengan kasar, membuatnya merasa terjebak dan tidak berdaya.
"Berhenti, Pak! Lepaskan aku!" Rayna berteriak sambil mencoba melawan.
Rian memandangnya dengan tatapan penuh keinginan yang menakutkan. "Kau tidak bisa lolos, Rayna. Aku tidak akan melepaskanmu."
Rayna berontak semakin keras, mencoba menyingkirkan Rian, tapi sia-sia. Dia merasa kehilangan kendali atas situasi ini.
"Kenapa kau melakukannya, Pak? Ini tidak benar!" Rayna mencoba menahan tangisannya.
Rian hanya tersenyum dengan penuh kepuasan. "Kau membangkitkan hasratku, Rayna. Kau seharusnya tahu akibatnya."
Rayna semakin panik, mencoba bertahan dari serangan Rian yang semakin ganas.
"Apa yang kau lakukan itu salah, Pak! Kau tidak boleh memaksaku seperti ini!" Rayna memprotes dengan suara yang gemetar.
Rian mendekatkan wajahnya ke wajah Rayna dengan penuh nafsu. "Kau milikku, Rayna. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Rayna terus berjuang, mencoba mencari peluang untuk melarikan diri dari genggaman Rian yang kuat.
Rayna, meskipun ketakutan dan lelah, tidak menyerah begitu saja. Dia terus berontak dan mencoba melawan, meskipun Rian tetap menguasai situasi dengan kekuatan fisiknya yang superior.
"Kau tidak bisa memaksaku seperti ini, Pak! Aku tidak akan menyerah padamu!" Rayna berteriak, mencoba membangkitkan keberaniannya.
Rian hanya menatapnya dengan tatapan yang membara. "Kau pikir kau bisa melawan aku, Rayna? Aku punya kendali atasmu sekarang."
Rayna merasakan keputusasaan mulai menyelimuti dirinya. Dia tahu dia harus berpikir cepat untuk menemukan cara keluar dari situasi ini.
"Sudahlah, Pak! Apa yang kau inginkan dariku?" Rayna berusaha meredam ketegangan dengan bicara, mencoba menenangkan Rian.
Rian menatapnya dengan ekspresi yang gelap. "Aku ingin kau menyadarinya, Rayna. Kau milikku, dan aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja."
Rayna merasa semakin terjebak dalam cengkeraman Rian yang kuat. Dia merasa tidak punya pilihan lain selain berusaha mencari cara untuk melarikan diri.
"Pak, tolonglah, lepaskan aku! Ini tidak benar, kau tahu itu!" Rayna mencoba membujuk Rian dengan suara yang lemah.
Namun, Rian masih belum menunjukkan tanda-tanda melemahkan genggamannya. Dia terus mendekati Rayna dengan niat yang jelas.
Karyawan yang masuk memberikan kelegaan bagi Rayna. Dengan cepat, dia mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri dari ruangan kerja bosnya yang menakutkan.
Tanpa berkata sepatah kata pun, Rayna segera meninggalkan ruangan itu dengan langkah cepat. Hatinya masih berdebar-debar, tetapi dia merasa lega bisa keluar dari situasi yang mencekam tersebut.
Dia berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberinya peluang untuk keluar dari situasi yang tidak menyenangkan itu.
Duduk di meja kerjanya, Rayna merasa kesal dan kecewa dengan bosnya. Dia mengetik dengan gerakan tangan yang cepat, tetapi pikirannya terus melayang ke insiden yang baru saja terjadi.
"Bagaimana mungkin dia melakukan ini padaku?" gumam Rayna.
Suasana ruangan kerja terasa hening, hanya suara ketukan keyboard yang terdengar. Rayna mencoba menahan emosinya agar tidak mempengaruhi kinerjanya, tetapi kekecewaan terus mengganggunya.
Sambil memperhatikan layar komputernya, dia berusaha mencari pemecahan masalah untuk situasi yang rumit ini. Namun, dalam hatinya, rasa kesal dan kecewa masih meluap-luap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawaran Pelakor Bayaran
RomanceWarning !!! Dilarang memcopy paste cerita saya ini murni karangan saya! Jangan lupa follow Biar selalu ada Notification ketika update !! hargai karya orang. "Kopi apa ini? Rasanya sungguh tidak enak!" keluh Rian sambil memuntahkan kopi yang telah di...