Bab 3

61 17 0
                                    

Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Fonda dan Bastian melalui lorong ruangan yang di sisi kanan juga kirinya dijejeri oleh kandang transparan yang berisiberbagai jenis hewan langka genus Panthera dan berbahaya, kebun binatang rahasia di lantai bawah tanah Rumah SakitGenma Surabaya. Namun, wanita itu bahkan tidak berhenti ataupun menoleh, seakan-akan mereka semua objek yang tidak menarik. Dia mengabaikan auman dan ngeongan yang menyambut mereka.

Keduanya pun berhenti di depan dinding putih. Fonda menunggu saat Bastian menempelkan sidik jari pada kotak miripsaklar lampu. Wanita itu membiarkan tas dokternya berayun pada genggaman tangan kanan.

Dinding buatan terangkat, menampilkan tempat tinggalnya sang Cindaku yang berada di dalam sel. Seorang pengawalyang berjaga di luar sel itu pun langsung berdiri dari kursi plastik yang dia duduki untuk memberi hormat. "Selamatdatang, Dokter."

Lebih profesional dibanding Genma Tangerang Selatan.

Bibir Fonda melengkung samar, teringat dengan seorang pria besar mulut yang merupakan pengawal pribadinya di masalalu.

Wanita itu mengangguk kecil lalu menoleh ke arah sel, tempat Cindaku berada. Napas Fonda tertahan sejenak saatmendapat sosok yang dia cari.

Makhluk itu duduk di lantai, satu kaki ditekuk untuk memangku tangan kiri, sedangkan kaki lainnya tertekuk rebah, mengingatkan Fonda akan Inyiak. Namun, bedanya, Cindaku tidak menundukkan kepala. Sepasang mata biru itumengawasi segala aktivitas dengan cermat, bagai seekor predator yang menunggu mangsa.

Apakah dia selalu bersiaga?

Fonda melangkah beberapa kaki, mendekati sel dalam jarak aman, sesuai pengalamannya dengan Inyiak. Dia berhenti danmenyapa, "Halo, Cindaku."

Pandangan Cindaku mengarah pada leher Fonda, mencari jejak biru yang dia hadiahkan dan membuat wanita itutersenyum samar.

Makhluk itu tidak akan dapat menemukan bekasnya. Dia telah bertahun-tahun berlatih untuk menyembunyikan bekasluka, menutupi rasa sakit.

Cindaku berdecak, samar, tetapi tertangkap pendengaran Fonda.

"Tinggalkan kami."

"Tapi, Dokter!"

"Tidak akan terjadi apa-apa." Fonda mendengkus meremehkan. "Tunggu di luar."

Bastian dan pengawal satu lagi saling berpandangan sejenak, sebelum pria itu akhirnya mengalah. "Berhati-hatilah, Dokter."

Fonda mengangguk. Wanita itu mematung saat kedua pengawal menuruti perintah, meninggalkan dia dan makhluk yang hampir membunuhnya berdua saja.

Mata biru Cindaku berkilat sejenak kala menatapi Fonda. Namun, makhluk itu tidak menampilkan ekspresi apa pun.

"Saya Dokter Fonda, dokter yang akan mengurus kesehatanmu," lanjut Fonda setelah dinding buatan tertutup dari luar. "Saya harap kamu tidak lagi berusaha melukai saya."

Cindaku bangkit berdiri. Dia berjalan mendekati jeruji besi yang memisahkan antara dirinya dengan Fonda, memangkas jarak.

Makhluk itu tiba-tiba mengayunkan kuat lengannya, seakan ingin menggapai lawan bicaranya, sebelum cakar panjanghitam mencuat cepat, meninggalkan jarak hanya beberapa sentimeter dengan wajah Fonda.

Napas Fonda tertahan ketika beberapa helai rambutnya terpotong. Wanita itu refleks mundur dua langkah dengan mata terbelalak.

Dia dapat berubah wujud sebagian?

Mengendalikan Cindaku [ Genma Series #2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang