Bab 15

70 13 2
                                    


Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

Kabut tipis mengelilingi sosok yang menyembul dari dalam air. Bulu hitam menutupi seluruh tubuh raksasa yang kini jauh lebih tinggi dibandingkan Cindaku.

Bunyip kembali mendengkung. Dia berenang mendekati Cindaku dengan kedua tangan yang berselaput, tetapi memiliki cakar panjang.

Sepasang gading mirip milik seekor gajah menyembul pada bibirnya yang sedikit terbuka. Makhluk yang luar biasa unik dan mengerikan.

"We know you will be surprised," ucap Jack. Dia berdiri di sisi Fonda dan menyeringai. "Bunyip has the same behavior as a frog. It will devour your kitty in a second."

Nagata!

Fonda refleks menggertakkan gigi. Dia mendekati kaca tribun dan melihat ke arah Cindaku dengan panik.

Jangan sampai dia mendekatimu! Jangan!

Ethan tertawa kecil saat Fonda menyentuh kaca, seakan-akan berusaha memberikan kode kepada Cindaku. "Doctor Fonda, it is useless. Your kitty doesn't even know you are here. How about you sit and relax?"

Fonda menoleh ke arah Hendra. Namun, pria itu hanya menggeleng pelan, menunjukkan tidak ada yang bisa mereka lakukan.

Wanita itu mengepalkan tangan, menahan amarah. Cindaku adalah tiketnya untuk menjaga darah dagingnya, kematian makhluk itu akan membuat dirinya tersingkir dari tempat ini. Mereka bahkan mungkin akan mengembalikannya ke Genma Tangerang Selatan, tempat pria terkutuk itu berada.

"Doctor Fonda, please sit down."

Ucapan Jack membuat wanita itu menelan ludah. Fonda mengentakkan stilettonya dan berjalan menuju sofa. Dia menghempaskan tubuh sambil berdoa di dalam hati.

Nagata! Semoga kamu selamat.

*****

Dengkung bersahut-sahutan terdengar semakin keras, bersamaan dengan dada Bunyip yang terus mengembang. Sepasang mata makhluk itu mengawasi Cindaku yang berjalan mundur dengan hati-hati. Mereka saling bertatapan sebelum lidah Bunyip memelesat ke arah lawannya.

Cindaku segera melompat mundur. Tubuh makhluk itu bertransformasi. Kedua tangannya membesar berikut bagian atas tubuh, sedangkan bulu putih harimau menutupi dada, lengan, dan punggung.

Bunyip kembali mendengkung sebelum lidahnya kembali menjulur, sangat panjang, hingga hampir menyentuh wajah lawannya. Namun, Cindaku lagi-lagi mengelak dengan melompat mundur.

Jarak mereka kini cukup jauh. Cindaku berdiri siaga, mengamati gerakan lawannya. Namun, kali ini Bunyip tidak terus mengejar. Dia bergeming di tempat sambil terus mendengkung.

Tunggu sebentar! Punggung Fonda menegang kala menyadari sesuatu. Wanita itu mengamati Bunyip dan Cindaku secara bergantian sebelum dirinya mendengkus menahan tawa.

"Is there anything funny?"

Pertanyaan Ethan membuat Fonda menoleh. Wanita itu tersenyum tipis. "It seems like your Bunyip needs to stay in the water to maintain its shape...."

"However...." Mata Fonda pun berbinar jenaka saat menyelesaikan ucapannya. "Our Cindaku doesn't like getting wet. He will avoid water as long as possible."

*****

Seruan jemu mulai terdengar saat kedua petarung tidak ada yang bergerak dari posisi. Bunyip tidak berniat keluar dari danau, sedangkan Cindaku, kini malah dengan santai melihat-lihat sekeliling tanpa berminat melanjutkan perkelahian.

"Fight! Fight! Fight!"

Teriakan membahana terasa menggetarkan kaca. Namun, sayang hal itu tidak memberikan efek apa pun kepada kedua makhluk di dalam kubah. Bunyip memang tidak mampu untuk meninggalkan danau, sedangkan Cindaku, dia terlalu cerdas untuk mendekati lawannya yang memiliki lidah panjang, lengket, dan lincah.

Hampir satu jam ....

Fonda menoleh ke arah jam digital raksasa yang terpasang di langit-langit. Pertarungan tidak mungkin berlangsung lebih dari tiga jam dan Cindaku sangat ahli untuk mengulur-ngulur waktu.

Suara boo kini mendominasi. Pembawa Acara pun akhirnya berkata, "I think it's time to stimulate the fighters."

Pembawa Acara menoleh ke arah tribun, tempat para petinggi Genma berada dan mengangguk.

Hendra yang memahami arti kode itu pun mengembuskan napas panjang. Dia bangkit berdiri. Namun, saat pria itu hendak melangkah, para penonton mendadak berteriak riuh, membuat Fonda dan ketiga rekan lainnya melihat ke dalam kubah.

Cindaku tiba-tiba memelesat maju. Makhluk itu menghindari lidah yang berusaha menangkapnya sebelum dia melempar kuat borgol tangan miliknya, tepat ke dalam mulut Bunyip yang terbuka lebar.

Suara kelontang bersamaan dengan Bunyip yang bergerak mundur dua langkah. Cindaku pun mengambil kesempatan itu untuk melompat mundur, kembali ke jarak aman, saat lawannya secara otomatis menelan borgol tangan miliknya.

"What is he doing?" tanya Jack terheran-heran. "Does he hate his handcuffs so much?"

"I don't think so." Fonda mendengkus. Tingkah makhluk yang menjadi tanggung jawabnya memang unik dan di luar kewajaran. "Our Cindaku is kind of smart. I think this tournament will end with a draw."

"I don't understand."

Bibir Fonda tersenyum tipis saat mengamati manusia kucing putih yang kini malah menguap. Cindaku dengan tertarik melihat ke arah pohon yang berada jauh dari Bunyip dan sepertinya berniat beristirahat di sana.

Wanita itu pun menoleh ke arah Jack dan Ethan yang kebingungan sebelum berkata, "The handcuffs your Bunyip devours are also connected to the collar. If we turn on the power to electrocute Cindaku from his collar, it will also electrocute the Bunyip from the inside. We all know that the effect is more dangerous for the Bunyip than for Cindaku, as the handcuffs are now near the Bunyip's heart. I believe you would not be willing to harm yours, just as we do not want to hurt ours."

"Sepertinya ucapan Anda benar." Hendra terlihat pasrah ketika Cindaku dengan lincah memanjat pohon sebelum menghilang di kerimbunan daunnya. "We'll just end the match now and consider the result a draw. What do you think, Doctor Jack, Doctor Ethan?"

Teriakan kesal dari para penonton semakin sangar. Pembawa Acara berusaha menenangkan dengan berkelakar, tetapi sayang, tidak dapat mengurangi keriuhan yang terjadi.

Bunyip kembali mendengkung tanpa keluar dari danau, sedangkan Cindaku tidak lagi terlihat di pandangan. Ethan dan Jack saling menatap. Mereka membutuhkan waktu untuk menimbang keputusan sebelum akhirnya Ethan menjawab, "We agree. let's end the tournament."

Tubuh Fonda merileks. Wanita itu bersandar dengan nyaman di sofa sebelum bergumam dalam hati. He died. She died. They died. We died.

Senyum Fonda pun melebar saat dia melanjutkan monolognya. But for now, he is still alive, and that's what matters.

Pembaca yang baik hati, tolong tekan tanda bintang^^

2 Mei 2024

Mengendalikan Cindaku [ Genma Series #2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang