Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart
Ngeongan para anak kucing mengisi keheningan saat Fonda yang bersimpuh di antara rerumputan dengan cekatan menangkap salah satunya untuk memeriksa bagian dalam telinga. "6591."
Bastian meraih fail dengan nomor yang sama. Pria itu juga duduk bersila tidak jauh dari Fonda, membuka map cokelat, dan memegang pulpen, siap untuk menulis.
"Telinga bersih, denyut jantung ...." Fonda menempelkan stetoskop pada dada anak kucing yang menggeliat manja itu lalu menghitung sejenak. "Normal. Pernapasan bersih."
Anak kucing emas itu meronta dan berguling jatuh ke rerumputan sebelum Fonda mengambil anak kucing lainnya sambil bertanya, "Siapa dokter malam yang bertugas?"
"Dokter Ahmad, beliau juga bertanggung jawab atas kamar otopsi."
Sama seperti Genma Tangerang Selatan.
"Saya harus bertemu dengannya untuk melakukan serah terima binatang-binatang ini," ucap Fonda sambil mengembuskan napas panjang. Jemari tangannya yang terbalut sarung karet biru secara naluriah menggosok gemas tengkuk anak kucing di pangkuannya. Wanita itu tanpa sadar menghirup aroma tanah dan rumput di dalam kandang dan menyukainya.
"Bukankah mereka tugas Anda?" Bastian menatap Fonda dengan keheranan. Dokter Ahmad memiliki cukup banyak tanggung jawab. Beliau juga harus mengawasi latihan hewan-hewan buas i—"
"Saya telah mendapatkan persetujuan dari Direktur Genma Surabaya untuk hanya mengawasi Cindaku," potong Fonda cepat. "Dokter Ahmad dapat mengajukan keberatan kepada beliau apabila ingin menolak tanggung jawab ini."
Wanita itu menyenter telinga anak kucing yang meminta perhatiannya dan bergumam, "6590. Telinga bersih ...."
*****
Dengkuran pelan terdengar saat Fonda berdiri di depan sel Cindaku. Daging besar kangguru, kudapan berisi obat bius, telah habis disantap oleh makhluk yang kini terlelap, dengan posisi duduk seperti biasanya.
"Buka pintunya."
"A-apa aman, Dokter?" tanya Bastian tergagap. "Mungkin kita harus menembakkan lagi peluru bius untuk memastikan."
"Dan, membuat Cindaku tewas karena overdosis?" Fonda mendengkus dengan tangan bersedekap, membuat tas dokteryang dia genggam berayun pelan. "Saya sudah menakar dosisnya. Cindaku akan tertidur sekurang-kurangnya satu jam, cukup waktu untuk mencukur dan memeriksanya."
"T-tapi bagaimana bila dia tiba-tiba terbangun? D-dia bisa langsung mematahkan leher Anda."
"He died. She died. They died. We died."
Gumaman Hendra yang bahkan hampir seperti bersenandung terngiang pada ingatan Fonda. Wanita itu tersenyum miring dan berkata, "Seandainya dia mematahkan leher saya, kembalikan kasur lamanya dan jangan lagi memberikan dia daging tambahan, dengan demikian dia akan lebih menghargai dokter baru yang akan mengurusnya."
*****
Detak jantung normal. Paru-paru bersih. Cindaku dalam kondisi sehat.
Fonda hanya menghabiskan lima belas menit untuk menyelesaikan pemeriksaan. Kini, wanita itu melakukan tugas lainnya.
Embusan napas hangat yang teratur menggelitik jemari Fonda saat wanita itu membelai dagu Cindaku, mencari bagian bakal janggut yang belum tercukur.
Wanita itu menyelipkan untaian poni putih panjang yang menghalangi pekerjaannya sebelum menahan napas, mengagumi wajah yang terlihat damai saat sedang tertidur. Dia memang tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengendalikan Cindaku [ Genma Series #2 ]
Fantasi"He died. She died. They died. We died." Fonda, seorang dokter hewan yang bekerja di Genma, organisasi terlarang yang telah melakukan eksprerimen ilegal untuk mengubah manusia menjadi makhluk mitologi, harus berjuang seorang diri dalam menghadapi pr...