Bab 12

69 12 0
                                    




Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.

Pencipta Wulan Benitobonita / Luna S. Winterheart

"Saya ingin berbicara dengannya," ucap Fonda setelah melabrak masuk ruang Direktur Utama Genma Surabaya. Mata wanita itu berkilat marah kala mengamati pria gemuk yang duduk santai pada kursinya.

"Maaf, Dokter Fonda. Saya tidak tahu siapa yang Anda maksud."

Jawaban penuh kepalsuan dari Hendra membuat wajah Fonda mengerut. Dia tidak memiliki banyak waktu untuk bermain-main. Masa depan putrinya dipertaruhkan dan wanita itu lebih rela mati dibandingkan melihat darah dagingnya berubah menjadi monster.

"Dokter Hendra, apa Anda lupa bahwa saat ini hanya saya yang dapat mengendalikan Cindaku?" Nada suara Fonda berubah menjadi dingin. Dia memiringkan kepala dan melanjutkan, "Saya dengar Selasa ini akan ada pertandingan akbar. Menurut Anda, apa yang akan terjadi apabila dokter yang seharusnya memantau latihan Cindaku mengalami sakit hingga harus beristirahat selama beberapa hari?"

Hendra terkekeh ringan. Pria itu menegakkan punggung sebelum berkata, "Itu akan jadi masalah."

"Jadi?" Fonda mengetatkan rahang saat menunggu jawaban.

"Saya hanya bisa menyampaikan pesan, hanya itu." Hendra mengangkat kedua tangan, tanda menyerah. "Selanjutnya tergantung dia. Suami Anda—"

"Mantan suami," koreksi Fonda. "Dia adalah orang tidak waras dan tidak memiliki hak atas putri kami."

Hendra spontan terbatuk saat mendengar jawaban kasar dari Fonda. "Dokter Fonda, mengatakan bahwa salah satu direktur Genma sebagai orang tidak waras adalah tuduhan yang serius. Namun, saya tidak berminat ikut campur dengan urusan keluarga kalian."

Hendra mendongak hingga mereka saling bersitatap sebelum pria itu melanjutkan, "Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, saya sangat memperhatikan kesejahteraan para bawahan saya. Saya akan memberikan pesan itu secara pribadi."

"Tidak ada operasi," ucap Fonda dengan suara sedikit bergetar. "Tidak ada yang boleh menyentuh anak itu."

"Ini akan sulit, terlebih ayah biologisnya sudah memberikan i—"

"Tidak ada operasi." Fonda memotong ucapan Hendra, menunjukkan tidak ada tawar menawar.

"Atau?" tanya Hendra dengan ekspresi penasaran.

Bibir Fonda pun melengkung sinis. "Atau, saya akan menembak kepala saya sendiri dan Anda dipersilakan mencari dokter pengganti."

"He died. She died. They died. We died."

Dan, dia sudah siap untuk mati.

*****

Aroma jeruk mengisi ruangan yang ditempati Cindaku dan Fonda. Wanita itu bersenandung pelan sambil membalik halaman buku yang dia baca. Mitologi Bunyip.

Fonda melirik sejenak ke arah Cindaku yang duduk di tempat biasa. Kening makhluk itu terlihat mengerut saat mengendus udara.

Bibir merah Fonda pun melengkung samar. Dia telah meminta bagian rumah tangga menyiapkan sabun dan sampo serupa dengan milik Cindaku untuk dirinya sendiri. Kini makhluk itu tampak kebingungan karena mereka berbagi aroma yang sama.

"Tidak marah-marah seperti biasanya?"

Sindiran Fonda membuat Cindaku menggeram pelan sebelum membuang muka. Wanita itu pun kembali membalik kertas sambil berkata, "Selasa ini kamu akan kedatangan penantang dari Australia. Bunyip. Apa kamu tahu tentang dia?"

Mengendalikan Cindaku [ Genma Series #2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang