Sisi Lain

2.1K 194 6
                                    

"Ayah"

"Loh tumben kamu kesini, kenapa Ken? Nanda udah pulang?"

"Udah yah, baru aja. Kenan mau nanya sama ayah"

"Apa nak?"

"Om Hendro kerasnya kaya apa yah?"

"Kamu denger obrolan ayah sama Nanda ya?"

"Bagian itu aja, yang lain ga tau. Ayah ngomong banyak ya tadi?"

"Ga banyak, sedikit banget. Itu lebih bagus kamu tanya langsung sama Nanda ya? Masa tanya ayah"

"Kak Nanda belum mau cerita yah. Kenan mau tau, dikit aja"

"Hmm, ya sudah, tapi simpan sendiri dulu ya sampai Nanda cerita baru kamu boleh tanya. Oke?"

"Oke ayah"

"Dulu papanya Nanda itu orangnya ambisius, sangat ambisius. Dia merasa dia sempurna jadi garis keturunannya harus lebih sempurna. Awalnya ayah pikir bagus, tapi melihat pola didik om Hendro ayah sedikit takut. Ayah ingat, waktu itu kamu masih ikut oma, ayah kebetulan mampir ke rumah om Hendro, ya bincang bisnis bincang keluarga juga. Nanda keluar dari kamarnya, ayah panggil dan pas ayah mau pangku kan ayah angkat badannya, ayah lihat beberapa lebam di lengannya. Ayah lihat dia meringis kecil tapi ga ngomong apa-apa, ayah reflek minta maaf dan tanya kenapa kok lebam begini Nanda? Yang jawab om Hendro, jatuh katanya. Tapi mana mungkin jatuh satu badan utuh ya? Ayah ngangguk aja waktu itu. Singkat cerita Nanda udah SMP, pagi itu ayah lagi jalan-jalan ya biasa masih rajin, papasan sama Nanda hisungnya berdarah, ayah tanya dan dia cuma jawab gapapa om cuma papa terus dia lanjut berangkat. Ayah ga heran kenapa Nanda nurut sama papa nya, tapi ayah ga tega karena luka batin anak itu susah sembuhnya Ken. Ayah juga nantinya maklum kalau Nanda lebih butuh dibimbing daripada kamu, nak ayah memberi ijin kamu buat bantu Nanda, sembari ayah bantu om Hendro. Cukup-cukupkan sabarmu ya Ken, kalau ada apa-apa kamu bisa bilang ke ayah. Untuk sekarang om Hendro jauh lebih baik, meskipun masih dengan sedikit memaksa di beberapa hal."

"Yah, haha Kenan mau nangis. Terima kasih ayah udah jadi orang baik. Kenan ga tega buat bayangin lebih jauh, yah Kenan beneran suka sama kak Nanda.."

"Iya nak. Terima kasih juga ya sudah mau menuruti apa kata ayah, kalau kamu suka kejar. Anak ayah selalu dapat yang dia mau kan? Ayah percaya kamu bisa Ken"

"Yaudah yah Kenan balik kamar ya, malem yah"

"Malam nak"

Kenan meninggalkan kamar sang ayah, tangis kecilnya pecah ketika sampai di kamarnya. Bagaimana bisa diusia sekecil itu Nanda sudah bergelut dengan emosi dan ambisi orangtuanya? Hanya memposisikan dirinya dalam bayangan saja Kenan tidak mampu, apalagi mengalami sendiri. Kenan lantas membuka handphone dan menanyakan keberadaan Nanda.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kak Nanda [PoohPavel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang