melody 1 | the rejections

703 109 9
                                    

Happu reading:)

_______________

melody #1

July 5, 2024
_______________

Lisa sangat menghormati musik. Saat mendengarkan musik, tak perlu ada kata terucap untuk menjelaskan apa yang dirasakan. Hanya perlu diam, memejamkan mata, dan menikmati alunan alat musik yang menghasilkan suara magis.

Selain musik, Lisa juga sangat menghormati ide menemukan cinta sejati. Seperti Farhad yang langsung bunuh diri ketika Putri Shirin, perempuan yang dicintainya, dikabarkan meninggal ketika ia sedang berusaha memenuhi rintangan dari Raja supaya bisa menikahi Putri Shirin, Farhad melompat dari tebing dan darahnya muncrat mengenai kelopak bunga. Sejak saat itu tulip merah melambangkan cinta yang murni dan abadi. Atau seperti Penelope yang rela menunggu 20 tahun dan menolak 108 pelamar demi menunggu suaminya, Odysseus, pulang dari Perang Troya.

Lisa ingin memiliki seseorang untuk berbagi cinta yang setia dan abadi juga. Seperti di dunia hanya ada mereka berdua dan yang lain tidak berarti. Lisa sangat ingin menemukan orang itu dan bersamanya sepanjang sisa hidupnya. Cinta yang begitu indah.

Dan hari ini, tepat empat bulan menimba ilmu di Serenity Girls High School, sebuah sekolah khusus perempuan, Lisa merasakan bahwa benang merah takdir mengikatnya dan kakak kelasnya yang cantik dan elegan itu.

Namanya Irene Bae. Dia siswi kelas tiga dari divisi Elite, atau bagian siswi dari keturunan orang kaya yang memiliki dasi kupu-kupu merah muda. Irene sangat baik meski jarang tersenyum, dia pemimpin yang dicintai oleh anggota ekskul drama, tidak pernah ragu untuk merangkul anggota ekskul drama dari divisi HopeHigh, atau bagian siswi-siswi kelas menangah ke bawah yang berdasi biru. Lisa sangat mengagumi kelembutan hatinya itu. Sepulang sekolah hari ini dia berlari menghampiri Irene di depan kelas dan mengajaknya pulang bersama.

“Hari ini nggak latihan drama, Kak?”

“Libur, pelatihnya masih cari pianis yang cocok buat jadi pengiring.”

Lisa mengangguk. “Emang dari ekskul musik nggak ada?”

“Ada, tapi yang bagus dari kelas tiga dan mereka nggak mau.”

I see.” Lisa tersenyum memandang Irene dari samping, mendadak teringat dulu pernah mencoba masuk ekskul drama.

Irene menoleh. “Kalo nggak salah, kamu pinter main piano, ‘kan?”

Dengan malu Lisa mengangguk, jantungnya mendadak berdebum-debum karena tahu apa yang Irene pikirkan.

“Kamu mau nggak kalo aku rekomendasiin ke pelatih buat ngisi musiknya?”

Lisa terkikik. “Boleh, tapi kalo aku keterima jadi pianisnya Kak Irene harus jadi pacarku, gimana?” tawarnya sambil bercanda, meski tidak sepenuhnya main-main.

Mendadak Irene menghentikan laju langkahnya dan menatap Lisa dengan tajam. Tajam yang lebih menunjukkan rasa kaget dan kecewa daripada marah, itu membuat Lisa berhenti juga dengan ketakutan.

“Apa kamu bilang?”

“Eh?” Lisa pura-pura terkejut oleh ucapannya sendiri.

“Lisa, aku nggak tau kalo kamu bagian dari kaum itu,” ucap Irene mencengkeram tas tangannya erat-erat seraya perlahan mengambil langkah mundur. “Jauhin aku atau aku sebarin soal ini ke orang lain. Menjijikkan!”

melodic muse ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang