melody 6 | overcoming obstacles

429 93 14
                                    

Hehe update lagi😌

Happu reading:)

_______________

melody #6

July 20, 2024
_______________

“Dah sampai.”

Irene melepaskan sabuk pengamannya lalu berbalik badan kepada Jennie yang tampak lemas setelah banyak makan di tempat hotpot tadi, ia terkikik melihatnya, dan Jennie yang mendengar jadi malu.

“Makasih banyak udah dianterin, Kak.”

“Sama-sama,” sahut tunangan Irene membenarkan kacamata tebalnya yang melorot.

Irene turun duluan dan membukakan pintu mobil untuk Jennie. Gestur ini membuat Jennie semakin malu karena tidak biasa diperlakukan begini oleh orang lain, masuk mobil buka pintu sendiri, keluar mobil buka pintu sendiri, Jennie adalah gadis yang mandiri—sebenarnya kepepet karena jomlo saja.

“Sekali lagi makasih, ya, Kak. Makasih udah nyempetin mampir ke sekolahan dan nraktir temen-temen.”

“Iya, sama-sama.” Irene mengangguk sambil menepuk pundak Jennie. “Oh, ya, aku mau nanya. Lisa tadi kenapa ada di barisan foto, ya? Dia gabung ekskul?”

“Bukan-bukan, Lisa jadi pianis pengiring makanya aku ajak foto.”

“Oh, gitu. Dia nggak ngasih syarat buat dijadiin pacar, ‘kan?” tanya Irene terkekeh konyol.

Alis Jennie mengerut samar. “Maksudnya?”

“Nggak, dulu dia mau aku rekomendasiin ke pelatih sebelumnya buat jadi pianis pengiring, tapi dia ngasih syarat kalo aku harus jadi pacar dia.”

Jadi, begitulah ceritanya. Jennie harap Lisa juga memberikan syarat sama kepadanya alih-alih memintanya bersujud di depan gadis itu, bila itu terjadi Jennie akan dengan senang hati mengiakan permintaannya. Namun, nyatanya tidak. Dada Jennie mendadak sesak memikirkan kesempatan emas mereka hari ini terlewat begitu saja, ia tidak akan memiliki kesempatan memakai gaun Juliet yang turun menurun dari generasi pertama itu.

“Ya udah, aku balik dulu. Selamat istirahat, ketua. Bye.”

Jennie memaksakan senyum. “Hati-hati.”

Klakson diberikan sebagai salam terakhir sebelum akhirnya Hyundai Kona Electric tersebut melenggang pergi. Jennie menghela napas panjang bergegas masuk ke rumah untuk bebersih, ia tidak sabar ingin istirahat sambil bermain dengan Megawati.

I’m home.” Jennie melangkah masuk meski tidak ada sahutan. Matanya langsung berbinar-binar saat Megawati meliuk-liuk di lantai menuju arahnya, dari jauh ada Papa yang mengikuti.

Welcome home, sayang.”

Do you miss me, hm? Do you miss me? Aw, you miss me, don’t you? I miss you too, Mega.” Jennie terkikik geli saat Megawati melingkar di badannya. “Manja banget, sih. Mau membuat aku makin jatuh cinta, ya? Hayo ngaku!” monolognya memegang kepala Megawati supaya bersemuka dengannya.

Papa tersenyum. “Gimana kegiatannya di sekolah tadi? Lancar?”

“Iya lancar, Pa. Tadi abis makan malem sama anak-anak ekskul juga.”

“Syukurlah. Ya udah sana ke kamar bebersih terus istirahat, dan oh, ya.” Papa mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. “Dua tiket sesuai keinginan anak Papa.”

“Wah, makasih banyak, Pa.” Jennie menerima dua kertas tersebut dari tangan Papa dengan senyum lebar.

“Iya sama-sama. Dah sana ke kamar bebersih dan Mega biar Papa kandangin, mainnya besok lagi.”

melodic muse ➳ JENLISA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang