-Still Author's Point of View-
Nash yang sedang berjalan pulang dengan Madi masih terus menanyakan tentang ekskul basket yang ingin di ikutinya itu.
"Jadi, bagaimana cara bermain basket itu Mad?"
"Ya, seperti itu."
"Bisakah kamu contohkan?"
"Um, sayangnya tidak. Aku lemah dalam permainan basket." Jawab Madi dengan nada menyesal. "Tapi kamu bisa lihat di yotube lewat ponselmu." Wajah Nash sangat bingung mendengar jawaban Madi.
-Nash's Point of View-
Ponsel? Apa itu ponsel? Aku tidak tau ponsel itu seperti apa dan kegunaannya untuk apa. Uh, hidup manusia sangatlah membingungkan. Ekskul, ponsel, dan juga kisah cinta. Semuanya sangatlah membingungkan.
"Rrr, Madi, apa itu ponsel?" Madi langsung berhenti begitu saja ketika aku menanyakan tentang ponsel. Wajahnya kebingungan dan juga menahan tawa.
"Well, Nash, yang benar saja masa kamu gak tau apa itu ponsel?"
"Madi please, aku bukan manusia, jadi aku gak tau apa itu ponsel." Madi berkacak pinggang lalu mengangguk seperti baru ingat sesuatu.
"Kalau laptop tau?" Apalagi tuh laptop? Aduh aku bingung-_-
"Tidak. Aku tidak tau."
"Oh Nash, kalau begitu kamu harus ke rumahku, aku akan tunjukkin kamu laptop dan ponselku." Jawab Madi seraya menarik tanganku dan berjalan lumayan cepat.
"Kenapa gak tunjukkin disini aja sih Mad?"
"Pertama, aku tidak bawa laptop, dan yang kedua juga aku tidak mau menunjukkan ponselku sekarang. Lebih baik di rumah karena lebih aman." Jawabnya tanpa menoleh ke arahku sedikitpun.
"Baiklah." Jawabku pasrah.
-Madelyn's Point of View-
Ah ya, aku lupa jika Nash bukan manusia, jelas saja dia tidak tau apa itu ponsel dan juga laptop. Kalau begitu aku memang harus mengajaknya ke rumahku, sekalian mengenalkan tetangga baru ke Mom atau Eve jika dia sudah sampai di rumah.
Soal kejadian di dunia mimpi itu sangat menyenangkan! Aku ingin sekali masuk ke dunia mimpi itu lagi dan berperan sebagai pacar Matt lagi, menggandeng tangannya, duduk di bawah pohon bersamanya. Rasanya sangat nyata, tidak seperti mimpi. Ah astaga, sebut aku berlebihan, tapi memang aku sangat senang.
"Mad, kau baik-baik saja kan?" Ucapan Nash menghancurkan ingatanku tentang dunia mimpi itu. Menyebalkan.
"Aku baik-baik saja." Jawabku datar tanpa menoleh ke arahnya.
"Aku tau kok kamu sebal denganku karena menghancurkan fikiranmu tentang dunia mimpi." Oh cara dia berbicara sangat meledek, bahkan dia juga tertawa. "Akan aku bantu kamu lagi untuk masuk ke dunia mimpi. Tenang saja Madi, aku tidak akan setengah-setengah untuk membantumu." Tambahnya lagi, dengan spontan aku menoleh ke arahnya dan tersenyum ke arahnya. Dia balas tersenyum.
"Benarkah Nash?"
"Tentu saja. Kan aku sudah janji untuk bantuin kamu."
"Kamu baik banget!" Aku bertepuk tangan kecil seperti seorang anak kecil yang terlalu senang mendapatkan sesuatu, sedangkan Nash hanya menunjukkan cengiran lebarnya, membuat pipi putih chubby-nya itu terangkat dan terlihat sangat menggemaskan.
Aku berjalan terus bersama Nash sampai tidak terasa kami sudah sampai didepan rumahku. Nash bilang dia tidak mau pulang dulu karena akan menghabiskan banyak waktu. Jadi Nash langsung datang ke rumahku. Aku lihat motor Eve yang sudah terpakir di garasi rumah. Pasti dia pulang cepat, enak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Love [Hiatus]
Fantasy"Mimpi itu menyeramkan. Sangat menyeramkan. Bagaimana mungkin aku di takdirkan tidak memiliki jodoh? Bodoh, mimpi itu terdengar sangat bodoh. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki jodoh." -Madelyn Bell "Aku di kutuk, di kutuk dan di asi...