-Still Author's Point of View-
Sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, sekolah pun di mulai pukul delapan. Nash yang sudah rapih sedang duduk di depan tv dan menikmati menu sarapan paginya yang berupa sereal. Matanya yang biru terang itu menatap layar tv tanpa henti, sesekali ia juga tertawa karena merasa lucu dengan acara yang sedang di tontonnya.
Tok... Tok... Tok...
Pandangan Nash langsung teralih ke arah pintu yang sedang di ketuk oleh seseorang. Dengan gerakan santainya Nash bangkit dari posisi duduknya yang sudah terlihat nyaman. Dia berjalan ke pintu untuk membukakan pintu tersebut dan melihat siapa orang yang bertamu pagi-pagi sekali. Sebelum Nash membuka pintu tersebut, ia mengintip dari bolongan kecil yang terdapat di bagian tengah pintu atas. Saat ia mengintip, dia melihat sosok wanita berambut pirang berkacamata tengah menunggunya untuk membukakan pintu. Madi! Ah ya pasti dia ingin mengajak berangkat bareng. Ucap Nash dalam hatinya. Dengan segera Nash membukakan pintu tersebut.
"Good Morning Nash!" Sapaan hangat Madi dan senyumnya membuat Nash tersenyum.
"Morning too Madi!" Jawab Nash tak kalah hangat dan senyum yang tak kalah lebar. "Ayo masuk sebentar. Aku mau mengambil tas dan juga mau menaruh bekas sarapanku ke dapur." Tambah Nash lagi yang hanya di balas oleh anggukan oleh Madi.
Madi mengikuti Nash masuk ke dalam rumahnya, lalu ia duduk di sofa yang kemarin ia duduki. Saksi dari kejadian aneh yang memang terjadi. Saksi dari kenyataan yang mengatakan Nash adalah seorang Dewa Jodoh yang sedang membantu dirinya. Setelah menaruh mangkuk bekas sarapannya, Nash segera naik ke lantai dua untuk mengambil tas nya yang di taro di kamar Nash.
Nash memperhatikan kamarnya yang berukuran cukup besar. Melihat ke sebuah bola kristal yang berukuran cukup besar-atau bisa dibilang sedang, karena tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Ia lalu tersenyum ke arah bola kristal itu lalu bergumam 'Aku akan pulang tak lama lagi. Aku janji' dalam benaknya.
"Ayo Mad kita berangkat...!!!" Teriak Nash yang sedang berlari menuruni tangga untuk menghampiri Madi.
"Ayo Nash." Jawab Madi yang lalu bangkit dari duduknya dan keluar dari rumah duluan. Nash segera menghampirinya dan menutup pintu rumah dan menguncinya.
Madi dan Nash sedang berjalan dengan santainya. Hening, suasana di antara mereka sangatlah hening, tak ada yang memulai percakapan lebih dulu. Keduanya sama-sama terdiam, memikirkan hal yang tidak jelas. Sebenarnya, Nash sangat tidak suka suasana seperti ini, dimana tidak ada yang mau memulai percakapan lebih dulu. Bukannya Nash tidak ingin memulai percakapan, dia hanya merasa bingung mau memulai percakapan darimana.
"Um, Nash?" Nash menoleh ke arah Madi. Dia merasa senang karena akhirnya keheningan akan segera pergi di antara mereka.
"Ya Mad, ada apa?"
"Aku ingin nanya, boleh tidak?" Nash hanya menautkan alisnya, menandakan kebingungan.
"Nanya apa?"
"Tapi janji jangan marah ya?" Nash hanya bergumam tidak jelas dan menganggukan kepalanya. "Kenapa kamu memilihku? Dan kenapa kamu ada di dunia manusia? Maksudku, tidak mungkin kan jika kamu di dunia manusia hanya untuk menolong saja." Nash terdiam, memikirkan jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan Madi.
"Jujur, aku ke dunia manusia bukan untuk membantu, maksudku, entah mengapa aku di usir dari Shimervelle tempat asalku. Aku tidak tau alasan jelas apa yang membuatku di usir. Aku hanya di suruh pergi ke dunia manusia dan menolong seseorang, jika aku berhasil, maka aku baru bisa kembali ke Shimervelle." Setelah beberapa detik berfikir, ia akhirnya memutuskan untuk jujur. Madi hanya membulatkan matanya dan mulurnya membentuk huruf 'o' kecil saat mendengar jawaban Nash.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Love [Hiatus]
Fantastik"Mimpi itu menyeramkan. Sangat menyeramkan. Bagaimana mungkin aku di takdirkan tidak memiliki jodoh? Bodoh, mimpi itu terdengar sangat bodoh. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki jodoh." -Madelyn Bell "Aku di kutuk, di kutuk dan di asi...