8. UNO

734 78 1
                                    

-Stil Author's Point of View-

    "Manda, nanti pulang sekolah mau ikut aku dan Madi pergi tidak?" Manda yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya langsung menatap ke arah Nash yang sedang mengajaknya pergi bersama Madi.

   "Pergi kemana memangnya?" Manda terlihat antusias sekali karena tandanya dia akan jalan-jalan.

   "Aku ingin membeli ponsel baru dan juga laptop baru." Jawab Nash santai. Sedagkan Madi sedang asyik memperhatikan suasana kelas yang ricuh karena salah satu guru mereka tidak masuk.

   "Ayo, aku ikut. Kebetulan aku sedang tidak ada rencana pergi dengan Mom atau Trevor." Nash mengangguk membuat Manda tersenyum.

   Manda menoleh, melihat ke arah Cameron yang sedang sibuk dengan buku sejarah yang sedang di bacanya. Mata Cameron yang hanya tertuju ke buku sejarah tiba-tiba melirik ke arah Manda yang sedang memperhatikan dirinya. Manda yang tak menyadari jika Cameron sudah meliriknya dan memperhatikannya pun kaget karena melihat Cameron menoleh ke arah Manda dan tersenyum melihat Manda.

    Manda yang kaget segera tersenyum salah tingkah saat melihat Cameron. Pipinya memerah karena malu di beri senyum oleh Cameron. Mata Manda langsung beralih kembali ke ponselnya, mencoba mencari kesibukan sendiri dan juga mengusir rasa salah tingkahnya karena senyuman Cameron. Sedangkan Cameron terkekeh kecil melihat reaksi Manda yang menggemaskan.

    "Kau menyukai Cameron eh?" Wajah Manda semakin memerah mendengar pertanyaan Nash.

    "Apa segitu terlihatnya?" Nash hanya mengangguk lalu tersenyum melihat wajah Manda. Sebenarnya tanpa menanyakannya ke Manda pun Nash sudah tau akan hal tersebut. Bahkan Nash sudah tau sebelum kejadian hari ini.

    "Kejar dia Man jika kamu benar menyukainya."

    "Tapi aku kan perempuan Nash."

    "Dalam sebuah perjuangan tentang perasaan tidak mengenal jenis kelamin mana yang harus berjuang."

    "Maksudmu Nash?"

    "Maksudku, tidak harus seorang laki-laki saja yang memperjuangkan orang yang ia suka. Ada masanya seorang perempuan yang memperjuangkan orang yang ia suka agar bisa menjadi miliknya."

    "Contohnya?"

    "Contohnya ya? Jadi begini. Kamu suka kan dengan Cameron?" Manda mengangguk. "Jadi mungkin ini saatnya kamu berjuang untuk mendapatkan Cameron sebagai milikmu." Manda memandang Nash aneh.

    "Tidak. Aku kan perempuan Nash." Nash menggeleng mendengar jawaban Manda. Merasa jika Manda memiliki pemikiran yang sangat salah.

    "Rupanya kamu belum terlalu mengerti ya dengan apa yang aku katakan." Bukan, Manda bukan tidak mengerti dengan maksud perkataan Nash, yang dia tidak habis fikir adalah kenapa harus Manda yang memperjuangkan Cameron?

    "Ingin memiliki seseorang yang kita sukai itu memang membutuhkan banyak perjuangan Man, sudah ku katakan tadi bukan?" Sekali lagi, Manda hanya mengangguk untuk merespon Nash. "Akan aku beri tau sesuatu. Dulu aku memiliki seorang teman perempuan, sebut saja nama dia Diana. Jadi si Diana ini menyukai teman sekelas ku yang juga sekelas dengan dirinya. Kau bisa memanggil yang laki-laki itu John."

    Manda dengan serius memperhatikan cerita Nash. "Diana itu sama seperti dirimu, dia hanya berani memandang John dari jauh. Tapi, karena dia tidak ada pergerakan sama sekali untuk mendapatkan John akhirnya si John pun tidak tau tentang perasaan Diana kepadanya dan pada akhirnya John memiliki pacar. Kamu pasti tau kan bagaimana perasaan Diana?"

Miracle Of Love [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang