01

4 1 0
                                    

Haii semuanyaa
Tandainn kalau typo yaa, semoga sukaa

°°°

"Sendiri, dan sepertinya akan selalu sendiri"
-  Cassia Alora Lysandra

°°°

     Hujan mengguyur kota Jakarta dengan lebatnya saat Cassia melangkah keluar dari rumahnya. Cassia merasakan tetesan air yang dingin menyentuh kulitnya, membasahi rambut coklat panjangnya, dan meresap ke dalam jaket tebal yang ia gunakan. Cassia menatap langit yang kelabu, membiarkan dirinya tenggelam dalam suara gemericik hujan yang membawa kenangan.

     Cassia berjalan tanpa tujuan, membiarkan kaki nya membawanya ke mana pun mereka inginkan. Jalanan kota yang biasanya ramai dan penuh kehidupan sekarang tampak sepi dan hening, hanya diisi oleh suara hujan dan langkah kaki yang basah. Cassia merasa seperti berada di dunia yang berbeda, dunia di mana ia bisa melupakan semua masalahnya, meski hanya untuk sementara.

     Namun, realita selalu berhasil menariknya kembali. Setiap tetesan hujan yang jatuh mengingatkannya pada air mata yang pernah ia curahkan, setiap suara gemericik hujan membisikkan kenangan-kenangan pahit yang telah lama ia kubur dalam-dalam. Namun, di tengah semua itu, hujan juga membawa harapan, membangkitkan kekuatan dalam dirinya untuk terus berjuang.

     "Ini baru permulaan," gumam Cassia pada dirinya sendiri, menatap langit yang kelabu dengan tekad.

     "Aku bisa melalui ini. Aku harus bisa."

     Cassia melanjutkan langkahnya, membiarkan hujan mengguyurnya. Cassia berjalan melewati toko-toko yang sudah tutup, lampu-lampu jalanan yang menerangi jalanan yang basah, dan mobil-mobil yang melaju perlahan di jalan raya. Cassia merasa seolah-olah dirinya adalah satu-satunya orang di dunia ini, terjebak dalam balon hujan yang hanya bisa ia rasakan sendiri.

     Tiba-tiba, Cassia merasa ponselnya bergetar di saku jaketnya. Cassia meraihnya dan melihat layar yang menyala. Ada pesan baru dari nomor yang tidak ia kenal.

     "Hallo Cassia, gue Rakha. Kita ketemu di cafe kemarin, lo inget? Gue cuma pengen tahu apa lo baik-baik aja? Lo keliatan murung banget kemarin."

     Cassia terkejut. Rakha, orang asing yang tidak sengaja duduk di meja sebelahnya di kafe kemarin. Cassia ingat dia mencoba mengajaknya bicara, tapi Cassia terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk meresponsnya.

     Cassia menatap pesan itu lama. Bagaimana dia mendapatkan nomornya? Dan mengapa dia peduli? Padahal mereka hanyalah dua orang asing yang kebetulan bertemu. Tapi, entah mengapa, pesan itu membuat Cassia merasa sedikit lebih baik. Mungkin, di tengah hujan ini, ia merasa tidak sepenuhnya sendiri.

     Dengan jari-jari yang basah dan gemetar, Cassia mulai mengetik balasan, "Hai juga Rakha, makasih udah nanyain keadaan ku. Aku baik-baik aja kok," Cassia menatap pesan itu untuk beberapa saat sebelum akhirnya menekan tombol kirim. Cassia tidak tahu apa yang diharapkan Rakha ataupun dirinya sendiri, tapi setidaknya itu memberinya sesuatu untuk dipikirkan selain masalahnya sendiri.

     Cassia kembali memasukkan ponsel ke saku jaketnya dan melanjutkan langkahnya di bawah hujan. Cassia tidak tahu ke mana ia harus pergi, atau apa yang akan ia temukan di sana. Yang ia tahu hanyalah bahwa ia harus terus melangkah maju, terus berjuang, terus bertahan.

°°°

     Hujan lebat di tengah malam membuat Devan merenung menatap kosong ke arah jendela kamarnya. Ia menghela nafasnya kasar. Entah mengapa walaupun serba berkecukupan Devan tidak pernah merasa puas dengan hidupnya. Ia selalu berfikir dunia terlalu jahat untuknya.

     "Bunda jahat!!!" ucap Devan, hatinya rapuh. Ia begitu merindukan ibundanya. Tanpa di sadari air matanya berhasil lolos membasahi pipi nya yang mulus tersebut, namun dengan segera ia menghapusnya. "Ngapain gue nangis, udah kayak anak kecil aja," sahut nya lagi dengan mengulas senyum getir di bibirnya.

     Devan melangkahkan kaki nya menuju kasur, dan dengan segera menjatuhkan dirinya di di kasur empuk miliknya. Ia merebahkan tubuhnya pada kasur tersebut, dan seringkali mengusap kasar wajah tampannya tersebut.

     Devan merupakan salah satu anak pemilik perusahaan terkenal yang begitu disegani oleh banyak orang. Namun sifatnya yang keras kepala, emosional, dan tidak suka di atur membuat ayahnya kecewa terhadapnya. Devan merupakan ketua geng motor. Geng yang terkenal dengan sifatnya yang begitu berandalan, nekad, dan tidak takut terhadap apapun. Sebenarnya ayahnya sudah sering meminta Devan untuk membubarkan geng tidak jelas tersebut, yang hanya suka membuat onar di kota nya. Namun Devan bersikeras mempertahankan geng nya tersebut. Ia tidak suka gengnya di buat main-main. Karena geng tersebut sudah seperti rumah bagi Devan, dimana ia dengan bebas melakukan apapun, tempat bercerita ternyaman, rasa persaudaraan, atau sekedar mengobati luka di hatinya. Dandelions adalah tempat ternyaman untuk pulang bagi Devan.

°°°

     Cassia kembali melangkahkan kakinya untuk pulang. Kepalanya terasa berat, hawa dingin malam yang bersatu dengan hujan berhasil membuat tubuh kecil Cassia menggigil kedinginan. Cassia memang suka hujan, ia selalu menyempatkan dirinya untuk menyatu dengan alam ketika hujan. Walaupun pada akhirnya ia akan sakit setelah bermain hujan. Namun hal itu tidak pernah membuatnya berhenti untuk bermain-main di bawah guyuran hujan. Bagi Cassia hujan adalah sebuah ketenangan, dengan bebas ia meluapkan emosinya, dengan bebas pula ia meluruhkan seluruh air matanya tanpa ada yang mengetahui tentang rasa sakit yang ia pendam selama ini.

     Dengan sekuat tenaga Cassia berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Matanya mulai kabur, kepalanya begitu berat. Tiba-tiba,

Blek,

     Cassia terjatuh lemas ke jalan, dibawah tetesan hujan. Jalanan sepi sehingga tidak ada yang menolong Cassia saat itu. Seseorang yang sedari tadi memperhatikan Cassia dari kejauhan tetap diam sejenak, sebelum akhirnya ia memutuskan melangkahkan kaki panjangnya untuk menghampiri Cassia. Dengan Sigap orang tersebut membopong tubuh kecil Cassia dan membawanya masuk kedalam mobil yang ia parkirkan tidak jauh dari tempatnya.

RESSILIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang