Haii semuaa!!! Apa kabarr?? Semoga selalu baik yaa
Tandainn kalau typoo, semoga sukaa
°°°Cassia terbangun dalam keadaan linglung, tak tahu di mana ia berada. Ruangan itu asing, putih bersih, berbau steril dan dingin. Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa berat dan lemas. Ketakutan mulai merayapi pikirannya, tapi ia berusaha tetap tenang, mengingatkan dirinya sendiri bahwa panik tidak akan membantu.
Sementara itu, di luar ruangan, orang yang telah memperhatikannya dan membawa Cassia berdiri di balik jendela kaca, memperhatikan Cassia dengan tatapan yang sulit ditebak. Rakha, anak laki-laki yang pernah bertemu dengan Cassia di cafe dekat rumahnya. Ia telah mengawasi Cassia sejak pertemuan itu, khawatir dengan keadaan gadis itu yang tampak selalu murung dan terasing.
Rakha merasa ada sesuatu tentang Cassia yang membuatnya penasaran, sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang gadis tersebut. Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan dilakukan Rakha? Dan bagaimana reaksi Cassia ketika ia mengetahui bahwa Rakha adalah orang yang telah menyelamatkannya.
Cassia mencoba memfokuskan pandangannya, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Ia mencoba mengingat, tapi ingatannya kabur, seolah-olah ia baru saja bangun dari mimpi panjang yang aneh dan membingungkan.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan Rakha melangkahkan kakinya masuk. Membawa nampan kecil yang berisi roti dan teh. Ia tampak tenang dan terkendali, tapi ada sesuatu di matanya yang membuat Cassia merasa tidak nyaman.
"Lo udah bangun?," kata Rakha, suaranya lembut dan tenang. "Gimana rasanya?"
Cassia menatapnya, bingung. "Kenapa aku di sini?" tanyanya, suaranya serak. "Apa yang terjadi?"
Rakha menarik nafas, seolah-olah mencari kata-kata yang tepat. "Lo pingsan di tengah jalan," jawabnya dengan begitu ragu. "Gue nemuin lo dan bawa ke sini."
Cassia merasa kepalanya berputar. Ia mencoba duduk, tapi tubuhnya terasa lemas dan ia harus berbaring kembali. "Kenapa kamu ngikutin aku?" tanyanya, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.
Rakha menatapnya, matanya penuh dengan sesuatu yang tidak bisa Cassia mengerti." Gue khawatir," jawabnya singkat. "Lo keliatan... rapuh. Kayak ada sesuatu yang ngeganggu lo," tambah Rakha sembari merapikan seragamnya dan memakai hoodie, bersiap untuk berangkat sekolah.
"Nih roti, lo belum sarapan kan?" Rakha mengambil roti yang ada di meja sebelah brankar Cassia lalu memberikan roti tersebut kepada Cassia.
Dengan tatapan penuh kebingungan Cassia mengambil roti yang Rakha berikan kepadanya. "Kamu kenapa peduli sama aku?" tanya Cassia yang sedari tadi masih di selimuti kebingungan. Matanya tidak berhenti menatap Rakha kagum, tampan dan baik, hanya itu yang ada dipikiran Cassia tentang Rakha saat ini.
Rakha mengulas senyum manis kepada Cassia, "Gue...gatau Ca." , "Gue rasa, gue harus ngelakuin itu," sambung Rakha masih dengan senyum manis yang terulas di bibir tipisnya.
Cassia merasa jantungnya berdebar. Apakah Rakha tahu semua tentang Cassia?
Namun, sebelum Cassia bisa bertanya lebih banyak, Rakha sudah berdiri dan berjalan ke arah pintu. "Istirahat aja dulu," katanya, menatap Cassia satu kali lagi sebelum akhirnya ia pergi. "Nanti kita ngobrol lagi," ia bergegas pergi meninggalkan Cassia sendirian.
Cassia merasa sendirian lagi, dengan pikiran dan pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Cassia memandangi pintu yang baru saja ditutup Rakha, masih bingung dan tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menatap roti yang ada di tangannya, pikirannya tiba-tiba melayang ke sekolah barunya, SMA Bumantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESSILIENT
Teen FictionPerpisahan memang menyakitkan bukan? Kata perpisahan mengingatkan seorang anak perempuan akan keluarganya yang telah hancur berantakan. Cassia Alora Lysandra, gadis 17 tahun yang hidup berdampingan dengan asma. Cassia seorang anak kedua dari Renald...