03

3 0 0
                                    

Haii semuanyaa..
Apa kabarr?? Semoga selalu baik yaa
Selamat membaca, semoga sukaa

°°°

Ketika bel istirahat berbunyi, teman-teman Cassia bergegas keluar kelas, entah untuk mencari makanan, berkunjung ke perpustakaan, atau sekadar berbincang dengan teman lain. Begitu pula dengan Analara, yang pergi ke kantin bersama dua sahabatnya, Nasya dan Amayra. Mereka tidak mengajak Cassia, teman sebangkunya, untuk bergabung. Cassia hanya bisa menatap teman-temannya , sementara ia sendiri merasa terisolasi. "Gimana ya rasanya punya teman?" gumam Cassia, merasa sedih karena takdirnya yang selalu sendiri sejak kecil. Namun, dengan segera ia menepis kegelisahan tersebut. "Bahkan masih bisa hidup sampai sekarang aja, merupakan nikmat yang harus disyukuri, hehe," gumamnya lagi sambil tersenyum tipis.

Cassia memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian. Meskipun ingin sekali rasanya punya teman, ia tidak terlalu berharap. Karena jika memang takdirnya punya teman, seburuk apapun Cassia pasti ia punya teman bukan?

Namun, saat Cassia berjalan menuju kantin, ia tersesat karena belum mengenal sekolah barunya. Cassia merupakan tipe orang yang tidak berani bertanya karena ia merasa canggung. Cassia berjalan di sekitar lapangan basket, mencoba mencari tahu arah yang benar.

Saat hendak melanjutkan langkahnya, Cassia melihat seorang anak laki-laki bermain basket sendirian. Aksara, laki-laki yang pernah Cassia kenal sebelumnya. Cassia terkejut dan senang melihatnya. Tanpa ragu, Cassia melangkahkan kaki untuk menghampirinya.

"Aksa?" panggil Cassia dengan senyuman manisnya. Ia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan sahabat kecilnya kembali.

"Iya, gue Aksa," jawab Aksara singkat dengan tatapan datarnya. Empat tahun tak bertemu membuat Cassia merasa asing dengan penampilannya yang semakin tampan. Tanpa sadar, Cassia memeluk Aksara, membuat Aksara merasa tidak nyaman dan melepaskan pelukan Cassia.

"Ga sopan main meluk orang sembarangan," celetuk Aksara dengan raut mukanya kesal. "Ganggu orang latihan aja."

"E-emm M-maaf."

"Lo siapa?" tanya Aksara yang penasaran dengan gadis aneh di depannya yang tiba-tiba memeluknya tanpa alasan yang jelas.

"A-aku Cassia," jawab Cassia sambil tersenyum simpul kepada Aksara. Hal tersebut membuat Aksara seperti mengingat sesuatu, namun sepertinya hanya angan-angannya saja.

"Oh lo anak baru?" tanya Aksara kembali kepada Cassia yang masih tersenyum. Cassia mengangguk sebagai jawaban.

"Ada kepentingan apa?"

"Kamu ga inget aku, Sa?" tanya Cassia dengan sorot mata penuh harapan bahwa Aksara masih mengingatnya.

"Maksud lo?" tanya Aksara kembali yang masih tak paham maksud Cassia. Ia melemparkan bola basket yang sedari tadi ia pegang.

"Aku Cia, Sa."

Aksara terkejut mendengar nama tersebut. Apalagi saat ini sahabat kecilnya tersebut ada di hadapannya. "Gue gatau."

Aksara memalingkan dirinya dari hadapan Cassia. Ia tidak pernah menyangka jika harus bertemu kembali dengan gadis tersebut. Betapa hancur hati mungil Cassia mendengar jawaban dari Aksara. Ia sempat berharap Aksa, sahabat kecilnya mengenalinya.

"Gue minta sama lo, jauhin gue!" pinta Aksara dengan nada yang sedikit meninggi. Ia melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan Cassia sendiri di lapangan. Cassia menatap kepergian Aksara, air matanya berhasil tumpah membasahi pipi ranumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RESSILIENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang