6. Terbongkar

47 7 63
                                    

𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓻𝓾𝓽𝓱 𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭

Jean pikir, ia akan menjadi yang paling pertama lagi bangun hari ini. Ternyata tidak, penghuni lain sudah juga sudah bangun, bahkan melakukan peregangan pagi.

Matanya menangkap dua kakak beradik yang berlari, tapi bukan olahraga, melainkan kejar-kejaran mirip penyanyi Bollywood.

Ah ralat, muka mereka tidak terlihat senang, sepertinya berkejaran dengan penuh emosi.

Ada Nina, ada Bianca begitu juga dengan Nana.

Sania?

Oh jangan harap, gadis itu akan bangun kalau alarmnya berbunyi tanda bangun, bengong lima menit, lalu mandi. Sarapan, Jean yang buat. Tapi aslinya dia jarang sarapan, karena biasanya sering di paksa ibun sama Jean.

Senyum-senyum melihat Fanny dan Claudia yang terkadang mirip dengannya dan Sania, Jean sesekali melakukan Stretching.

Setelah merasa cukup, ia berbalik. Tapi tidak sengaja melihat sesuatu di atas meja.

“Paket buat lo, je.” Kata Nana dari belakang.

“Hah buat gue? Kapan datangnya?”

Nana mengangkat bahunya lalu masuk ke dalam meninggalkan Jean yang masih memperhatikan paket tersebut.

“Untuk Jean.” Dia membaca pesan yang tertera. “Biasanya pesanan gue selalu Jeanna deh.”

“Au ah!” Jean tidak mau ambil pusing lalu masuk ke dalam sharehouse, mau buat sarapan..

𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓻𝓾𝓽𝓱 𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭

Sampai ke kantor, Sania dan Jean sempat dihadang Raikana yang berkacak pinggang  depan ruangan. Tapi langsung didorong dua gadis itu sampe terpental, kalah tenaga.

Saat ini mereka tengah berkumpul semua di ruangan, duduk di tempat masing-masing tentunya.

“Kalian tau gak? Tadi di kamar ku sama Sania ada belatung.” Kata Jean tiba-tiba setelah lama hening.

“Hah?! Kok bisa?” Tanya Junio terkejut.

“Darimana keluarnya? Ada bangkai hewan?” Kali ini Dhanu yang tanya.

“Sania tadi bongkar parket lantai kamar gara-gara ada yang menonjol, buat di benerin. Ternyata ada belatung.” Jean sedikit meringis ketika mengingat tadi. “Trus kita buka lagi deh semuanya.”

“Apa yang didapat?” Tanya Raikana.

Sania kemudian mengeluarkan sebuah alat test, mirip testpack.“Ada bercak kering disitu, gue cek dan hasilnya positif itu darah manusia.”

Jeihan mengambil alat tersebut, lalu tampak berpikir. “Lalu apa lagi?”

Mengingat Jean dan Sania tadi datangnya sedikit terlambat, bisa dipastikan mereka mencari tau lagi.

Si kembar itu saling bertatapan, Jean mengangguk. “Aku sama Sania curiga kalau kebakaran itu sengaja supaya lantainya rusak.”

“Lantai di salah satu toilet di rumah itu beda.” Sahut Sania lagi. “Katanya lagi diperbaiki, tapi gue tanya sama salah satu penghuni itu udah lama ga digunakan. Bahkan ga tau kalau mau ada perbaikan.”

Mereka tiba-tiba interogasi mendadak pada dua gadis itu.

“Wah? Apa jangan-jangan—” Raikana bertingkah seolah shock.

“Kebakaran itu emang sengaja buat ngilangin bukti.” Sahut Jeihan. Ia lalu berjalan ke mejanya dan mengambil remote, lalu menghidupkan proyektor.

“Gue sebenernya kurang yakin, cuma ngga tutup kemungkinan.” Katanya menunjukkan sebuah hasil interogasi.

𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓻𝓾𝓽𝓱 𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang