9. Fakta menyakitkan [End]

31 5 50
                                    

⚠️
Sensitive topic




𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓻𝓾𝓽𝓱 𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭

Setelah keramaian yang terjadi, kini Nina sudah berada di ruang interogasi menunduk di pojok ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keramaian yang terjadi, kini Nina sudah berada di ruang interogasi menunduk di pojok ruangan. Gadis itu terlihat tenang, namun tatapannya kosong, antara lega dan juga sedih.

Luar, ada Jeihan bersama Junio juga Sania berdiskusi kecil untuk masuk kedalam.

“Mungkin akan lebih Sania yang masuk.” Kata Junio.

“Bukannya dia lebih tidak mau berbicara karna gue cewek?”

As roommate. Posisikan dia temen lo.” Sahut Junio.

“Ga bisa, lebih baik yang ga dia kenal aja .” kata Sania.

Kedua laki-laki itu saling bertatapan, Jeihan memutuskan ia yang akan masuk.

Setelah didalam Jeihan lalu duduk bersama dimana Nina berada, sekilas gadis itu melirik kedatangannya.

“Banyak yang kamu sembunyikan sampai susah gerak.” Jeihan mengambil lembaran dari box tadi. “Kamu mungkin gelisah waktu tau kalau jasadnya ditemukan, atau mungkin waktu tau pekerjaan teman serumah mu?”

Nina hanya diam, ia masih menatap lantai sampai Jeihan bergerak mengambil sebuah pisau di atas meja. Itu milik Nina, yang dia bawa saat ingin menyerahkan diri tadi. Lalu mengukurnya dengan ujung benda waktu ditemukan di jasad waktu otopsi tadi.

“Kamu pakai ini mutilasi jasad?” Nina mengangguk samar.

“Berusaha keras membunuh juga menutup semuanya , kenapa punya pikiran bunuh diri?”

“Aku pikir, dengan menyerahkan diri dan dipenjara dia ga bakal ganggu lagi, tapi nyatanya tidak.” Nina bersuara. “Dia selalu datang ganggu, setelah kalian datang.”

Jeihan menarik nafasnya dalam-dalam, dan menunggu gadis itu berbicara lagi.
“Dia selalu datang, mengganggu sampai aku harus memutuskan hubungan dengan tunanganku. Ini semuanya gara-gara kalian.”

Beberapa hari yang lalu Nina mendatangi Jonathan untuk mengakhiri hubungan mereka karena ia tidak bisa tenang, bayangan Yoga selalu ada kemanapun ia pergi.

Minggu depan hari pernikahan mereka hanya menjadi angan-angan Nina saja ketika ia tersadar apa yang sudah ia lakukan sebelumnya.

“Bukan saya yang memanggil Yoga, tapi rasa bersalah kamu.” Sahut Jeihan.

Jika masih ingat dengan pertemuan mereka dengan Malika waktu itu, Nina sempat panik ketika mendengar jika Raikana bertemu dengan Yoga.

Jeihan lalu mengeluarkan beberapa foto kerangka Yoga yang diambil waktu otopsi, dan juga foto laki-laki itu lalu meletakkannya di hadapan Nina.

𝓣𝓱𝓮 𝓣𝓻𝓾𝓽𝓱 𝓤𝓷𝓽𝓸𝓵𝓭  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang