🌊🌊🌊
Sesampainya dirumah, Aluna langsung menarik tangan Deeren untuk memasuki rumahnya, deeren hanya pasrah dan ikut masuk.
Suasana di ruang tamu yang tadinya berisik, mendadak sepi, ketiga orang berbeda umur itu, menatap Aluna heran membawa orang lain.
"Luna? Lo bawa siapa?" Angkasa angkat bicara, Aluna berjalan ke arah mereka dan duduk di sebelah angkasa. Deeren memilih duduk di sebelah Aluna.
"Sayang? Itu anak siapa yang kamu angkut bawa pulang?" tanya Rosa.
"Gatau ma, Luna cuma bawa pulang aja, takut banget di culik tante-tante. liat tuh mukanya mana polos banget lagi." Aluna menunjuk wajah deeren yang memang terlihat polos.
🙂🙂🙂
Sedangkan deeren hanya diam dengan menampilkan senyuman yang ia usahakan semanis mungkin.
"Duh mana bener lagi," miris Rosa melihat wajah tampan deeren yang sayangnya sangat terlihat polos.
Angkasa meneliti setiap sudut wajah deeren, lalu dia berkata. "Ganteng sih, tapi gantengan gue." Dengan pedenya Angkasa mengatakan itu.
Gibran dan Rosa hanya terkekeh. Sedangkan Aluna memutar matanya malas. "Kepedean banget sih." Aluna menabok lengan Angkasa.
"Apaan tabokan ga kerasa, kaya di gigit semut." Angkasa tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Aluna yang terlihat sangat menyebalkan.
"Sudah-sudah, Aluna bawa teman mu ke kamar, kasian dia kayanya kedinginan. sementara di kamar Abang asa dulu ya, soalnya kamar tamu belum di bersihin," lerai Rosa, seketika Angkasa melotot.
"Ma? ga bisa gitu dong! Itukan kamar abang." Angkasa merengek tak terima, ia tak suka jika orang lain memasuki kamarnya.
"Apakah saya boleh tidur di kamar Aluna saja?" tanya deeren.
"Heh!" Serentak orang berempat itu menatap deeren horor.
"Kenapa?" Deeren bingung saat melihat tatapan orang di depannya ini. "Padahal saya selalu tidur berdua bersama Aluna," entah kenapa ucapan itu keluar sendiri dari bibir Deeren, bahkan dirinya sendiri ikut bingung.
Rosa, Gibran dan Angkasa dibikin melotot mendengar ucapan deeren. "Aluna?!"
"Hoak!!!" Pekik Aluna tak terima, "Mana ada luna pernah tidur berdua sama dia, walaupun luna pecinta cogan, luna masih suci ma, pa," ujar Aluna lemah.
Deeren menatap wajah lemah Aluna, dia tersenyum tipis, sangat tipis. Ia sangat suka wajah Aluna yang menurutnya begitu cantik dan manis secara bersamaan.
Deeren bersura, "Terimakasih sudah mengizinkan saya untuk duduk sejenak disini. kalian tidak perlu repot-repot memberikan saya kamar, karna sekarang saya ingin pulang saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEELUNA(Hiatus)
Fantasy"kau sebagai yang terpilih." -Deeluna ____________ Cerita ini hanya cerita fantasy, dan fiksi belaka, dan tentunya tidak asli, seperti cintanya padaku😓 Cerita murni hasil fikiran sendiri, jika ada kesamaan dari dalam cerita tersebut dengan cerita l...