9

479 60 2
                                    

MANA VOTENYA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MANA VOTENYA?

***

Nala memandang sendu Naresh yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Wajah ayunya yang nampak terlihat pucat dengan luka lebam dan sobek akibat pukulan Sadam sang ayah yang tak berperasaan. Kaki kiri Naresh bahkan mengalami keretakan akibat pukulan tongkat baseball yang bertubi-tubi Sadam hantamkan ke kaki Naresh.

Kedua tangan Naresh juga terluka karena Sadam menginjaknya. Nala mencium tangan Naresh yang terbalut perban bersamaan dengan air matanya yang turun. Namun, ponsel yang ada di dalam tasnya berdering membuyarkan fokusnya pada sang putra.

Nala menghela napas sebelum mengangkat telpon lalu 

"Iya, tunggu." 

Jawaban yang di lontarkan Nala setelah itu ia menutup panggilan sepihak.

"Ibu pergi dulu sebentar," Nala mengusap lembut wajah pucat Naresh lalu pergi dari ruang rawat.

Tepat ketika pintu rawat tertutup yang artinya Nala benar-benar pergi. Naresh perlahan membuka mata, cairan bening keluar dari manik matanya yang sayu. Naresh sudah sadar, ia sengaja tidur kala sang ibu datang. Naresh merasa dadanya sesak karena menahan isak tangisnya agar tak terdengar oleh siapapun.

Fisik dan batinnya seakan hancur redam saat ini. Ia tidak menyangka Sadam akan melakukan kekerasan pada dirinya sebrutal tadi malam. Hanya karena Arka dekat dengan dirinya, Naresh tidak pernah ingin dekat dengan Arka, Naresh tidak pernah merencanakannya yang ada Arka lah yang mendekatinya lebih dulu meski Naresh menolak. Ingin sekali Naresh melontarkan ucapan itu kalo saja Sadam memberinya waktu untuk berbicara bukannya melayangkan pukulan.

***

Arka tengah makan bersama Jemima, Sadam, Kale dan Kala. Ketika Jemima, Sadam, dan kakak kembarnya saling melempar candaan disela-sela makan, Arka memilih untuk diam, pikirannya tertuju pada kejadian semalam yang terekam jelas bagaikan piringan hitam diingatan Arka, Sadam yang menghajar Naresh tanpa ampun, suara Naresh yang merintih kesakitan, suara Nala yang menangis sembari berdebat dengan Sadam, sang papi.

Andai saja malam itu Arka tidak memutar balik arah untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di teras rumah Naresh, Arka tidak akan melihat keributan dan mendengar fakta menyakitkan dari Sadam, Nala, dan Naresh.

"Oh ya kita udah lama engga liburan bareng. Terakhir kita liburan ke Aussie dua tahun lalu kan?"

"Iya mas, kamu sih sibuk terus kerja sampe lupa waktu buat anak dan istri di rumah," sahut Jemima seraya terkekeh.

"Yaudah atur tanggal buat kita liburan. Sekarang mau keluar kota atau keluar negeri lagi?" Tanya Sadam.

"Keluar kota aja pi, ke Bandung rumah omah. Kita udah lama ngga main kesana, kangen dimasakin omah" sahut Kale yang diangguki setuju Kala di sebelahnya.

Love Border - Nikjay/Kijay (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang