6 - Calon Osis (1)

333 189 77
                                    

Hari Senin, bertepatan dengan penyeleksian anggota osis baru yang akan di selenggarakan setelah upacara bendera di lapangan Radjawali School. Memang sudah menjadi hal wajib para siswa dan siswi melangsungkan kegiatan pengibaran bendera merah putih. Namun, memang sebagian dari siswa tentu banyak yang merasa malas dan tidak suka pelaksanaan ini berlangsung, karna durasinya yang bisa dibilang cukup lama, terlebih mereka harus melewati teriknya panas matahari.

Biasanya setiap sekolah di hari senin, wajib untuk menggunakan atribut yang lengkap seperti, dasi, topi, ikat pinggang, dan sepatu hitam putih. Bagi mereka yang tidak menggunakan atribut lengkap, tentu di tempatkan dipaling depan. Dengan tujuan, agar mereka teredukasi hal yang boleh dan tidak boleh dicontoh atau ditiru. Tentu saja, akan ada sangksi yang berlaku untuk yang melanggar.

Sudah sekitar 2 jam berlalu, upacara akhirnya selesai dilangsungkan. "Para siswa dan siswi yang melakukan seleksi osis, diharap tidak membubarkan barisan. Untuk yang tidak berkepentingan boleh kembali ke kelasnya masing-masing." Suara dari sound terdengar. Sebagian dari mereka membubarkan barisannya dan kembali ke dalam kelas, menyisakan beberapa calon anggota osis yang baru untuk di seleksi. Mereka merapatkan barisannyaa sesuai dengan intruksi pembimbing osis.

"Seluruhnya, istirahat di tempat--- Grak!" Intruksi suara bariton itu. Ia menghitung, mengumpulkan data diri, beserta visi dan misi yang sudah mereka buat. Terhitung 12 calon anggota osis dari kelas 10 dan 12 orang lainnya dari kelas 11.

"Jadi, untuk yang namanya saya sebut perkenalkan diri kalian. Baca visi misi dan kenapa saya harus milih kalian, mengerti?"

"Mengerti." Suara mereka lantang bersamaan.

Inti osis memilah milah kertas, untuk siapa duluan yang akan memperkenalkan diri dan membacakan visi misi mereka. Dengan suara yang tegas mereka menyebutkan "Carolline Bratawijaya dari kelas Ips 1, diharapkan untuk maju." Jantung nya berdetak sangat kencang kala namanya disebut duluan. Dengan langkah yang sangat berat, ia maju. Beberapa dari mereka berbisik.

"Ngapain sih dia nyalonin diri jadi osis segala, padahal ga cocok yakan."

"Iya, caper doang itu paling. Lu tau sendiri dia duta caper."

"Gua sih yakin banget, dia gabakal kepilih. Dari segi penampilan aja ga mendukung banget"

"Ngincer popularitasnya doang pasti tu."

Bisikan mereka masih bisa terdengar, Chika menatap Carolline parau. Sekaligus juga kesal, bisa-bisanya mereka membicarakan Carolline, yang jelas masih bisa terdengar oleh nya. "Jangan dengerin mereka, lo pasti bisa. Buktiin sama mereka. Semangat car!" Carolline menganggukan kepalanya mengerti. Walau rasa takutnya tetap ada.

Dengan nafas yang berat, ia menguatkan dirinya untuk bisa. Calvin semalam memang mengajarkan Carolline untuk tidak gugup saat berbicara di depan banyak orang, dan mengajarkan sedikit public speaking. Dengan anggapan bisa untuk meningkatkan dan membangun rasa percaya dirinya.

Carolline menarik hembuskan nafasnya pelan untuk melawan rasa gugupnya. "Hallo semuanya, P-perkenalkan nama saya Carolline Bratawijaya. K-kalian bisa panggil Car atau Lin," Ucapnya terbata bata, ia berhenti sejenak, ekor matanya melihat ke arah Chika yang sedang menyemangati nya dari barisan. Dengan penuh keyakinan dan percaya diri, ia menyungging senyumannya.

"Disini saya bakal bacain visi misi yang saya buat. Visi saya ini menjadikan Osis sebagai mitrakerja dalam membangun siswa dalam berbudi luhur yang berprestasi dan melatih dalam bersosialisasi dan organisasi. Misi saya yaitu, menumbuh serta tanamkan rasa sosial yang tinggi antar warga sekolah, Menciptakan hidup yang rukun, menjaga dan memajukan nama baik sekolah dan yang terakhir paling penting, menjadikan Osis sebagai wadah aspirasi untuk siswa maupun siswi."

"Mengapa harus pilih saya? Karena program saya akan diterapkan langsung dengan pertimbangan dari pembimbing Osis, ketua Osis, dan inti Osis. Sekian dari saya terimakasih." Tepukan tangan yang begitu meriyah, membuat Carolline merasa lega sekaligus bahagia karna ini kali pertamanya berbicara di depan banyak orang setelah melawan rasa takut dan tidak kepercaya diriannya.

Bagas yang memperhatikannya dari tadi tersenyum bangga, ia tau jika Carolline bisa dan mampu. Mereka yang memandang carolline tidak suka, seketika terpaku.

"Cukup bagus dan bisa dijadikan contoh untuk kalian yang belum maju, sudah boleh balik ketempat. Selanjutnya, Berliana Athala."

♡♡♡

Penseleksian selesai dan berjalan dengan sangat baik dan lancar. Belum ada pengumuman lebih lanjut terkait terpilih dan tidaknya mereka menjadi anggota Osis. Pemimpin Osis sudah memperbolehkan untuk masuk ke dalam kelasnya masing-masing walaupun jam istirahat akan berbunyi 15 menit lagi.

"Car, lo keren banget tadi. Speechless gua dibuat." Pujinya dengan mengancungkan dua jempolnya. Carolline yang di puji menjadi besar kepala.

"Ah masa si, Chik. Kamu mah bisa aja, udah cocok belum ya kira-kira kalo aku jadi guru zumba?" Chika yang mendengar itu tersenyum kecut.

"Gak ada hubungannya sumpah sama guru zumba, Car." Ucapnya frustasi "Lo mau ngapain juga jadi guru zumba? Mandu emak- emak sambil teriak-teriak?. Ada aja yang lu tanyain. Besok apa lagi coba, mau jadi imam masjid? Atau mau jadi Odgj?" Kesalnya. Carolline yang mendengar tuturan temannya itu hanya cengengesan saja.

"Car." Panggil seseorang dari belakang. Carolline yang dipanggil membalikan badannya.

"Iya kak, kenapa?"

"Tadi lo keren banget. Tingkatin lagi ya, gua suka liatnya." Ucapnya seraya mengelus surai kepalanya.

"Makasih, kak Bagas."

"Kalo gitu gua duluan ya." Pamitnya lalu pergi. Chika yang melihat itu terus terusan dibuat bingung. Ia curiga kalo sebenarnya mereka sudah menjalin asmara. Karna, ini entah kali berapanya Bagas bersikap aneh kepada Carolline.

Bell istirahat berbunyi. Siswa dan siswi keluar dari kelasnya untuk bergegas pergi ke kantin. Chika dan Carolline sejak dari tadi memang sudah berada disana, menunggu temannya datang. Padahal ia diperintahkan sebelumnya untuk masuk kedalam kelas. Peraturan ada untuk di langgar, right?- Tutur Chika.

Disela-sela menunggu kedatangan temannya, banyak yang berbisik tentang murid baru.

"Ih, ganteng banget tau tadi gua liat dia jalan barengan sama anak BlackWolf."

"Iya, gua juga liat. Cocok banget ya mereka komplotan cowo ganteng."

"Betah banget gua, walaupun ga naik kelas berkali kali kalo isi sekolahnya sama mereka."

"Dia sekelas woi sama gua, denger-denger sih dia murid pindahan gitu."

"Setuju, gue pengen deketin dia ah. Kali aja yang ini mau sama gue"

"Tuh-tuh orangnya dateng."

"Ya tuhan, gantengnya ciptaan mu."

"Berasa disurga banget, liat mereka."

Carroline dan Chika melihat arah yang menjadi perbincangan mereka. Chika membelakan matanya takjub. Anggota BlackWolf datang, kali ini bukan 5 melainkan 6. Sontak kejadian itu mampu menarik perhatian penjuru kantin. Beberapa orang teriak histeris karna mengagungi ketampanan mereka.












•••

GEVANO WIBOWO | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang