Pertemuan antara BlackWolf dan Elang kini kian berlangsung, tepatnya di gedung tua bekas pabrik tahu yang sudah lama tidak beroprasi. Gevan sudah menyusun semua strateginya dalam pertemuan ini tentunya. Apa mereka hanya datang dengan tangan kosong? Tentu tidak. Pertemuan ini dihadiri oleh 5 dari anggota Elang dan 3 dari anggota BalckWolf.
Kedatangan BlackWolf disambut dengan senyuman remeh dari Leonard, ia membalikan badannya dan menghampiri. Hanya tersisa jarak 50cm dari mereka.
"Gevan.. Gevan.. selamat, karna sebelumnya lu udah lolos. Gua ngajak lu kesini buat ngasih penawaran. Lu boleh pilih, mau sujut di kaki gua, mati di tangan gua, atau--" ucapannya terhenti, Leonard menepukan tangannya, menginstruksi seseorang untuk datang.
Usai tepukan itu, seorang laki-laki datang dengan membawa paksa perempuan. Perempuan itu menggunakan dress berwarna pink lusuh, pergelangan tangan yang terikat, dengan bagian kepala yang ditutupi oleh kain hitam.
"Kalian tau, ini siapa?" Anggota BlackWolf masih memperhatikan wanita itu dengan seksama. "Ini orang yang lu sayang." Lanjutnya dengan lirih tepat di telinga Gevan. Mata Gevan membulat, tangannya mengepal dengan kuat solah-olah ia mengerti siapa yang ada disana. Leonard berbalik dan pergi membawa perempuan yang dijadikan sandra.
"To--long" Ringisan wanita itu sebelum kepergiannya. Suara itu begitu familiar untuknya, membuat Calvin terkejut, dengan amarah yang memuncak. Calvin berniat untuk mengejar Leonard dan wanita yang ia bawa. Ia di body block membuat langkahnya terhenti.
"Mau kemana, urusan lu sama kita."
"Cuma main-main aja kok, gak lebih. Paling kita cicip sedikit, lu mau coba juga?" Tanya bams dengan nada yang mengejek.
"Bangsat! Lo mau apain ade gua. Bajingan!" Ucap Calvin memukulinya tanpa henti. Suasana menjadi tidak kondusif, Bams tertawa sambil menyeka darah dari sudut bibir dengan pergelangan tangannya.
"Serang!"
Anggota Elang yang tadinya berjumlah 5 sekarang bertambah menjadi 10. Gevan yang sudah mengerti liciknya Leonard, langsung memanggil temannya yang standby dari luar. Mereka saling menyerang satu sama lain. Berawal tangan kosong hingga menggunakan tongkat baseboll sebagai senjatanya.
"Maju lu, sini." Igoy menjatuhkan dirinya ke bawah berguling ke kanan dan ke kiri, lawan nya pun tentu bingung dengan pergerakan Igoy, tanpa pikir panjang lawannya menginjak setiap pergerakannya. Namun, dapat dihindari oleh Igoy, dengan gerakan yang cepat dan dirasa timing nya sudah pas, Igoy menendang titik tengah alat vital lawan nya.
"Kena kan, lu." Lawannya mengadah kesakitan memegangi area bawahnya. Tidak berhenti sampai disitu, igoy mendorong lawannya hingga jatuh. Tangannya sudah berada dibawah dan menopangnya untuk dijadikan sebagai wadah, suara kentut terdengar nyaring. Dengan cepat igoy menangkap dan memberikan nafas buatan yang ia ciptakan untuk lawan nya.
"Gitu aja tumbang, cemen. Berguna juga ternyata abis makan pete tadi sore. Gogogoy dilawan." Ucapnya menirukan serial kartun power ranger,
"Keren lu, goy. Senjata rudal lu emang no kaleng-kaleng."
Gevan sudah menjatuhkan banyak lawanya, menyisakan yang terakhir. Ia menghindari beberapa pukulan, saat lengah Gevan memberikan pukulan dan tendangan, membuat lawan nya jatuh dalam sekejap dan beralih dengan lawan nya yang lain. Dirasa sudah selesai, Gevan dengan cepat menyadari akan wanita itu 'Gadisnya' ia dengan cepat mencari keberadaan Leonard. Iris matanya tidak menemukan yang ia cari, tapi matanya tertuju oleh Bams. Gevan menghentikan pergerakan Calvin dan menggambil alih. Gevan mencekik dan memepetkannya ke ujung tembok, kondisi bams saat ini sudah bergelimbang banyak darah.
"Serahin dia ke gua, atau lu mati sekarang juga!" Tekan Gevan dengan manik yang tajam. Bams yang di ancam malah senyum menyeringai.
"Lu, mau? Sujud dulu sini" Jawabnya dengan santai . "Apa yang udah lu buat, harus bernasib dengan sama. Gua pastiin Leonard gabakal bikin hidup lu tenang, kalo pun gua mati sekarang. Lu tuh gak ada apa-apanya Gevan." Dengan nada mengejek. Amarah Gevan memuncak, belum sempat memukulnya kembali. Sirine dari mobil polisi terdengar, mereka yang mendengar berhamburan melarikan diri dan mengudahkan perkelahiannya.
Dor!
"Angkat tangan, jangan ada yang bergerak." Suara itu terdengar setelah letupan dari pistol yang di arahkan ke atas berbunyi. Polisi memborgol semua yang masih ada di tempat kejadian.
"Anda jelaskan di kantor, nanti." Mereka membawa semua yang di borgol masuk ke dalam mobil, untuk menuju polsek. Untuk yang sudah tidak berdaya, di amankan dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
♡♡♡
Suasana kantor polisi sangat ramai, keluarga dari semua pihak datang untuk membebaskan dan menjemput anak-anaknya. Untung saja mereka tidak sampai ditahan, karna mengingat mereka masih dibawah umur. Pihak polisi hanya memberikan peringatan untuk tidak melakukannya kembali. Namun, siapa yang dapat menentang mereka? Sekalipun ajal yang akan datang.
"Terimakasih, pak. Kami pamit dulu." Ucap Ratu seraya mengelus-eluskan punggung anaknya sambil berjalan, keluar kantor polisi.
"Calvin. kamu gapapa kan, nak?" Ucap Elisa panik memperhatikan tiap inci badan anaknya. Calvin hanya menggeleng sebagai jawabannya dan berusaha menenangkan Elisa.
"Gapapa mah, tpi-- maaf. Maaf Karna Calvin gabisa jagain lili." Calvin memeluk Elisa sedih, Elisa yang kebingungan mencoba menenangkan putranya.
"Maksud kamu apa, sayang?" Seorang perempuan menggunakan hoodie kebesaran berlari ke arah mereka dan langsung ikut memeluknya. Calvin yang melihat itu kaget bukan main.
"Dek. Ini beneran kamu, kan?" Tanya Calvin ragu-ragu melihatnya dengan begitu tidak percaya.
"Maksud abang, apa?" Tanyanya bingung, Calvin seketika langsung memeluk adiknya dengan begitu erat, tanpa menjelaskan terlebih dahulu apa maksud dari omongannya.
Gevan yang melihat itu diam terpaku, perasaannya campur aduk. Ia tidak mengerti dengan apa yang baru saja di lihatnya. Semua terasa sulit untuk di pahami dan diterima. Perempuan yang selama ini ia anggap sebagai parasit, adalah 'gadisnya' sendiri. Omongan Bagas pada waktu itu, benar adanya. Dadanya terasa sesak, dengan dibaluti rasa bersalah dan rasa rindunya yang begitu besar. ia berjalan mendekat dengan sisa tenaga yang dipunya. Kakinya lemas, fikiranya mereka adegan yang sudah ia lakukan selama ini.
"Kak Gevan, kenapa disini juga?" Tanya Carolline melihat Gevan yang mendekat. "Kak, kak gevan gak apa-apa?" Rasa bersalah Gevan semakin membesar kala mata mereka bertemu. Benar, mata ini sumber hidupnya. Tanpa aba-aba Gevan memeluknya, menyalurkan rasa rindunya pada gadis yang ia nantikan.
"Maaf-- maaf gua telat nyadarin semuanya. Maaf--" Ucap Gevan dengan lirih dan penuh penyesalan. Carolline yang dipeluk tidak mengerti dengan perubahan sikap Gevan yang tiba-tiba berbeda 180° dari yang ia ketahui.
"Maaf, kak. Aku ga ngerti maksud kaka apa." Gevan yang mendengar itu tersenyum, ia tidak perlu menjelaskan apa-apa tentang hari ini dan juga kemarin. Yang ia inginkan hanyalah gadisnya, tidak perduli seberapa tahu atau tidak terhadap dirinya. Miliknya akan selalu menjadi miliknya, sampai kapanpun.
"Biarin gini. Gua kangen, gua mau lu jangan jauh-jauh dari gua mulai sekarang." Gevan melepaskan pelukannya dan mengelus surai rambut Carolline.
Carolline yang di perlakukan seperti itu terkejut, terlebih ucapan yang di keluarkan Gevan. Apakah dirinya sedang bermimpi saat ini? Jika benar, tolong jangan bangunkan dirinya dari mimpi yang indah ini. Dengan memastikan kebenarannya, Carolline mencubit pipinya sendiri.
"Akhh.." Lenguhnya kesakitan. Betul, ia tidak bermimpi. Semuanya nyata, tapi mengapa? Mengapa Gevan bisa seperti ini padanya. Apakah Gevan mulai menyukai dirinya? Gak mungkin. Sedangkan yang lain melihat itu, dibuat gemas dengan tingkahnya.
"Kalo ini Lili, terus yang ada disana, siapa?" Tanya Reno tiba-tiba. Mereka yang mendengar itu, sepemikiran dengan pertanyaan dari Reno.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
GEVANO WIBOWO | ON GOING
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ [FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Carolline Anastasya Bratawijaya, seorang gadis yang sangat menyukai seorang Gevano Wibowo. Karna menolongnya pada pertemuan pertama mereka, membuat hari-hari seorang Gevan menjadi buruk. Bagaimana tidak, hidupn...