Asha

417 26 0
                                    

Asha Lenathea, gadis kelahiran 2004 yang berasal dari Manado ini memang ajaib. Dia selalu berhasil memikat banyak hati dengan kesempurnaan-nya.

Mengapa bisa dibilang sempurna?

Tentu saja karena parasnya yang cantik dan menawan. Serta otaknya yang sangat cerdas. Dari SD hingga SMP dia selalu mendapatkan juara satu di kelasnya. Tak heran jika dia menjadi kebanggaan kedua orang tua dan gurunya.

Asha juga mempunyai minat dan bakat dalam menggambar. Selain karena hobi, dia berencana untuk mengambil jurusan seni saat kuliah nanti.

Ya.. sepertinya semua hal positif yang ada di dunia ini dimiliki oleh seorang Asha.

-ralat!

Manusia pasti mempunyai kekurangan. Dan Asha adalah manusia. Maka, ada satu kekurangan yang Asha punya.

Menurut orang-orang, Asha memiliki kepribadian yang sangat cuek, dingin, ketus dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Yang bisa merasakan kehangatan dari seorang Asha hanyalah orang-orang terdekat.

Sudah hampir dua minggu Asha tinggal di kota Bandung, kota yang cukup asing bagi dirinya. Asha terpaksa harus meninggalkan tempat kelahirannya itu karena urusan sang Ayah.

Awalnya terasa sulit bagi Gadis berusia 16 tahun itu untuk beradaptasi di Bandung tapi perlahan dia mulai terbiasa dan merasa nyaman.

Dia mendapatkan suasana dan orang-orang baru yang sangat baik, juga ramah, tidak seperti dirinya.

Asha masuk ke salah satu sekolah favorit di kota Bandung, sudah hampir seluruh angkatan dan guru-guru mengenalnya.

Ya, seperti yang sudah diketahui bahwa Asha dapat memikat hati semua orang.

Dan sekarang, Asha tengah duduk sendiri disudut ruang kelasnya. Dia sedang sibuk membaca materi fisika.

"Aya guru euy!" Teriak Febri, salah satu teman kelas Asha berlari kedalam kelas dan menyuruh yang lain untuk segera bersiap.

Asha segera merapikan buku-buku yang bergeletakan di atas mejanya.

Setelah mengucapkan salam kepada Guru, semua kembali sibuk pada kegiatannya masing-masing.

Wanita tua yang dikenal sebagai Guru Fisika itu menyimpan tas dan buku bawaannya, "selamat pagi. Terakhir kita bahas bab yang mana ya?"

Semua siswa/i malah saling melemparkan pandangan, nampaknya tidak ada yang ingin menjawab. Entah karena malas menjawab atau mereka memang lupa dengan materi terakhir yang dibahas.

"Hadeuh, masih pagi udah lemes aja.."

"Iya nih, bu. Biasalah belum di semangatin sama ayang!" Celetuk Febri si pelawak kelas membuat yang lain tertawa, tetapi tidak dengan Asha, dia lanjut membaca materi.

Cornel teman sebangku Febri ikut menyahut, "Makanya punya ayang tuh sekelas cuy!!"

"Sekelas tapi tanpa kepastian mah percuma atuh!"

Celetukannya Febri lagi-lagi berhasil membuat tawa teman-temannya pecah dan memenuhi se-isi ruangan kelas 11 MIPA 2.

Febri benar-benar puas meledek Cornel yang tidak mendapatkan kepastian dari teman sekelasnya itu, Indah.

Mari bahas sedikit tentang mereka.

Sudah dari MPLS Cornel dan Indah dekat, berduaan di kantin, pulang bersama, tentu banyak yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Namun, ternyata Cornel tengah digantung oleh jawaban Indah dari kelas 10 hingga sekarang menginjak kelas 11.

Cornel cukup keren, bukan? Dia pantang menyerah. Padahal banyak sekali yang mengejarnya karena jabatan dia sebagai ketua OSIS tapi dengan setia Cornel tetap menunggu jawaban dari si pujaan hati.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang