Katanya

149 25 4
                                    

Rumah mewah yang setiap hari terasa sepi dan terselimuti hawa menyedihkan, kini tengah dipenuhi oleh kehangatan. Setelah sekian lama pemilik rumah pun dapat ikut merasakannya.

Semua orang yang ada didalam rumah itu tengah tertawa lebar bersama.

Ditengah percakapan random mereka, Atin menyela, "eh guys ngomong-ngomong soal Aji nih ya, walaupun manusia itu super duper ngeselin, sering bolos dan sering dipanggil bk, sebenernya dia tuh baik dan ramah banget gak sih.. gue sama Shella sering liat dia bantuin anak-anak kelas sama angkatan lain juga."

Shella mengangguk cepat, "setuju sih.."

"Kalo masalah cakep? ya.. lumayan lah tapi bukan tipe gue." Lanjut Atin membuat ketiga temannya tertawa geli.

"Teu ekspek si Atin bakal ngomong kitu."

"Yeuu.. Sunda! Gue klarif duluan karena takut kalian ngira yang enggak-enggak."

Pfft.. Indah dan Asha menahan tawa mendengar Atin memberikan penekanan pada kata Sunda. Menurut mereka itu lucu.

Memang faktanya bahwa Shella adalah USA alias Urang Sunda Asli. Bukan karena Shella lahir di Bandung saja tetapi kedua orang tuanya juga asli berasal dari Bandung.

Itulah alasan mengapa Shella sering mencampur bahasa antara Sunda dan Indonesia dalam ucapannya.

Sebenarnya, Shella bisa saja menggunakan bahasa Sunda 100%. Tetapi mengetahui ketiga temannya berasal dari kota yang berbeda, terpaksalah dia.

Ya.. meskipun logat Sunda nya tidak bisa lepas. Yang penting dia bisa mengobrol dan ghibah seperti sekarang bersama teman-temannya itu kan?

Mari kembali ke percakapan mereka.

"Eh iya, Sha. Informasi tambahan aja, sebenernya Aji teh pinter banget tau! Dia sagala bisa pokoknya mah." Tambah Shella.

Asha menangkup kedua pipinya dan ber-ekspresi seolah-olah kaget, "aku gak peduli."

Atin memutar bola mata, "informasi tambahan lagi, kalo Shella yang muji, fiks kalian harus curiga."

Shella melotot penuh kesal pada Atin. Maksudna naon euy?!

"Hah?! Shella suka sama Aji?" Shella menggelengkan kepala dengan cepat sebagai jawaban dari pertanyaan Indah.

Atin tertawa renyah melihat temannya yang tengah panik. "Jangan bohong loh, Shel.."

Melihat Indah memicingkan matanya, Shella terpaksa jujur. "Gak gitu, Ndah.. itu mah dulu, udah lama. Jadi udah gak penting kalo dibahas juga."

Asha terkekeh, "kok bisa sih suka sama orang kayak gitu."

"Ah lo jangan terlalu benci gitu, Sha. Ntar malah suka terus jadi rebutan sama Shella, bisa ancur pertemanan kita!" Timpal Atin membuat Asha bergidik ngeri membayangkannya.

"Aku udah gak suka sama dia ya!" Shella klarifikasi meskipun teman-temannya itu tidak peduli.

"Tapi yang Atin bilang tentang Aji bener loh. Don't judge a book by the cover."

"Wait! Jangan bilang lo gantung Cornel karena sebenernya lo itu naksir Aji ya, Ndah?!"

Shella reflek menyentil dahi temannya itu, "ngaco pisan pemikiranna teh!"

"Hey, udah ah.. btw aku udah cerita belum sih kalau Aji pernah belain Mahes dari circlenya Cornel?"

"HAH?!" Shella dan Atin berteriak, mereka berdua terkejut bukan main. Asha diam memperhatikan.

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang