Baru pukul 06.30 lorong koridor sekolah pagi itu sudah dipenuhi siswa/i SMAN 20 Bandung. Mereka semua sibuk melakukan kegiatannya masing-masing.
Ada yang sedang bercengkrama, merapihkan barang pribadi didalam loker dan beberapa ada yang menghentikan kegiatannya itu demi melihat kecantikan seseorang.
Asha. Dia sedang berjalan melewati lorong dengan tangannya yang penuh membawa buku pinjaman dari perpustakaan.
"Halo, Asha." Sapa salah satu lelaki yang berkumpul disana.
Asha tidak menggubris, dia benci pada orang asing yang menyapanya.
Sesampainya di kelas yang suasananya masih sepi, Asha memicingkan mata sipitnya itu. Ekspresinya bingung melihat ada seseorang yang sedang tertidur lelap dimeja miliknya.
Tentu hal itu membuat dirinya kesal. Siapa orang asing yang berani mengambil alih tempat duduknya? Asha menaruh buku-bukunya di atas meja dengan keras sampai membuat orang itu terbangun dan mengusap wajahnya.
"Go away." Ketus Asha.
Gadis yang masih setengah sadar itu menatap Asha sejenak lalu dia menggeser posisi agar Asha dapat duduk dikursi yang ada disebelahnya.
Asha berdecak kesal, dia melempar tasnya ke atas kursi. "Lo siapa sih?"
"Hamba Allah."
Jawaban polos dari gadis itu membuat Asha kesal. Diam salah, berbicara pun salah.
Gadis berambut pendek itu tertawa pelan lalu berdiri dan mempersilahkan Asha untuk duduk, "sok atuh duduk dulu."
Asha masih berdiam diposisinya, dia mengeluarkan tatapan tajam, menunggu gadis itu pergi dari hadapan Asha.
"Harusnya teh saya yang marah sama kamu, tau."
Entah kenapa, semua ucapan yang keluar dari gadis itu benar-benar membuat Asha emosi. Sampai tak terasa, keduanya sudah bertatapan cukup lama. Yang satu masih menatap kesal dan yang satunya lagi memberikan tatapan meledek.
"Eh ini teh ada apa?!" Shella panik dan segera menarik lengan Asha agar sedikit mundur.
"Aji jangan jail wae ih!"
Asha mengerutkan dahinya, Aji?
Gadis yang Shella sebut sebagai Aji itu malah terkekeh dan membuka hoodie hitam miliknya yang masih dia kenakan.
"Murid baru nya, Shel?" Aji bertanya.
Shella mengangguk, "Sha, kamu waktu itu nanya kan siapa yang duduk sama kamu?"
"Tah, ieu orangnya." Lanjut Shella.
Mati! Penjelasan dari Shella membuat Asha malu.
Sekarang Asha paham dengan apa yang Aji ucapkan sebelumnya, memang seharusnya dia yang marah pada Asha karena mana ada orang baru mengusir pemilik lama. Tapi siapa peduli? Siapa suruh dari awal Aji tidak bicara dan menjelaskan secara jelas.
Asha tersenyum tipis pada Shella, dengan sangat terpaksa akhirnya dia duduk dan memilih untuk mengabaikan teman sebangkunya. Huft.. awas aja kalo manusia ini ganggu!
Hari ini adalah hari yang sangat sial untuk Asha.
Mata pelajaran pertama hari ini semakin membuat mood Asha hilang. Guru killer itu tiba-tiba memberikan ulangan Matematika dadakan.
Asha yang belum sempat belajar materi baru menjadi kewalahan. Sekarang dia sedang mengutuki dirinya.
Namun sesekali Asha melirik penuh kesal kepada teman sebangkunya yang tengah tertidur. Masa depan ni anak ancur banget dah, kasian ortunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dia
Romance"Setidaknya lewat pertemuan ini, kita sama-sama percaya bahwa akan ada rumah yang mau menampung meskipun hanya sesaat sebelum pulang ke rumah yang sebenarnya."