Asa

172 28 6
                                    

Hari ini, pagi berubah mendung. Awan kelabu terlihat bergulung di langit. Angin bertiup lembut menerpa rambut cantik Asha. Gadis itu tengah berjalan melewati halaman sekolah. Sekilas memperhatikan orang-orang sibuk berbisik seperti membicarakan sesuatu yang rahasia. Ada berita heboh apa pagi ini?

Sesampainya di pintu kelas, Asha disambut oleh teman dekatnya yang paling kalem. "Pagi, Sha. Kamu habis ngapain?" Tanya Indah yang sempat melihat Asha singgah sejenak ke ruang guru.

"Pagi, Ndah. Aku habis nanyain acara seleksi Olimpiade Fisika."

Indah mengangguk paham. Kedua gadis itu jalan berdampingan menuju mejanya.

"Eh, Sha! Lo udah-"

"Berisik ih, Tin!" Tukas Shella.

"Paansih, Shel."

Asha tersenyum seraya melirik kursinya yang masih kosong, "Ehm btw Aji belum dateng ya? As a candidate for the Olympics harusnya dia udah dateng buat dapet info lebih lanjut."

Shella, Atin dan Indah terdiam saling melemparkan pandangan dengan senyum kikuknya. Situasi canggung ini cukup membingungkan bagi gadis yang baru saja datang. Ditambah teman-teman kelaspun sibuk berbisik dipojok kelas.

"Lo belum tau ya?" Atin membuka suara.

"Ehm.. anu.. Aji lagi di ruang guru. Dia teh habis berantem." Timpal Shella penuh hati-hati karena dia yakin ucapannya akan membuat temannya itu sedih.

Mengetahui kedekatan antara Asha dan Aji akhir-akhir ini, Indah mencoba menenangkan dengan mengelus pundak Asha perlahan, "kita masih belum tau pasti alasannya tapi tadi.. kakelnya dibawa ke rumah sakit."

"Duh.. kalo sampe kitu mah, si Aji pasti dapet sp lagi."

"Udah pasti, Shel. Lagian si Aji goblok, ngapain pagi buta gini berantem. Udah bener gak bolos sekolah, malah cari masalah baru! Tolol." Atin mengumpat habis-habisan.

"Maneh jangan sok tau!" Celetuk seorang gadis.

Mereka semua reflek menoleh ke arah suara. Ternyata orang itu teman dekat dari yang sedang dibicarakan oleh mereka, Reva dan Orion.

"Kalo gitu lo berdua kasih tau kita, Nyet!"

Reva tersenyum remeh, "Aji kayak gitu demi belain tem-" Orion menahan Reva untuk menghentikan ucapannya dan menariknya untuk pergi meninggalkan para gadis itu.

"Apa, Anjing?! Lanjutin!" Teriak Atin tidak terima digantung.

"Sstt Atin.. udah.." bisik Indah.

Shella memperhatikan Asha yang sedari tadi diam tidak mengeluarkan suara sama sekali, tatapannya kosong. "Sha.. kamu teh gapapa?"

She's right. Don't expect it. She never wants to change.

***

- Sudut Pandang Aji

Sial. Saya mendapatkan tonjokan keras dari Kang Niki beserta gerombolannya yang beramai-ramai mengeroyoki di belakang sekolah saat saya sedang menikmati waktu sendirian.

Catatan dari kelakuan-kelakuan saya sebelumnya mengakibatkan kesalahpahaman sehingga saya lah yang dinyatakan bersalah dan harus menandatangani surat permintaan maaf juga mengganti kaca sekolah yang pecah karena lemparan batu dari teman-teman Kang Niki.

"Aji.." panggil Bu Lia, guru BK yang selama ini rela melayani kelakuan aneh saya.

Terdengar helaan nafas panjang dari Bu Lia, dia memberikan tatapan pasrah. "Petugas kebersihan udah bosen beresin kaca gara-gara ulah kamu."

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang