Luka

162 23 3
                                    

"Berantem lagi?"

Aji reflek berdiri dari duduknya, dia tersenyum kikuk melihat kedatangan Asha secara tiba-tiba, "eh.. kok jalan, Sha? Gak dijemput?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Mobilnya mogok." Jawab gadis itu, dia mendekati Aji lalu duduk di kursi taman itu seraya mengambil obat luka yang disembunyikan Aji sebelumnya.

"So.. alasan bolos hari ini berantem?"

Aji menyeringai, "bukan berantem tapi saya habis menyelamatkan dunia."

Asha mengerutkan dahinya.

"Tadi pagi saya dapet telfon dari Iron katanya Thanos sama Hulk berantem, nah saya disuruh buat pisahin mereka." Lanjut Aji.

"Then?" Asha berusaha menanggapi hal yang sebenarnya tidak penting baginya.

"Alhamdulillah pada damai. Karena saya kesananya ajak Ustadz Hanan Attaki, mereka langsung ngangguk-ngangguk tuh dengerin ceramah. Ya.. walaupun saya sempet kena senggol sampe kayak gini."

Asha terkekeh lalu mengamati luka-luka yang ada pada wajah dan lengan temannya, "duduk." Perintah Asha yang tentu langsung dituruti oleh Aji.

Dengan penuh hati-hati Asha memegang tangan Aji lalu mulai mengobati luka-luka nya, "eisshhh perih-"

"Shut up."

Aji merapatkan bibirnya saat melihat Asha memberikan tatapan tajam. "You know this hurts, terus kenapa masih jadi sok jagoan?"

Si sok jagoan tersenyum tengil, sibuk memperhatikan tangannya yang sedang diobati. "Kamu pengen dikeluarin dari sekolah ya?"

"Enggak atuh, Sha.."

"Orang tua kamu pasti khawatir." Lanjut Asha, tangannya dengan sigap beralih memberi obat pada setiap gores luka di wajah Aji. Yang diobati tidak bisa melepaskan tatapan pada gadis yang ada dihadapannya. Jarak mereka yang sangat dekat membuat jantung Aji semakin berdetak kencang, dia tersenyum merasakan kehangatan dari Asha.

"Sorry ya.. buat kejadian kemarin." Asha menghentikan aktivitasnya sejenak.

"Gak seharusnya aku nge-duluin emosi."

Aji menganggukan kepala, "gapapa, saya ngerti. Tingkah saya emang selalu bikin salah paham, dan saya udah biasa karena sebelumnya orang-orang pernah gini juga."

"Kayak tindakan aku ke kamu?"

"Iya.. gitu deh.."

"Terus?"

"Gak ada terusannya sih, Sha.." Aji tertawa pelan melihat ekspresi Asha yang tampak kebingungan.

"Maksudnya kamu gak klarif gitu?" Tanya gadis itu yang dibalas anggukan oleh Aji.

Asha menghela nafas, "explain it for me. Anything... about you." Ucapnya lembut seraya melanjutkan aktivitas yang sempat terhenti.

Aji menatap lekat pada Asha, "saya harus menuhin kebutuhan hidup saya, Sha."

"Cuma itu." Lanjutnya.

"Jadi kamu bolos karena harus kerja?"

"Iya.."

"Kerjanya berantem?"

Aji tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Asha, sedangkan Asha melemparkan tatapan sinis.

"Apa sih? Gak lucu."

"Iya lah, yang lucu mah cuma kamu."

"Hm?"

Bagus Aji, maneh malah keceplosan.. Aji tersenyum canggung. Menampakkan giginya yang rapih.

Disisi lain, Asha menahan senyumnya. Dia pura-pura terlihat tidak peduli dan masih sibuk mengobati lukanya. "So kalau kamu kerja, waktu kamu belajar itu kapan?"

Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang