Bab 10.2

969 164 4
                                    


Yurui mengembangkan senyumannya, karena godaannya mulai membawa hasil. Tangannya pun terus turun sampai dia mencapai sabuk celana Hiro, berlama-lama di sana untuk memainkan sabuknya. Sesekali Yurui juga mengaitkannya jarinya ke sabuk.

Masih dengan senyuman, Yurui memajukan wajahnya dan berbisik dalam bahasa inggris, "How about outdoor intercourse?"

Seketika Hiro membuka matanya, dengan bulu matanya yang lebih lebat bergetar sejenak. Dia menoleh, menatap Yurui dengan wajah tanpa ekspresi.

Yurui tersenyum manis seolah apa yang dikatakannya bukanlah hal besar. Dia menunjukkan deretan gigi ratanya, dengan mata bunga persiknya yang menyipit.

"Nona," bisik Hiro, masih dengan ekspresi tak terbaca. "Apa kau berpikir aku tidak mengerti bahasa inggris?"

Yurui mengedikkan bahunya tidak begitu peduli. "Apa kau berbicara bahasa Inggris juga?"

Hiro menyeringai penuh misteri tanpa mengatakan apa pun. Keadaan menjadi hening, hanya desir angin dan gemeresik ilalang yang melatari. Keduanya masih bertahan seperti itu untuk sementara, tanpa ada yang bergerak dan berbicara. Yurui jelas masih belum puas, dan ingin main-main.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Yurui. Dia maju dan memeluk leher Hiro seraya membelainya, kemudian berbisik dengan suara yang mengundang, "Aku ingin melakukan sesuatu yang menantang."

Sambil tertawa pelan dengan suara yang amat manis, Yurui menarik tubuhnya. Dia menundukkan kepala, membawa kedua tangannya ke bagian bawah perut Hiro. Gerakannya semakin turun tapi Hiro dengan cepat menangkap tangannya.

"Apa kau tidak ingin?" tanya Yurui lagi.

Ekspresi tenang di wajah Hiro benar-benar membuat Yurui kian terkesan. Bagaimana pun dia sudah menggodanya sedemikian rupa, tapi dia masih bisa mempertahankan ketenangannya.

"Nona," kata Hiro akhirnya, "kita di tempat terbuka."

"Kau bisa sembunyikan aku," balas Yurui sambil mengedipkan sebelah matanya, kemudian menarik tangannya dari Hiro. Dia beralih mengambil tasnya, kemudian mengeluarkan sesuatu dan menyembunyikannya dalam genggamannya.

"Apa lagi?" tanya Hiro.

Yurui membungkuk di samping Hiro sambil membuka kedua telapak tangannya untuk menunjukan sebuah benda di atasnya. Ada dua jenis benda, yang terhubung satu sama lain melalui batre.

Hiro tertawa geli melihat Yurui menunjukkan sebuah benda berbentuk kapsul padanya. "Aku tahu kau tumbuh menjadi gadis yang mesum, tapi aku tidak pernah menyangka kau jauh lebih mesum daripada yang kupikirkan sejak awal."

Nada Hiro tidak merendahkan sama sekali, tapi Yurui merengut mendengarnya. Dia pikir, tidak ada salahnya seorang gadis memiliki sebuah imajinasi––meskipun imajinasinya sangat liar.

"Belum saatnya kau bisa semesum ini," lanjut Hiro sambil menepuk puncak kepala Yurui.

Yurui semakin cemberut, karena Hiro memperlakukannya bagai anak kecil. Dia menatap Hiro dengan kesungguhan di matanya. "Ibuku masih delapan belas tahun ketika dinikahi Ayahku. Apa salahnya menjadi dewasa lebih awal?"

Tanpa diduga sebuah senyum tercipta di bibir Hiro, hingga membentuk sedikit lesung pipi yang terlihat cantik di wajahnya. Yurui sejenak merasa takjub, dengan senyuman pria itu. Ini pertama kalinya, Hiro menunjukkan senyum tulus dan tanpa misteri, atau tanpa kesan licik dan main-main.

"Menjadi dewasa memang bagus," balas Hiro seraya menutup kedua tangan Yurui dan menyembunyikan kembali benda di tangannya.

Dengan keras kepala, Yurui kembali membuka tangannya dan malah mengalihkan benda itu ke tangan Hiro.

Hiro menatap Yurui dalam diam selama beberapa saat, kemudian menarik lehernya dan memagut bibirnya membuat Yurui terkejut. Hiro sudah mulai berani mencium dan menyentuhnya di luar jadwal tutoring-nya.

Sapuan bibir Hiro terasa panas di bibirnya, membuat Yurui terbuai dan ikut membalas ciumannya. Lidah yang saling membelit, bibir yang saling menyesap. Keduanya berciuman di balik semak-semak ilalang tanpa ada siapa pun.

Tiba-tiba Hiro menjatuhkan tubuh Yurui ke rumput, hingga tubuh bagian atasnya menimpa semak ilalang dan menyembunyikannya. Yurui tertawa sambil memukul bahu Hiro.

"Heh, kau merusak ilalangnya," katanya.

"Itu hanya semak-semak," balas Hiro, kemudian merundukkan kepalanya, mengungkung tubuh Yurui di bawahnya.

Hiro memagut kembali bibir Yurui, menyesapnya dalam-dalam dan sedikit rakus, dengan satu tangannya memegangi leher Yurui yang sensitif. Jari-jarinya yang panjang dan kokoh pun setengah mencekik leher Yurui, membuat Yurui semakin terbuai. Gairah kembali dibangkitkan dalam dirinya, terlebih dengan Hiro yang mencekik lehernya.

Mereka berciuman beberapa saat sampai napas keduanya tersengal. Hiro pun membawa bibirnya ke leher Yurui untuk menciuminya dengan sensual, lalu menjilatnya hingga membuat Yurui gemetar sambil mengerang.

Hiro bangun, menarik tubuh Yurui untuk ikut bangun lalu membawanya ke pangkuannya. "Kau tak bisa melakukan sesuatu yang mesum di tempat terbuka dan di siang hari," bisik Hiro. "Perhatikan sekelilingmu, seseorang bisa melihatmu dari atas gedung."

"Untuk melihat kita dari atas gedung, mereka harus menggunakan teropong," balas Yurui dengan keras kepala.

Hiro nyaris menghela napas menghadapi Nona muda yakuza yang sangat keras kepala ini. Dia pun hanya terkekeh dalam, kemudian membawa benda di tangannya ke hadapan Yurui.

"Kau yakin ingin aku menggunakan benda ini padamu?"

Yurui mengangguk sebagai balasan. Mungkin Hiro berpikir, Yurui benar-benar hebat sekali, benda laknat ini bisa lolos dari pengawasan ketat ayahnya.

Hiro menaruh benda berbentuk kapsul seukuran ibu jari pria dewasa itu di telapak tangan Yurui, benda lainnya berbentuk seperti remot kecil di tangannya. Dia menekan tombol yang lebih besar, dan segera getaran muncul di tangan Yurui yang berasal dari benda itu.

"Ah, Hiro!" Yurui berjengit karena terkejut, lalu secara perlahan senyuman tercipta. Dia menoleh menatap wajah Hiro yang juga sedang menatapnya.

"Aku ingin diajari memakai ini," bisik Yurui, kemudian mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah untuk memastikan bahwa tidak ada yang datang. Area itu cukup sepi dan jauh dari pusat taman yang ramai. Dihalangi oleh ladang ilalang di

beberapa sisi, Yurui masih merasa tidak aman.

Akan tetapi, dengan dirinya dan Hiro melakukan sesuatu yang tidak beradab membuatnya merasakan sensasi luar biasa yang menggetarkan perut dan dadanya. Ini bahkan imajinasi tergila dan terliar yang pernah dia bayangkan!

Hiro duduk menghadap semak ilalang yang tinggi, menyembunyikan tubuh Yurui dari berbagai sisi karena tubuhnya menjorok ke dalam semak ilalang yang rimbun.

"Aku bodyguard-mu, bukan gurumu," kata Hiro.

Senyuman di wajah Yurui perlahan menjadi kekecewaan. Dia turun dari pangkuan Hiro, kemudian bangun dan berjalan ke peralatan melukisnya untuk membereskannya. Yurui membawa kembali peralatannya ke keranjang sepeda, bersama tasnya.

Tiba-tiba dari belakang Hiro berbisik, "Tapi aku bisa menjadi gurumu untuk siang ini."

Sontak Yurui berbalik, memandang Hiro yang sedang berdiri dengan kedua tangan di saku celana. Ada senyuman di wajahnya, yang memberikan senyum penuh kelembutan. Meski pun saat ini dia adalah bodyguard-nya, tapi Hiro rela memenuhi keinginan dari imajinasi liarnya.

Untuk kesekian kalinya, dia terpesona pada Hiro.

"Hiro, arigatou ne!" kata Yurui dengan senyuman lebar dan mata tenggelam.

Dia terlihat sangat manis, begitu polos tapi penuh keinginan serta rasa penasaran. Akan tetapi, siapa sangka dia adalah gadis gila yang dipenuhi imajinasi liar dan keinginan aneh.

Benar-benar pantas sebagai putri Yuu Akuma, pikir Hiro.


🌸🌸🌸

Tutoring the Princess Yakuza (Tersedia di Google Play & KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang