Kekasih Satu-satunya

29 3 0
                                    


Jack adalah musibah yang Adoria datangkan dengan tangannya sendiri. Pria yang lebih mengerikan dibandingkan guru-guru di sekolah itu, bahkan tidak membiarkan Adoria punya waktu luang sedikit pun. Jika tidak ada jadwal kelas di sekolah, Adoria akan mengikuti kelas yang disusun oleh Jack. Kelas yang diisi setumpuk buku yang sangat membosankan hingga membuat Adoria sering terlelap.

"Yang Mulia! Yang Mulia! PUTRI ADORIA!"

Suara keras Jack mengisi ruangan perpustakaan. Adoria terbangun dari tidur lelapnya dan tersentak melihat sesosok pria ada di depannya. Mereka sangat dekat, mungkin hanya berjarak satu meter saja. Namun dalam jarak sedekat itu, Adoria masih tidak bisa melihat sosok sang pria karena terhalang sebuah tirai putih yang menjengkelkan.

"Anda tertidur lagi Yang Mulia? Kali ini bagaimana saya harus menghukum Anda?" Jack kembali bersuara. Pria itu masih belum beranjak dari tempatnya. Masih menatap sosok Adoria di balik tirai dengan sangat intens.

Adoria menepuk-nepuk pipi dengan kedua tangannya, berusaha agar segera tersadar. "Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja. Saya minta maaf," ungkap Adoria jujur.

Selain karena belajar sejarah kekaisaran sangat membosankan, Adoria juga mengantuk karena kelelahan akibat begadang semalaman. Ia tidak tidur untuk mencari kabar tentang ayahnya. Juga mencari cara agar bisa melarikan diri dari istana Gabbia Dorata.

Pasalnya sejak kedatangan Jack, keamanan di istana itu semakin diperketat. Gerbang tempat Adoria bisa melarikan diri beberapa hari lalu, mendadak dipasang kawat berduri beracun. Persis seperti kawat duri yang ada di gerbang utama istana di ibu kota, yang membuat Adoria nyaris terkena racun seandainya tidak dihentikan oleh seorang pria misterius yang menyebalkan.

Jack menghela napas panjang sambil menutup buku tebalnya. Ia melangkah mundur sebentar, kemudian menatap ke arah Adoria lagi. "Apakah pelajaran yang saya berikan sangat membosankan Yang Mulia?"

"Ti...tidak. Bukan itu." Adoria mencoba menjelaskan, "Saya hanya kurang bersemangat dengan pelajaran sejarah." Bukan hanya saat Jack saja, Adoria juga merasa bosan jika guru-guru di Nobile menjelaskan tentang sejarah kekaisaran. Ia merasa pelajaran itu tidak penting baginya. Lebih baik belajar tentang geografi kekaisaran sehingga Adoria bisa tahu lokasi di mana kira-kira ia bisa menemukan ayahnya.

"Jadi, pelajaran apa yang Anda sukai, Putri?"

"Saya tidak suka belajar... Hei! Mengapa Anda selalu memanggil saya dengan sebutan Yang Mulia dan Putri? Saya sudah pernah bilang kalau saya ini hanya seorang Countess, Tuan. Tidak pantas Anda memanggil saya sebagai Putri."

"Mengapa Anda merasa tidak pantas?"

"Karena saya tidak benar-benar menikah dengan Yang Mulia Pangeran."

"Siapa yang mengatakan itu? Bukankah sudah jelas Anda sudah diberkati di kuil? Anda dan Pangeran sudah terikat oleh pernikahan suci."

"Iya, itu hanya secara agama karena kami belum..." Ucapan Adoria terhenti. Ia tidak bisa melanjutkan hal yang bersifat pribadi kepada seorang laki-laki asing, terutama masalah pernikahannya. Meskipun pada kenyataannya, hampir semua bangsawan tahu bahwa Adoria dan Pangeran belum menghabiskan malam pertama mereka.

"Baiklah, My Lady. Untuk saat ini saya akan memanggil Anda seperti itu. Tapi ketahuilah bahwa kekuatan suci Dewa jauh lebih besar daripada kekuasaan Kaisar."

Kedua mata Adoria terbelalak, tidak menyangka ucapan itu akan keluar dari mulut seorang pengawal bayangan pangeran. "Anda sungguh berani, Tuan. Apakah Anda tidak takut Kaisar akan menghukum Anda atas ucapan Anda barusan?" tanya Adoria penasaran. Memang Kekaisaran Gilman mengakui adanya agama. Kaisar bahkan dilantik oleh pemimpin kuil yang dianggap seperti utusan Dewa. Hanya saja Kaisar Gilman yang sekarang terkenal sangat kejam. Beliau tidak akan terima ada orang merendahkan kekuasaannya sekalipun itu adalah orang dari kuil suci.

Jack duduk di kursinya. Kursi yang terletak lima meter di depan tirai pembatas. Pria itu kembali berbicara dengan suara beratnya. "Saya tidak takut, My Lady. Saya hanya bicara keadaan sebenarnya. Anda adalah wanita milik, Pangeran. Istri dari Pangeran di Kekaisaran Gilman. Sudah sepantasnya Anda dipanggil sebagai seorang Putri."

Salah satu bibir Adoria terangkat hingga membentuk sebuah seringai di parasnya yang cantik. "Terima kasih karena sudah membela saya meskipun saya tidak tahu apa tujuan Anda melakukan itu. Lagipula, Anda tahu suami saya adalah Yang Mulia Pangeran. Tidak ada yang menjamin jika saya akan benar-benar menjadi istri sahnya."

Mengingat kekaisaran yang masih mengizinkan sistem poligami, Adoria menjadi pesimis dengan statusnya. Ia tidak tahu apakah Pangeran benar-benar menginginkannya sebagai seorang istri atau hanya menempatkannya sebagai istri sementara. Perlu diingat, Adoria hanyalah seorang putri seorang pengkhianat kekaisaran. Tidak pantas rasanya jika ia menyandang status sebagai istri pangeran.

"Anda khawatir tentang itu? Anda cemas Yang Mulia Pangeran akan memilih wanita lain untuk menggantikan posisi Anda?" sahut Jack dengan nada bicara penuh selidik.

Adoria tertohok, merasa seperti perasaannya baru saja diitelanjangi oleh pria di depannya. Dengan cepat ia menimpali ucapan Jack. "Saya terlalu lancang untuk memiliki perasaan seperti itu, Tuan. Anda tahu bagaimana latar belakang saya. Saya rasa Yang Mulia Pangeran lebih pantas bersanding dengan wanita bangsawan dengan derajat yang lebih tinggi."

"My Lady, selain Kaisar dan Permaisuri, tidak ada seorang pun yang memiliki derajat lebih tinggi dari Yang Mulia Pangeran. Anda juga tidak perlu cemas. Yang Mulia Pangeran tidak memiliki istri selain Anda, My Lady. Anda adalah satu-satunya kekasih Yang Mulia Pangeran."

Semburat rona merah mewarnai pipi Adoria. Entah mengapa mendengar pernyataan Jack membuat Adoria tersipu. Jantungnya berdetak cepat, napasnya memburu. Di perutnya seperti ada sesuatu yang menggelitik. Hal-hal yang datang tiba-tiba, namun membuat Adoria merasa senang.

"Ehm!" Adoria berdeham, berusaha menenangkan dirinya sendiri kendati ia tetap terlihat gugup. "Ba-bagaimana Anda bisa tahu tentang itu?"

Jack menjawab dengan lantang, "Apa Anda lupa siapa saya, My Lady? Saya adalah pengawal bayangan Yang Mulia Pangeran. Saya ada bersama beliau selam 24 jam. Jadi, saya tahu persis siapa saja yang ada di dekat beliau."

Meskipun berada cukup jauh, Jack tahu ekspresi apa yang sedang muncul di wajah Adoria. Gadis itu pasti sedang tersenyum. Dan tanpa sadar, pelan-pelan Jack ikut mengukir senyum di wajahnya.

"Anda bilang, Anda selalu bersama dengan Yang Mulia Pangeran selama 24 jam. Apakah Anda tahu mengapa Yang Mulia tidak mau berada di sini?" tanya Adoria. Gadis itu penasaran dengan sosok misterius suaminya. Terutama alasan pria itu tidak menghabiskan malam pertama dengannya dan berada di sisinya selama dua tahun belakangan.

Berbeda dari sebelumnya, Jack tidak langsung menjawab. Adoria bisa melihat sosok Jack yang sedang menunduk. Sepertinya pria itu juga tidak tahu apa jawabannya. Ya, mau bagaimana pun Jack hanyalah seorang pengawal. Seberapapun seringnya Jack bersama Pangeran, ia tidak akan tahu segala hal tentang laki-laki tersebut.

"Anda tidak perlu menjawab jika Anda tidak tahu, Tuan. Sepertinya saya tahu alasannya." Adoria menimpali ucapannya sendiri ketika tidak mendengar jawaban dari Jack.

Jack mengangkat kepalanya. Ia mengernyit. "Anda tahu alasannya?"

"Ya, sedikit. Karena Yang Mulia adalah orang yang sangat sibuk."

Tidak disangka jawaban sederhana Adoria membuat Jack tertawa. Kali ini bukan sebuah kekehan yang tertahan seperti biasanya. Jack benar-benar tertawa lepas yang sontak membuat Adoria terperangah kaget.

"Anda benar, My Lady. Yang Mulia Pangeran sangat sibuk sekarang. Apa Anda tidak marah pada beliau karena tidak menemani Anda?"

Adoria menggeleng pelan. "Tidak. Tapi kalau boleh jujur, hm... Saya sedikit kesal pada beliau. Kami sudah dua tahun menikah, tapi kami jarang berkomunikasi."

"Jadi, Anda ingin berkomunikasi pada Yang Mulia?"

"Ya. Bukankah hal wajar jika istri berkomunikasi pada suaminya?"

"Benar. Baiklah, akan saya sampaikan pada Yang Mulia."

Kedua mata Adoria terbelalak. "Apa? Apa yang mau Anda katakan pada Yang Mulia?" tanya gadis itu panik.

"Menyampaikan bahwa Anda merindukan Yang Mulia Pangeran," sahut Jack yang selingi dengan sebuah senyuman.

XXXXXX

Jangan lupa tinggalkan jejak ya... Danke ^^

Princess In CageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang