47. Biar gegap cintaku yang berkuasa

17.8K 2.4K 351
                                    

47. Biar gegap cintaku yang berkuasa













"Babe, geli," keluhnya, terkekeh-kekeh kegelian sambil memegangi telunjuk sang istri yang bergerak lembut menyusuri kulitnya sambil terus bertanya.

"Tebak aku gambar apa?"

Perempuan itu tengkurap di atasnya, menumpu tubuhnya yang polos dengan sebelah lengan, sedang sebelahnya lagi sibuk digunakan menyusuri bahu serta dada, menjadikan telunjuk runcingnya sebagai kuas sedang tubuh Remi sebagai kanvasnya.

"Aku ulangin, ya? Rasain baik-baik, tebak aku gambar apa."

Ujung telunjuknya yang lentik kembali bergerak di atas kulit Remi hingga ia rasa tubuhnya berdesir lagi. Jakunnya naik turun menelan ludah sementara matanya sibuk menjelajah. Mencuri-curi pandang pada istrinya yang sesekali mengangkat kepala serta bahu, membuat dadanya terekspose, menggoda sehelai iman Remi agar tumbang sekali lagi padahal ia sudah berjanji tak akan menyentuh Genawa kembali sebelum sang istri pulih dari rasa kagetnya tadi.

Mereka sudah bercinta. Dengan Genawa yang sukarela menyerahkan diri, tak perlu dipaksa--oh, oke. Baiklah-baiklah.
Keputusan bulat sang istri malam ini memang didorong oleh kemauannya berkolaborasi dengan Fras, yang meski tak terlaksana dengan sempurna, minimal ada sedikit celah tercipta. Fras kekeuh tak mau lagi menelurkan lagu. Seberapa gigih pun Remi meminta, sang Om konsisten berkata tidak. Tapi sebagai gantinya, pria itu berjanji akan menerima ajakan ngevlog Genawa, sekaligus mengajaknya keliling ke studio pribadinya yang ada di Jogja nanti. Kapan pun Genawa berkunjung ke sana.

Dan tentu, undangan dari Fras tersebut cukup untuk membuat Genawa riang gembira. Sang istri pun akhirnya memberi ijin Remi berbuka puasa dari kelaparannya selama ini.

Hubungan mereka sedikit transaksional, tapi tak apa. Remi tak masalah selagi itu Genawa.

"Baby,"

"Mm,"

"I love you," gumamnya, ditengah aksi serius Genawa menggambar tubuhnya dengan jemari. Perempuan itu mendongak sejenak, menatapnya dengan senyum tipis lalu kembali menekuri gambar imajinatifnya dengan bibir terkulum, sibuk menggumam senandung.

Cantik sekali.

"My pretty sunshine," gumamnya lagi, membawa telapak tangannya mengusap pinggang hingga punggung sang istri.

Tak perlu ditanya seberapa berbunga dan mekar hati Remi kini. Kalian bisa mandi bunga hingga berenang di dalam sana saking rimbunnya kelopak asmara itu memenuhi dadanya berkat Genawa.

Remi lega, juga bahagia.

Setelah sekian banyak penolakan dan kegagalan, akhirnya Genawa berhasil juga ia miliki. Malam yang panas baru saja terlewat. Desah manja Genawa bahkan masih lekat di telinga. Remi tak akan pernah melupakannya. Sudah ia katakan, yang barusan adalah pengalaman paling menakjubkan sepanjang aktivitas seksualnya sebagai lelaki.

Genawa yang plonga-plongo justru membangkitkan sisi liarnya yang tersembunyi.

Bahkan, rasa haru itu masih tertinggal di sudut hatinya ketika mengingat apa yang Genawa berikan untuknya beberapa waktu lalu. Menakjubkan sekali. Remi tidak bisa tidak berbangga diri.

Sejatinya ia bukan jenis lelaki yang peduli dengan hal-hal macam 'dia masih gadis atau tidak, sudah pernah bercinta atau belum' dan lain sebagainya. Remi percaya semua perempuan amat berharga. Hanya saja .... entahlah. Genawa membuatnya jadi jumawa.

"Ayo tebak." Sang istri mengerjap, menatapnya penuh tuntutan. "Aku gambar apa barusan? Kalau salah, kamu tidur di luar."

Seringai kecilnya membuat dada Remi kembali berdentum tak karuan. Sial, Genawa Maestraloka. Benar-benar tukang goda yang tak pernah merasa dirinya penggoda.

Di ujung nanti, mari jatuh hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang