18. Mengintip di balik mega yang jingga

13K 2.3K 570
                                    

18. Mengintip di balik mega yang jingga










Tak ada yang pernah mengingatkan Remi sebelumnya, bahwa menikah berarti harus melihat perempuan asing mondar-mandir di depan matanya, pagi-siang-sore dan malam dengan busana semaunya. Remi memang bukan pria lugu. Ia bukannya tak pernah lihat perempuan telanjang sebelumnya, tapi Genawa ini agak .... kurang ajar.

Gadis itu tak pernah menganggapnya ada. Di hari pertama mereka pindah ke rumah pun, Genawa langsung bugil tepat di depan mukanya, keluar kamar mandi dengan selembar handuk tanpa merasa sungkan atau malu. Saat ditegur, ia justru santai menjawab ; "Kata lo gue nggak lebih menarik dari kambing betina?" Dan lanjut melenggang dengan kalemnya.

Maksudnya begini, loh. Memang benar Remi pernah bicara demikian. Tapi, ia mengatakannya hanya untuk menunjukkan ketidaksukaan pada Genawa. Itu hanya perumpamaan, salah satu respon paling alami Remi ketika bertemu dengan seseorang yang jauh sekali dari tipenya. Ia sedikit melebih-lebihkan, tentu saja.
Tapi bukan berarti ia akan betulan lebih tertarik dengan kambing betina daripada Genawa. Karena mau seje-- tunggu, Genawa sulit dibilang jelek, sial. Baik lah, karena mau sebobrok apa pun tingkah Genawa, tentu gadis itu akan lebih menarik dari kambing hidup yang masih embek-embek tak tentu arah. Hanya saja, tidak mungkin dong Remi bilang begitu? Dengan buruknya hubungan mereka dan buruknya pemahaman Genawa, gadis itu bisa menyangkanya yang tidak-tidak nanti.

"Gue kalau tidur suka nggak pakai bra."

Adalah kalimat yang membuat Remi jantungan di malam pertama mereka. Genawa mengatakannya sambil nyengir, naik ke kasur dan serta-merta melepas penopang dadanya di hadapan Remi, meletakkannya begitu saja di pertengahan bantal mereka, sekalian jadi pembatas katanya, seolah itu adalah hal yang wajar sekali ditunjukkan.

Remi bisa apa?
Betul, bisa gila. Remi sudah mencicil kegilaannya tiap malam hingga hari ke tujuh ini, tenang saja. Genawa tidak pernah tidak bertingkah aneh dan membuatnya mengurut dada. Ini lah kenapa 'salah pilih istri bisa memperpendek harapan hidup lelaki'.

Camkan, para lelaki, camkan. Kalau suatu hari kalian bertemu perempuan model Genawa, meski penampakannya cantik dan seksi, tolong segera lari, jangan justru kalian nikahi. Cintai lah umur kalian, jangan ulangi kesalahan yang saat ini Remi jalani.

Setelah insiden "Kalau tidur nggak pakai bra", Genawa bahkan nyaris membunuhnya dalam tragedi dapur meledak yang dramatis sekali. Tapi untuk yang satu ini, Remi akui, sebagian merupakan salahnya. Ia tidak akan memperpanjang soal itu, karena jujur saja ia masih trauma. Jadi mari kita lewati tragedi dapur meledak dan lanjut pada ulah-ulah Genawa yang lainnya.

Kebetulan, mereka memutuskan untuk tidak berpisah kamar karena ada banyak hal yang sudah dipertimbangkan. Selain khawatir orangtua mereka tiba-tiba berkunjung, juga karena banyaknya kru acara harian yang bisa saja datang di waktu tak terduga. Menghindari opsi rumah tangga palsu mereka terbongkar dan semuanya berantakan, mereka akhirnya sepakat tidur bersama.

Tidur saja, ya. Tak ada yang lainnya. Remi bersumpah ia masih bisa mempertahankan kewarasan meski gadis yang ia nikahi jauh dari kata waras itu sendiri. Mereka cukup akur di kasur, maksudnya, ya ... akur. Mereka tidak saling sepak meski harus Remi akui, sesekali keinginan menyepak Genawa memang muncul di benaknya. Misalnya saat si istri berkata ;

"Remi, lo jangan ngorok ya. Gue nggak bisa tidur kalau ada suara-suara."

Tapi lima menit kemudian, dalam temaram kamar yang hening, Remi dengar suara tawa menggema hingga ia berjingkat bangun dengan kaget. Saat dicari-cari dengan teliti, ternyata Genawa lah pelakunya. Betul, Genawa. Gadis itu rupanya punya kebiasaan ngelindur yang ekstrem. Ia bahkan bisa diajak ngobrol dalam tidurnya. Remi takut sekali.

Di ujung nanti, mari jatuh hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang