2 (Melangkah Sendiri)

70 26 9
                                    

"Viena?" Ujar seseorang yang tadi berdehem. Kenapa bisa mengenal namaku? Apakah dia seorang penyihir? Aku semakin ketakutan memikirkan hal yang buruk lagi.

"Hei. Gue Jason." Tiba-tiba aku terdiam kaku mendengar nama yang diucapkan orang yang berada di belakang ku. Saat aku mencoba melihat ke belakang, dan yang aku dapati benar-benar adalah Jason. Syukurlah.

"Kau.. kau membuatku takut." Ucapku.

"Kenapa?"

"Seharusnya gue yang tanya kau, kenapa tiba-tiba berada di belakang ku dan berdehem? Gue mengira itu.. itu orang jahat."ujarku dengan menahan rasa kesal dan juga rasa malu.

"Oh. Itu sebabnya kau gak berani melihat ke belakang?" Ujar Jason sambil membuat sebuah senyuman di muka tampannya. Ah.. harus ku akui senyumannya memang terlihat pas dengan muka yang begitu indah nan tampan nya.

"Jangan dibahas. Gue lagi mencari bunga untuk tugas biologi." Ujarku.

"Sama. Bagaimana kalau kita cari bersama?" Tanya Jason. Sejenak, aku berpikir sebentar. Tidak ada salahnya mencari bersama bukan? Tapi..

"Tapi, kita kan beda kelompok." Ujar ku.

"Yaudah kalau begitu. Kalau kesulitan, jangan sungkan sungkan untuk meminta bantuan." Ujar Jason sambil menampakkan senyuman khas nya. Aku hanya menampilkan senyum masam ku. Dan memikirkan kenapa harus meminta bantuan kekamu? Aku ada kelompok sendiri juga.

Ah. Tumbuhan putri malu. Akhirnya aku menemukan tumbuhan ini. Tumbuhan ini sangat gampang menemukan keunikan nya. Setelah menemukan satu, aku mencatat ke catatan ku dan mencari kembali. Sudah dua jam lebih kami berada di taman. Kami memutuskan untuk pulang kerumah masing-masing.

"Viena!" Ucap seseorang yang terdengar sedang berlari dari arah belakang. Ku balikin tubuh ku dan melihat siapa yang telah memanggil ku.

"Jason? Ada apa?" Tadi yang memanggil ku adalah Jason.

"Oh. Eh.. gak. Rumah mu dimana?"

"Hm? Di dekat sini. Gak jauh kok."

"Oh. Hm. Boleh main kerumah mu gak? Eh maksudnya gini. Cuman pengin lihat rumahmu dimana saja. Rumahku juga dekat disini dan.. siapa tahu kan kita bisa barengan jalan." Ucap Jason.

"Boleh kok. Yuk jalan." Ujarku seraya mengajak nya main kerumahku.

====

Jason's POV

Aku tak menyangka Viena mengajak aku untuk ke rumahnya. Padahal tadi aku hanya meminta secara tak sadar. Iya. Meminta untuk mengizinkan main ke rumahnya. Saat sampai dirumah Viena, ternyata benar. Rumahnya tak jauh dari rumahku. Rumah yang sederhana tetapi terkesan menenangkan. Di halaman depan rumah Viena ditanam beberapa tanaman sehingga terlihat begitu sejuk.

"Mom. Aku pulang." Teriak Viena seperti mengasih tahu ke ibunya bahwa dia telah pulang.

"Viena. Bantu mom.. eh ini siapa yah?" Sepertinya ini ibu Viena.

"Oh iya bu. Ni Jason teman sekelas Viena. Tadi ketemu ditaman." Ujar Viena untuk menjelaskan ibu nya tentang diriku.

"Iya tante. Saya Jason. Teman Viena. Tadi ketemu ditaman." Ujar ku sambil menyalamkan tanganku kepada ibu Viena.

"Ah Jason. Duduk dulu. Na. Buatkan minuman buat anak ganteng ini." Ujar ibu Viena. Viena terlihat kesal saat ibu nya memuji Jason dengan sebutan anak ganteng.

"Kayaknya gak deh mom. Gak ada yang ganteng." Balas Viena.

Aroma cokelat tercium semakin mendekat. Ternyata Viena membuatkan minuman berbau cokelat.

"Gue gak tahu kau suka atau gak. Gue hanya bisa buatin hot cokelat ini."
Bagaimana aku bisa tidak suka? Ini adalah minuman favoriteku.

"Ini minuman favorite mu?" Tanyaku.

"Iya. Gue suka membuat untuk diriku sendiri. Kau suka?" Tanya Viena balik. Ah. Kenapa bisa sama? Aku juga sering membuat itu untuk diriku sendiri.

"Gue sangat suka. Gue juga sering membuatkan diriku sendiri."

Viena tersenyum saat mengetahui bahwa aku juga menyukai hot chocolate. Aku terpaku melihat senyuman itu.

"Ja..Jason?"

"Ah iya?" Kesadaran ku kembali disaat Viena memanggil namaku. Ternyata aku termenung tadi..

"Kau kenapa?" Tanya Viena yang telah melihat aku yang tadi termenung melamun seketika.

"Oh tak apa apa." Jawabku untuk memastikan Viena.

Sudah setengah jam aku berada dirumah Viena. Lebih baik aku pulang daripada merepotkan Viena. Siapa tahu dia perlu istirahat.

"Vi. Gue balik dulu yah." Ucap ku.

"Oh? Iya. Hati-hati." Balas Viena dan menampilkan senyum nya.

"Eh iya. Sampai ketemu besok."

Sesampai dirumah, ku hempaskan tubuh ku ke sofa empuk ku. Hari yang melelahkan. Juga menyenangkan. Menyenangkan? Tidak. Biasa saja.

===

Viena's POV

Kontak yang sedikit. Begitu kasian. Tidak begitu banyak teman pada sebuah aplikasi chatting dihandphoneku. Veronia Disa. Ah. Ide yang bagus. Meminta tolong Disa untuk mem-broadcast-kan pin ku. Dia punya 300 kontak di salah satu aplikasi chattingnya. Sedangkan aku hanya 50 kontak saja. Disa pasti tidak akan menolak bila aku menyuruh dia membroadcast kan pin ku. Dan benar saja, Disa langsung mem-broadcast-kan pin ku. Dan kulihat sudah ada yang invite kontak ku. Saat aku lihat siapa yang invite kontak ku, tertulis nama yang.. yang.. tidak asing. Jason Arleson. Apakah Disa mempunyai kontak nya? Fotonya begitu tampan. Keren. Aku sudah memuji nya untuk kesekian kali. Pantes saja fans dia banyak. Kecuali aku. Iya kecuali aku. Aku hanya memuji penampilan nya. Dan aku tidak mau namaku menjadi salah satu anggota fans nya. Cukup Disa yang menjadikan namanya sebagai anggota fans nya Jason.

Ku lihat foto profil ku. Rasanya enggan untuk ku ganti. Foto dimana aku sedang bersama abangku. Sudah cukup lama aku tidak ketemu dia. Karena dia memilih kuliah ditempat yang jauh dari kami. Rasa rindu menyelimutiku. Aku begitu kangen sama abangku. Kangen dengan sifat nyebelin nya.

"Miss too much." Ku pasang status ku dengan kalimat itu. Viljoey Challo. Nama yang begitu susah diucapkan. Nama abang ku.

Viena Cathie
Kak Joe. Kapan pulang? Na kangen -_-

Viljoey Challo
Tunggu kak Joe sempat. Tugas banyak. Tumben kangen.

Sempat-sempat nya menggoda nih. Biasanya aku panggil abangku dengan sebutan kak Joe. Banyak yang naksir dia. Yah karena muka yang dia punya lumayan tampan. Penampilan juga oke. Selalu berpenampilan keren,rapi. Sedangkan aku? Muka pas-pasan. Cantik tapi tidak begitu lah. Penampilan juga biasa saja. Tidak seorang pun yang naksir sama aku. Ah kasian nya diriku.

Viena Cathie
Udah untung dikangenin. Udah punya orang yang pas belum kak?

Aku sering ejek kak Joe begitu. Banyak yang suka tapi tak seorang pun yang pernah menggandeng tangan kakak ku itu. Aneh? Tidak. Karena kakak ku orang nya dingin. Tapi terhadap aku. Tidak. Langsung begitu nyebelin. Okay. Kakak aku sering hanya membaca pesan tanpa dibalas. Sengaja bikin orang kesal atau memang sibuk, tak tahu lah.

Don't make someone upset. Or you will get more what you did.

Quote yang bagus. Aku simpan foto yang berisi quote menarik itu dan ku jadikan display picture akun sosial mediaku.

===

Jangan lupa like yah readers😆

The Grace Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang