-: O9 | Vone

7.2K 456 16
                                    


"Tuan Duke, saya pikir lebih baik kita kembali ke kediaman."

Suara Ludas yang sedikit khawatir sembari mendongakkan kepala mengusik Caspian yang kala itu tengah memandang rakyat wilayah utara yang mulai sibuk kembali ke kediaman masing-masing.

Caspian mendongak, menatap hamparan kelabu yang membawa hawa dingin. Pemuda bergelar Duke Utara itu mengangguk, kemudian menaiki kudanya, dan memacunya untuk kembali ke kediaman utara.

"Kita kembali setelah memastikan rakyat aman, badai salju kemungkinan akan datang lebih awal dari kemarin. "

Beberapa ksatria yang Caspian bawa menyanggupinya, bergerak dengan tangkas untuk menjalankan perintah sang tuan. Caspian mengusap peluh di pelipisnya, iris gelapnya memandang kejauhan dimana puncak kediamannya terlihat.

"Kuharap dia baik-baik saja." gumamnya tulus.

Ludas yang kebetulan tengah berada di dekat tuannya mengulas senyum menggoda, kedua alisnya ia naik-turunkan membuat Caspian yang saat itu menatapnya menaikkan sebelah alis jengkel.

"Ada apa?" ketusnya.

Ludas terbahak, menyeringai gemas melihat Caspian yang menarik tali kekang kudanya agar melengos dari hadapan bawahannya itu. Tak mau melepaskan tuannya, Ludas ikut menarik tali kekang kudanya membuntuti sang tuan.

"Tidakkah Tuan Duke mengkhawatirkan nyonya?" godanya.

Caspian mendengus, tak sedikitpun melirik pada pemuda kelebihan energi itu.

"Tenang saja Tuan Duke, saya yakin nyonya juga mengkhawatirkan anda. Karena itu ayo segera kembali ke kediaman saja!"

Meskipun Ludas memang menyebalkan, namun kalimat yang dilontarkannya membuat Caspian menyadari bahwa dirinya memang mengkhawatirkan istrinya.

Kalau boleh jujur, Caspian belum mencapai tahap cinta apalagi sayang pada istrinya. Ia masih berada dalam tahap suka, jadi masih ada kemungkinan besar untuknya meninggalkan sang istri.

"Ivone ya.." lirihan yang hanya bisa ia dengarkan sendiri itu membuat Caspian mendesah. Iris hitamnya mendongak, menatap langit gelap yang mencerminkan pikirannya.

"Bagaimana bisa hal seperti ini terjadi?" 


-:-


Ketika pintu kamar terbuka, Ivone tersentak dari rasa kantuknya. Gadis yang kini mengenakan gaun tidur putih selutut itu bangkit dari sandarannya di sofa, mengusap kedua matanya yang sayu, dan melangkah mendekati sang suami.

"Belum tidur?" tanya Caspian ketika menyadari keberadaan sang istri disampingnya.

Ivone mengulurkan tangan, membantu Caspian melepaskan mantel bulu hitam yang diselimuti kedinginan dengan taburan salju. 

Meski bingung dengan apa yang hendak Ivone lakukan, Caspian menurut dan bekerja sama dengan tenang, membiarkan sang istri melepas mantelnya dan menggantungnya di sudut ruangan.

"C-Caspian menerjang badai salju?" 

"Hm?" 

Ivone mengusap kedua jemarinya yang memerah karena rasa dingin dari mantel Caspian, iris birunya bergerak gugup melihat sang suami yang tanpa aba-aba melepas pakaiaannya. Pemuda bergelar Duke itu melirik reaksi sang istri, tersenyum miring melihat rona merah yang memenuhi wajah putihnya.

"Tidak seburuk yang kamu pikirkan." jawab Caspian meredakan sedikit kekhawatiran Ivone.

Gadis beriris biru itu melirik pintu kamar mandi, lalu melirik sang suami yang masih bertelanjang dada. Mengabaikan wajah merahnya, Ivone menatap lurus ke Caspian yang kali ini tengah mengusak helai hitamnya, mengusir kependudukan salju di kepalanya.

Vone: The North Duke's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang