Party & Rooftop

29 4 0
                                    

Orang-orang dengan pakaian glamor yang seakan saling beradu memasuki pintu aula SMA Pradipta satu per satu. Hiruk pikuk terdengar di setiap sudut ruang aula, mengisi pesta pembukaan dies natalis sekolah malam ini.

Pesta. Terdengar menyenangkan, bukan? Alangkah baiknya jika memang begitu adanya. Tapi nyatanya, sangat berbeda dari apa yang mungkin kalian bayangkan.

Orang-orang yang tersenyum di luar tetapi sedang saling menjatuhkan, sedangkan sebagian tersenyum untuk menjilat keuntungan.

Senyum picik yang terbalut munafik dengan apik.

Membuat suasana pesta yang dari namanya seharusnya meriah menjadi menyesakkan. Yah, namun suasana sesak ini sangat pas dalam menggambarkan kehidupan siswa SMA Pradipta yang di luar kata biasa.

Hanya orang-orang kelas atas yang sanggup masuk ke gerbang SMA Pradipta. Dan sisanya? Orang beruntung yang merelakan hoki tiga tahunnya. Ya, karena kehidupan mereka setelah berhasil masuk sudah bisa ditebak. Tiga tahun bak neraka menanti di depan mata.

Csshh ...

Buih soda bergerombol keluar dari sekaleng soda yang baru saja dibuka segel kemasannya. Seorang gadis cantik dengan dress hitam menenggaknya kasar. Rambut senada berwarna hitam sepunggung yang digulung ke atas, membuat kulit putihnya terlihat semakin jelas. Audrey, begitulah orang memanggilnya.

Euphoria pesta mengisi setiap penjuru gedung aula SMA Pradipta. Namun, di sinilah Audrey. Di rooftop gedung sekolah yang sepi. Ia bertopang pada teralis pembatas. Menatap jauh ke langit malam yang kesepian tanpa bintang.

Mirip. Itulah yang ada di batin Audrey saat melihat langit.

"AAAKK!!" Audrey berteriak sekencang mungkin, berharap rasa sesak yang menjerat ikut terbawa pergi.

Tanpa gadis itu sadari, dia tidak sendiri. Ada sosok lain yang tertidur di pojok. Dimana terdapat banyak meja dan kursi terbengkalai, sudah tidak dipakai. Itu seorang laki-laki.

Cowok itu mengerutkan kening, terganggu. Dia menurunkan jas hitam yang dipakai menutupi mata agar bisa tertidur. Kini sudah mengubah posisi menjadi duduk. Dia mengacak-acak rambutnya yang berantakan.

Cowok itu mencari sumber suara. Tanpa berusaha payah, dia bisa melihat satu-satunya gadis yang berdiri di balik teralis. Ya, hanya Audrey yang ada di sana.

Sedangkan Audrey sudah terkekeh sendiri. Merasa tindakannya barusan konyol. Namun, dirinya senang. Akhirnya dia bisa bernapas sekarang.

Audrey tidak menyadari ada langkah kaki yang mendekat. Cowok tadi sudah menyampirkan jas tuksedo miliknya di sebelah bahu. Berjalan lurus ke arah Audrey.

Mata Audrey terpejam. Membiarkan kecamuk dalam isi pikiran mengisi kesendirian.

"Bocah dilarang minum." Suara bass bernada rendah yang khas membuyarkan kedamaian Audrey.

Prangg

Jika kalian mendengar suara pecahan, maka itu adalah suara ketenangan Audrey yang hancur.

Audrey membuka matanya, mengernyit bingung. Entah apakah soda dengan nol persen alkohol sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mabuk, atau memang laki-laki yang menghampirinya barusan lebih gila dari sekadar orang mabuk.

Pasalnya laki-laki yang bahkan tidak pernah ia lihat wajahnya sekalipun itu mengambil alih paksa sekaleng soda dari tangan Audrey. Tidak sampai disitu, laki-laki tadi bahkan meneguk soda itu langsung dari kaleng yang sudah diminum Audrey. Gadis itu melotot melihatnya.

"Lo orang mesum?!" Audrey melangkah mundur, menjaga jarak aman dari laki-laki asing itu.

"Nggak beralkohol." Cowok itu bergumam sendiri. Sibuk memeriksa kemasan kaleng soda yang jelas-jelas tertulis 'zero', khas merek produk soda non alkohol. Tidak mengindahkan teriakan cewek di sampingnya.

ZONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang